Hasil Analisis Statistik Pengaruh Penggunaan Karung Goni dalam Operasional Bubu Tambun

9-10 11-12 13-14 15-16 17-18 19-20 21-22 5 10 15 20 25 30 35 Selang panjang cm Ju m la h e ko r Gambar 12 Sebaran frekuensi panjang famili Pomacentridae pada bubu perlakuan Ukuran panjang matang gonad atau length of first maturity merupakan acuan dalam menentukan ukuran ikan layak tangkap. Ukuran panjang saat matang gonad ikan kakatua Scaridae dimulai dari 15 cm Adrim 2008. Hasil tangkapan ikan kakatua pada bubu nelayan dan bubu perlakuan didominasi oleh individu yang berukuran di atas ukuran matang gonad. Jumlah ikan kakatua yang layak tangkap pada bubu nelayan sebanyak 118 ekor atau 71,52 dengan kisaran ukuran 15-26,5 cm, sedangkan ikan kakatua yang layak tangkap pada bubu perlakuan sebanyak 17 ekor atau 89,47 dengan kisaran ukuran panjang 15,3- 23,3 cm. Ukuran panjang saat matang gonad ikan betok laut Pomacentridae dimulai dari ukuran panjang 10,0-11,5 cm Bessa 2007. Ikan betok laut layak tangkap yang tertangkap saat penelitian juga didominasi oleh ikan yang berukuran di atas matang gonad. Jumlah ikan betok laut yang layak tangkap pada bubu nelayan sebanyak 91 ekor atau 94,79 dengan kisaran ukuran 10-17,3 cm, sedangkan ikan betok laut yang layak tangkap pada bubu perlakuan sebanyak 58 ekor atau 95,08 dengan kisaran ukuran panjang 10,1-19,9 cm.

5.3 Hasil Analisis Statistik

Uji kenormalan data Anderson Darling yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data hasil tangkapan bubu nelayan dan bubu perlakuan masing – masing memiliki nilai P-Value 0,568 dan 0,882. Nilai tersebut besarnya melebihi nilai = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil tangkapan kedua jenis bubu menyebar normal. Hal ini diperkuat dengan tampilan grafik plot kenormalan yang dihasilkan dari kedua perlakuan tersebut, seperti tampak pada Gambar 13 dan 14. 5 5 5 0 4 5 4 0 3 5 3 0 2 5 2 0 9 9 9 5 9 0 8 0 7 0 6 0 5 0 4 0 3 0 2 0 1 0 5 1 Gambar 13 Hasil uji kenormalan data bubu nelayan Gambar 14 Hasil uji kenormalan data bubu perlakuan Hasil perhitungan homogenitas mendapatkan nilai F hitung = 1,23 dan nilai F tabel = 2,82 , dengan demikian nilai F hitung F tabel . Keputusan yang diambil adalah terima H bahwa data hasil tangkapan memiliki varians yang homogen 1 = 2 . Varians data hasil tangkapan yang homogen menunjukkan bahwa data tersebut dapat digunakan untuk membandingkan hasil tangkapan bubu nelayan dan bubu perlakuan. Uji-t dua sampel tidak berpasangan yang dilakukan menunjukkan nilai t hitung = 6,566 lebih besar dari nilai t tabel = 2,074, sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H , berarti ada perbedaan hasil tangkapan yang nyata antara bubu nelayan dan bubu perlakuan. Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa bubu nelayan memberikan hasil tangkapan yang masih lebih baik dibandingkan bubu perlakuan. Dari segi jumlah dan berat hasil tangkapan, bubu perlakuan belum dapat menyamai hasil tangkapan bubu nelayan.

5.4 Pengaruh Penggunaan Karung Goni dalam Operasional Bubu Tambun

Pengoperasian bubu tambun dengan tutupan terumbu karang memerlukan waktu yang cukup lama, sebab harus mencari terumbu karang yang sesuai untuk menutupi bubu terlebih dahulu. Dari segi efisiensi waktu pengoperasian, bubu tambun dengan tutupan karung goni memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan pengoperasian bubu tambun dengan tutupan terumbu karang. Bubu dengan tutupan karung goni cukup diletakkan tanpa harus mencari terumbu karang yang sesuai sebagai tutupannya. Penutupan bubu menggunakan terumbu akan menghasilkan suasana kamuflase bagi ikan karang. Badan bubu akan menjadi lebih gelap sehingga mengundang ikan karang untuk mendekat dan masuk ke dalam bubu. Tutupan karung goni juga dapat menghasilkan suasana kamuflase seperti pada tutupan terumbu karang. Badan bubu akan tertutupi dan menjadi lebih gelap menyerupai habitat ikan karang. Seringkali bubu tambun dengan tutupan terumbu karang dipasang di daerah yang memiliki kepadatan terumbu karang hidup yang cukup tinggi. Proses pemasangan diawali dengan memindahkan atau mengghancurkan sedikit terumbu karang yang ada di daerah tersebut untuk menjadi tempat peletakan bubu. Hal tersebut menyebabkan kerusakan habitat terumbu karang. Pemasangan bubu tambun sebaiknya hanya dilakukan pada celah terumbu karang tanpa diawali dengan pemindahan atau penghancuran terumbu karang yang ada di tempat pemasangan bubu. Penggunaan bubu dengan tutupan karung goni dapat meminimalisir kerusakan terumbu karang, sebab cara pengoperasian bubu dengan tutupan karung goni tergolong lebih ramah lingkungan. Pengoperasian bubu ini tidak menggunakan terumbu karang yang masih hidup ataupun terumbu karang yang masih muda. Dalam penelitian ini, bubu perlakuan tetap menggunakan karang yang sudah mati yang terdapat di sekitar tempat pemasangan sebagai pemberat di kedua sisinya. Sangat disarankan untuk mensubtitusi karang mati dengan jenis pemberat lain yang dipasang pada rangka bubu pada saat pengoperasiannya untuk menghindari kerusakan habitat terumbu karang. Prinsip penggunaan karung goni dalam penelitian ini juga diharapkan dapat menyerupai fungsi rumpon di perairan pelagis. Perifiton dan alga dapat menempel pada substrat yang disediakan, sehingga akan mengundang ikan untuk mendekati bubu. Pada pelaksanaan penelitian ternyata karung goni yang digunakan juga menjadi substrat untuk penempelan endapan pasir yang ada di sekitar dasar perairan berkarang. Hal ini disebabkan endapan pasir terbawa oleh arus. Kondisi tesebut diduga membuat alga dan perifiton tidak dapat menempel dengan baik pada karung goni, sehingga ikan hasil tangkapan yang didapat pada bubu perlakuan tidak maksimal. Untuk memastikan penempelan pasir pada karung goni bukan karena dinamika alam, maka sebaiknya uji coba yang sama di lokasi dengan dasar perairan yang tidak berpasir atau perairan yang sangat sedikit pengaruh arusnya. Sebelum dilakukan operasi penangkapan ikan, bubu dengan tutupan karung goni diberi perlakuan perendaman terlebih dahulu selama 3 hari. Karung goni tersebut tidak diganti pada trip-trip selanjutnya, sehingga semakin banyak ulangan, lama perendaman karung goni semakin lama. Kenyataan dalam pelaksanaan penelitian, kondisi karung goni terbukti tidak berpengaruh terhadap perolehan hasil tangkapan. Hasil tangkapan yang diperoleh berfluktuasi selama trip berlangsung Gambar 15. Bubu tambun yang menggunakan tutupan karung goni cenderung menangkap ikan dari famili Pomacentridae. Bubu tambun dengan tutupan karung goni dapat digunakan sebagai alat penangkapan alternatif di perairan dengan sumberdaya ikan famili Pomacentridae yang melimpah. Salah satu jenis ikan dari famili Pomacentidae yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kepulauan Seribu adalah ikan betok laut. Ikan betok laut memiliki nilai yang cukup ekonomis di wilayah Kepulauan Seribu. Masyarakat Kepulauan Seribu terkadang memanfaatkan ikan betok sebagai ikan konsumsi, ikan asin dan pakan budidaya ikan kerapu. Selain itu, bubu jenis ini juga dapat digunakan ketika ikan kakatua Scarus sp. sedang tidak musim atau ketika telah mengalami penurunan populasi. Gambar 15 Pengaruh lama perendaman bubu terhadap jumlah hasil tangkapan Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan umpan bulu babi Diadema sp. yang diletakkan di depan mulut bubu dan bintang laut bantal raja Culcita novaguinea di dalam bubu. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah ikan masuk ke dalam bubu disebabkan oleh tutupan karung goni atau karena tertarik umpan. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut pada bubu dengan tutupan karung goni dengan perlakuan lebih dititik-beratkan pada pengaruh penggunaan umpan. Selain itu, penutupan karung goni pada bubu dalam penelitian ini hanya sebesar 70. Persentase tutupan ini diduga dapat mempengaruhi ikan karang untuk masuk ke dalam bubu. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dapat juga dilakukan dengan menitik-beratkan pada persentase tutupan karung goni tanpa menggunakan umpan atau jenis pemikat lain. Pengoperasian bubu tambun di Kepulauan Seribu harus terus diupayakan keramahannya terhadap lingkungan untuk kelestarian habitat terumbu karang. Modifikasi cara pengoperasian bubu tambun sangat disarankan untuk dilakukan, 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Hari ke- J u m la h e k o r Bubu nelayan Bubu perlakuan seperti penggunaan bahan alami lain yang tepat sebagai media penutup bubu. Penggunaan jenis bahan alami yang tepat tentunya memerlukan penelitian lebih lanjut dengan menilai sifat material, kepraktisan penggunaan dan pengaruhnya terhadap hasil tangkapan bubu. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan