12
2.3.2. Pangaturan Kepadatan Ikan
Kepadatan atau kerapatan ikan yang dibudidayakan harus sesuai dengan standar atau tingkatan budidaya. Peningkatan kepadatan akan menyebabkan daya
dukung kehidupan ikan perindividu menjadi menurun. Tingkat kepadatan ikan yang terlalu tinggi overstocking akan meningkatkan kompetisi pakan dalam
kolammedia, ikan menjadi mudah stress dan akhirnya akan menurunkan kecepatan pertumbuhan. Kepadatan ikan yang dibudidayakan di keramba jaring
apung KJA sebanyak 3-5 kgm
2
, sedangkan di kolam air tenang antara 10-15 kgm
2
Kurniawan, 2011.
2.3.3. Pemberian Pakan
Ikan gurame termasuk dalam golongan ikan omnivora atau pemakan segala.Pakan yang digunakan dalam budidaya ikan gurame ada dua jenis, yaitu
pakan alami dan pakan buatan.Pakan alami ikan gurame berupa jasad-jasad renik, kutu air, cacing, jentik-jentik serangga, dan sebagainya, Sedangkan pakan
alternatif yang dapat diberikan adalah berupa dedaunan seperti daun talas, daun papaya, daun kangkung, daun ubi, dan daun sente. Hal yang perlu dicermati dalam
pemberian pakan alternatif ini adalah pakan tersebut pada dasarnya merupakan reservoir parasit atau mikro organisme, sehingga pemanfaataan makanan tersebut
akan melengkapi siklus hidup beberapa parasit ikan yang dapat meningkatkan risiko kematian ikan gurame. Oleh karena itu pemberian pakan altenatif, terutama
yang kualitasnya rendah sejauh mungkin dihindari. Pakan buatan merupakan pakan yang diproduksi oleh pabrik pembuat
pakan. Kebersihan pakan, cara pemberian dan penyimpanannya perlu diperhatikan secara benar agar transmisi parasit dan penyakit tidak terjadi pada hewan
budidaya. Pemberian pakan buatan harus diperhatikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, karena hampir 50 persen dari biaya produksi merupakan biaya
pakan Kurniawan, 2011.
2.4. Studi Kelayakan Budidaya Ikan Gurame
Penelitian mengenai
budidaya ikan
air tawar
telah banyak
dilakukansebelumnya, diantaranya adalah Istikharoh 2008 meneliti Perencanaan Usaha Pengembangan Budidaya Ikan Gurame Osphronemus Gouramy dan Ikan
Nila Oreochromis Niloticus di Kabupaten Nganjuk, Propingsi Jawa Timur.
13 Berdasarkan penelitian tersebut dijelaskan bahwa kelayakan usaha ikan gurame
dan ikan nila salah satunya dapat dilihat dari aspek pasar, dimana usaha tersebut memiliki peluang yang cukup luas. Usaha ikan gurame dan ikan nila ini
menggunakan sistem semi intensif dengan umur usaha 10 tahun. Analisis terhadap aspek hukum menunjukkan bahwa usaha hanya mempunyai surat pengakuan
terdaftar dari kantor Sub Dinas Perikanan Kabupaten Nganjuk. Sedangkan analisis terhadap aspek sosial ekonomi dan lingkungan menyatakan bahwa usaha ikan
gurame dan nila dikatakan layak karena membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Selanjutnya pada analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha sudah layak dijalankan dengan keuntungan bersih EAT pengusahaan ikan gurame
sebesar Rp 50.109.179 dan ikan nila sekitar Rp 84.888.944. Nilai REC pengusahaaan ikan gurame mencapai 64,03 persen dan 102,87 persen terhadap
ikan nila. Sedangkan analisis kelayakan investasi dengan menggunakan discount rate mencapai 16 persen pertahun, untuk ikan gurame dan ikan nila diperoleh
NPV sebesar Rp 287.501.653 dan Rp 510.422.496, Net BC ratio 5,91 dan 3,5, IRR sebesar 125,71 persen dan 75,73 persen, Payback Period 2,17 tahun dan 4,25
tahun yang lebih kecil dari Payback Period maksimum yakni 6,25 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan maksimum yang
dapat diterima usaha sebesar 7 persen. Sedangkan kenaikan biaya operasional maksimum sebesar 10 persen. Perubahan terhadap kombinasi kedua komponen
tersebut adalah 4 persen. Perdana 2007 melakukan penelitian tentang “Analisis Kelayakan Usaha
secara Partisipasif pada Usaha Budidaya Pembesaran Ikan gurame Studi Kasus Kelompok Tani Tirta Maju, Desa Situgede
”. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha keseragaman budidaya pembesaran ikan
gurame pada kelompok Tani Tirta Maju layak untuk diimplementasikan, hal ini dapat dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen maupun finansial.
Analisis pendapatan usahatani menunjukkan nilai keuntungan sebesar Rp 16.238.500dan RC sebesar 1,29. Sedangkan dalam analisis penilaian investasi
usaha diperoleh nilai NPV, PI, IRR, dan PBP masing-masing sebesar Rp 10.433.512; 1,67; 28,9 persen; dan 2,9 periode. Usaha ini dinilai masih kurang
14 profitable dan kurang menarik bagi bank atau investor untuk menanamkan
modalnya.Hal ini dikarenakan keuntungan usaha per bulan selama 5 periode berjalan hanya sebesar Rp 260.838. Selain itu, pendapatan per bulan setiap
anggota yang terlibat berdasarkan nilai keuntungan satu periode hanya sebesar Rp 225.535 sementara kebutuhan rumah tangga mencapai Rp 450.000 per bulan.
Selanjutnya hasil perhitungan dari analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan usaha Tirta Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi
pada faktor harga jual ikan gurame dan volume produksi.Sementara itu, perubahan pada faktor harga pakan buatan pelet tidak terlalu berpengaruh
terhadap kelayakan usaha ini.Namun terjadinya kenaikan harga pelet hingga mencapai 61 persen dapat menyebabkan usaha ini menjadi tidak layak.
Soemarmo 2008 mengkaji Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah di Klaten, Jawa Tengah dilihat dari aspek finansial dan non finansial. Dari
hasil analisis secara non finansial menunjukkan bahwa kegiatan usaha pembesaran ikan nila merah layak untuk diusahakan berdasarkan aspek pasar, teknis,
manajemen, sosial dan budaya, serta aspek lingkungan. Analisis kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial menggunakan indikator NPV, IRR dan Net BC
Ratio. Berdasarkan aspek finansial diperoleh hasil bahwa usaha pembesaran ikan nila merah layak untuk dilaksanakan dengan NPV positif sebesar Rp 29.782.631
IRR sebesar 43,80 persen, dan Net BC Ratio sebesar 1,40. Sedangkan hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan usaha maksimal
yang dapat ditoleransi sebesar 7 persen dan kenaikan biaya operasional sebesar 10 persen. Sementara perubahan terhadap kombinasi kedua komponen tersebut
adalah 4 persen. Penelitian lain yang terkait dengan kelayakan usaha budidaya komoditas
perikanan juga dilakuk an oleh Rosmawati 2010 dengan judul “Analisis
Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani LPPMPU Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi”. Pengusahaan ikan lele dumbo pada kelompok tani
LPPMPU dari aspek non finansial yaitu analisis pasar, analisis teknis, analisis manajemen, dan analisis sosial lingkungan layak untuk dilaksanakan.Hal ini
terlihat dari analisis parameter masing-masing aspek non finansial yang
15 memenuhi kriteria kelayakan investasi pengusahaan ikan lele dumbo di Kelompok
Tani LPPMPU. Selanjutnya analisis kelayakan finansial dilakukan melalui beberapa
kriteria kelayakan finansial yang bertujuan untuk menganalisis sejauh mana tingkat kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele dapat dilakukan.
Dari penelitian Rosmawati 2010 pada pengusahaan pembenihan ikan lele diperoleh nilai NPV Rp 190.564.150, IRR 51 persen, nilai Net BC Ratio 3,77,
dan nilai payback period 1,35 tahun. Sedangkan untuk usaha pembesaran ikan lele dumbo diperoleh nilai NPV sebesar 118.979.694, IRR 25 persen, nilai Net BC
2,08, dan Payback period 1,40. Berdasarkan kedua skenario tersebut pengusahaan ikan lele layak untuk dilaksanakan baik untuk usaha pembenihan maupun
pembesaran ikan lele dumbo. Ervina 2011 melakukan penelitian terkait dengan Analisis Kelayakan
Investasi Pengusahaan Ikan gurame di Perusahaan Mekar Tambak Sari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Depok. Dari hasil analisisnya diperoleh bahwa
kegiatan usaha pembesaran dan pembenihan ikan gurame layak untuk dikembangkan secara non finansial maupun finansial. Sehingga berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan terhadap aspek teknis, pasar, manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan, dapat disimpulkan bahwa
pengusahaan pembesaran dan pembenihan ikan gurame di Mekar Tambak Sari layak untuk dilaksanakan.
Selanjutnya secara finansial kegiatan pembesaran dan pembenihan yang dilakukan Mekar Tambak Sari layak untuk diusahakan, hal tersebut didasarkan
pada hasil perhitungan dari kegiatan usaha pembesaran yang menghasilkan kriteria investasi NPV sebesar Rp 17.736.295, Net BC sebesar 1,3, IRR sebesar
20 persen, dan Payback Period 8,1 tahun. Sedangkan hasil analisis kegiatan pembenihan ikan gurame menghasilkan nilai kriteria investasi NPV Rp
28.775.051, Net BC sebesar 2,3, IRR sebesar 44 persen dan Payback Period 1,7 tahun. Berdasarkan kriteria investasi, kedua skenario pengusahaan ikan gurame
tersebut layak untuk dilaksanakan, namun dari hasil analisis kedua skenario tersebut pengusahaan pembenihan lebih menguntungkan dan lebih layak untuk
dijalankan karena mempunyai nilai NPV, Net BC, dan IRR yang lebih besar,
16 serta tingkat pengembalian investasi yang lebih singkat dibandingkan dengan
usaha pembesaran ikan gurame. Hasil analisis sensitivitas yang dilakukan menunjukkan bahwa pengusahaan pembesaran ikan gurame lebih sensitif terhadap
penurunan harga jual output produksi sebesar 3,2 persen, sedangkan pembenihan ikan gurame lebih sensitif terhadap penurunan harga jual output sebesar 2,5
persen. Hasil penelitian Pitanto 2012 dengan judul “Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah pada Unit Usaha Teaching Farm
Institut Pertanian Bogor” menunjukkan bahwa kegiatan usaha yang dilakukan layak secara finansial maupun non finansial. Berdasarkan aspek pasar,
aspek teknis, aspek ekonomi, sosial dan budaya, aspek manajemen dan aspek lingkungan kegiatan usaha pembesaran ikan nila merah layak untuk diusahakan.
Selanjutnya berdasarkan analisis kriteria investasi yang dilakukan pada kegiatan usaha pembesaran ikan nila merah diperoleh nilai NPV Rp 320.892.749,
nilai IRR 37 persen, Net BC 3, dan nilai payback period 3 tahun 4 bulan 29 hari yang menunjukkan bahwa pengusahaan pembesaran ikan nila merah pada unit
usaha Teaching Farm IPB layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan produksi sebesar 12,9 persen dan peningkatan
harga pakan 14,55 persen berpengaruh terhadap kelangsungan usaha pembesaran ikan nila merah.
Penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan beberapa penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada kriteria analisis kelayakan usaha dengan kriteria investasi antara lain NPV, Net BC, IRR, Payback period, dan analisis
sensitivitas. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terkait dengan jenis komoditas dan tempat penelitian yang akan dikaji.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Teori Investasi