68 maupun pada arus biaya.Untuk melihat kembali hasil analisis kelayakan usaha ini
apabila terjadi perubahan-perubahan dalam perhitungannya, maka dilakukan analisis switching value.
Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada harga beli dan volume penjualan yang akan menghasilkan
keuntungan normal NPV= 0; IRR= tingkat diskonto; dan Net BC= 1. Mencari nilai pengganti dilakukan dengan menguji secara coba-coba sampai seberapa
persen perubahan harga beli dan volume penjualan dapat terjadi yang masih
memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi.
Berdasarkan simulasi peningkatan harga pakan, diperoleh hasil switching value sebesar 22,2 persen. Sedangkan pada simulasi penurunan produksi diperoleh
hasil sebesar 9,05 persen. Kedua hasil switching value tersebut mengakibatkan nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan nilai discount rate-nya, dan Net
BC sama dengan satu. Hal ini menunjukkan bahwa jika peningkatan harga pakan terjadi hingga melebihi 22,21 persen, maka usaha akan menjadi tidak layak.
Demikian juga dengan penurunan produksi, jika melebihi 9,05 persen maka usaha akan menjadi tidak layak. Analisis switching value pada proyeksi arus kas untuk
peningkatan harga pakan dapat dilihat pada Lampiran 11 dan untuk penurunan produksi dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan hasil analisis switching
value tersebut, dapat di simpulkan bahwa usaha pengembangan pembesaran ikan gurame tanpa pengembangan lebih peka terhadap peningkatan harga pakan pelet
dari pada penurunan produksi.
7.3. Manfaat Bersih Tambahan Usaha Pembesaran Ikan Gurame
“Dengan Pengembangan Dibandingkan dengan Usaha Tanpa Pengembangan
”
Manfaat bersih tambahan diperoleh dari selisih tambahan penerimaan yang disebabkan karena adanya kegiatan pengembangan usaha dengan tambahan biaya
yang dikeluarkan dari pengembangan usaha itu sendiri. Penerimaan yang diperoleh Kelompok Tani Mina Makmur tanpa melakukan pengembangan adalah
sebesar Rp 630.000.000 setiap tahunnya. Sedangkan jika dengan melakukan pengembangan, penerimaan yang akan diperoleh Kelompok Tani Mina Makmur
setiap tahunnya menjadi Rp 882.000.000. Maka dari itu, penerimaan tambahan
69 yang akan diperoleh Kelompok Tani Mina Makmur jika melakukan
pengembangan usaha adalah sebesar Rp 1.512.000.000 setiap tahunnya. Biaya yang harus dikeluarkan oleh Kelompok Tani Mina Makmur tanpa
melakukan pengembangan adalah sebesar Rp 609.770.440 sedangkan biaya yang akan dikeluarkan jika melakukan pengembangan adalah sebesar Rp 784.636.560
Maka dari itu, tambahan biaya yang harus dikeluarkan pada saat pengembangan usaha adalah sebesar 1.394.407.000 setiap tahunnya. Berdasarkan penjabaran di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat bersih tambahan yang diperoleh Mina Makmur adalah sebesar Rp 117.593.000. Perhitungan nilai manfaat bersih
tersebut dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 13.
7.4. Incremental Net Benefit Usaha Pembesaran Ikan Gurame “Dengan
Pengembangan Dibandingkan dengan Usaha Tanpa Pengembangan ”
Manfaat bersih tanpa pengembangan dan manfaat bersih dengan pengembangan yang diperoleh dari selisih total penerimaan benefit yang
disebabkan karena adanya kegiatan pengembangan usaha dengan total biaya cost yang dikeluarkan dari pengembangan usaha itu sendiri. Manfaat bersih
Incremental Net Benefit diperoleh dari hasil pengurangan manfaat bersih net benefit tanpa pengembangan dan manfaat bersih dengan pengembangan. Dimana
masing-masing net benefit yang diperoleh sebelum pengembangan yaitu sebesar Rp 73.320.688 dan sesudah pengembangan yaitu sebesar dan Rp 816.976.712.
Sehingga Incremental Net Benefit yang diperoleh setelah pengurangan manfaat bersih sebelum pengembangan dan sesudah pengembangan selama sepuluh tahun
yakni sebesar Rp 816.976.712. Untuk lebih jelasnya, informasi terkait dengan Incremental Net Benefit usaha pembesaran ikan gurame dari tahun pertama hingga
tahun ke sepuluh dapat dilihat pada Lampiran 15.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan