Organizational Loyalty Work Withdrawal Behavior

34

1. Organizational Loyalty

Loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan seorang karyawan terhadap perusahaan. Seseorang yang loyal atau setia, adalah orang yang menerima apa yang diputuskan atau ditentukan pemimpin mereka dan tidak menjadi pengkritik konstan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa loyalitas seseorang terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Jika perlu, dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan sesuatu apapun. Birch, in Boroff Lewin, 1997 Kesediaan seseorang untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat diupayakan bila pegawai merasakan adanya keamanan dan kepuasan didalam organisasi tempat dia bekerja.

2. Work Withdrawal Behavior

Penarikan diri dari pekerjaan work withdrawal didefinisikan sebagai perilaku yang tidak baik dalam pekerjaan, sering terlambat, sering absent hal ini yang mempengaruhi pekerja mempunyai keinginan untuk menarik diri dari pekerjaan mereka dan mereka juga mempunyai keinginan untuk menarik diri dari lingkungan pekerjaan dan peraturan pekerjaannya Hanisch Hulin, 1990. Withdrawal adalah permasalahan organisasional yang penting, karena mempengaruhi organisasi baik secara finansial maupun non finansial. Perilaku ini mencerminkan sikap negatif yang meliputi aktivitas psikologis misal: menurunnya komitmen dan keterlibatan kerja maupun aktivitas fisik yang nyata terlihat keterlambatan, absensi dan turn over Lasco dan Hanisch, 2000 35 Menurut Cavanaugh et.al 2000 stress merupakan akibat dari adanya perasaan tidak puas terhadap situasi kerja dan hal ini menyebabkan timbulnya perilaku menarik diri dari pekerjaan. Dalam hal ini stress harus diteliti karena stress juga mempunyai dampak yang positif terhadap seorang individu. Dalam riset organisasi, perilaku withdrawal didefinisikan sebagai tindakan yang diniatkan pekerja baik secara fisik atau psikologis untuk menjauhi tempat kerja Rosse dan Hulin, dalam Carmelli, 2005 dalam usaha menghindari pekerjaan dan tugas mereka Hanisch dalam Koslowsky et.al, 1997. Perilaku withdrawal ini merupakan sebuah proses yang terdiri dari konstruk yang berbeda, meskipun saling terkait Mobley, 1982. Perilaku fisik withdarawal meliputi keterlambatan, absensi, turnover dan perilaku penyimpangan kerja. Sedangkan perilaku psikologis terkait dengan turunnya komitmen kerja dan keterlambatan kerja job involvement karyawan. Ada beberapa pendapat tentang konstruk withdrawal. Pertama withdrawal merupakan konstruk multi behavior yang terdiri dari dua perilaku spesifik. Work withdrawal dan job withdrawal. Pengikut pendapat ini berusaha untuk mengukur withdrawal dengan pengukuran yang general, sehingga membangun teori withdrawal yang bagus dengan genaralisasi lintas konstruk, situasi, populasi dan waktu. Hanisch,Hulin dan Roznowski, 1998 Work withdarwal didefinisikan sebagai perilaku yang mengarahkan karyawan yang tidak senang unhappy untuk menggunakan beberapa aspek kerja atau mengurangi waktu dalam tugas dengan tetap mempertahankan status dan peran keanggotaannya dalam organisasi. misal : membuat alasan waktu tidak 36 bekerja, keterlambatan, dan absensi sedangkan job withdrawal merupakan perilaku yang melibatkan usaha karyawan untuk meninggalkan organisasi dan peran kerjanya, misal : intensitas berpindah, keinginan untuk pensiun Hanisch dan Hulin dalam Blau, 1998 Pandangan yang kedua mengganggap bahwa pengukuran general terhadap konstruk withdrawal tersebut terlalu prematur dilakukan, karena item pengukuran konstruk withdrawal secara general masih loading pada beberapa konstruk lain, misalnya job satisfaction Johns, 1998 menegaskan bahwa withdrawal yang didefinisikan oleh Hanisch dan Hulin 1991 adalah bentuk reaksi dari ketidakpuasan kerja job dissatisfaction. Pengikut pandangan ini menyatakan bahwa pengukuran yang general membuat ketidakjelasan pemahaman withdrawal secara fisik dengan penyimpangan pekerjaan Blau, 1998, Johns 1998 Dalam kritiknya, Blau 1998 mengemukakan alasan lain mengapa konstruk pengukuran umum withdrawal prematur. Ditinjau dari sisi metodologi, terjadi inkonsistensi nilai internal konsistensi antar studi yang meneliti hal yang sama. Hal ini terkait dengan pemilihan item pengukuran yang akurat tidak mempertimbangkan rentang waktu, operasionalisasi variabel yang kurang hati- hati, khususnya untuk variabel dalam work withdrawal, Blau juga menambahkan bahwa intention turnover dan intention to retire dalam konstruk work withdrawal tidak mencerminkan perilaku aktual. intention turnover berbeda dengan aktual turnover. Mobley, Graffith, Hand dan Meglino, 1979 Perilaku aktual ini akan lebih baik jika difokuskan pada perilaku fisik yang terlihat. Blau, 1998 sehingga bisa mebedakan dari perilaku withdrawal secara 37 fisik meliputi keterlambatan lateness, absensi absenteeism dan turnover, ketika perilaku fisik withdrawal ini merupakan konstruk yang berdiri sendiri akan tetapi saling terkait. Perilaku ini terkait dengan penarikan diri oleh karyawan dari tempat kerja, penarikan diri yang menjadi fokus penelitian ini adalah penarikan diri secara fisik. Pengukuran atas perilaku ini dilihat dari frekuensi tiga perilaku penarikan diri dari tempat kerja yang dijadikan indikator perilaku withdrawal karyawan, yakni keterlambatan lateness, absensi absenteism dan turn over. Keterlambatan terkait dengan seberapa sering karyawan datang terlambat di tempat kerja atau meninggalkan tempat kerja sebelum waktunya Shafritz dalam Koslowsky, 1997 akibat permasalahan atau tugas-tugas rumah tangga yang harus diselesaikan.sedangkan absensi berkaitan dengan seberapa sering karyawan tidak hadir ditempat kerja dalam keseluruhan hari kerja akibat permasalahan atau tugas- tugas rumah tangga yang harus diselesaikan. Turn over menggambarkan perpindahan permanen karyawan dari organisasi secara sukarela akibat konflik pekerjaan atau keluarga yang dialami.

3. Intention to Quit Turn Over