Hasil tangkapan bubu Metode pengoperasian Daerah pengoperasian bubu

sebagai alat tangkap jebakan traps yang mampu menangkap ikan, tetapi tidak memungkinkan ikan untuk kembali ke habitatnya lagi non-return device. Bentuk bubu sangat beraneka ragam seperti berbentuk bujur sangkar, silinder, trapesium, setengah silinder, segi banyak, dan bulat setengah lingkaran Subani dan Barus 1989. Menurut Martasuganda 2003, secara umum bubu terdiri atas bagian-bagian rangka, badan dan mulut. Ada juga bubu yang dilengkapi dengan pintu untuk mengambil hasil tangkapan dan kantung umpan sebagai tempat untuk menyimpan umpan. Penggunaan bubu memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan alat tangkap lain. Menurut Monintja dan Martasuganda 1991, beberapa kelebihan penggunaan bubu antara lain adalah 1 Mudah dalam pembuatan; 2 Mudah untuk dioperasikan; 3 Memiliki tingkat kesegaran hasil tangkapan yang tinggi; 4 Daya tangkapnya bisa diandalkan; dan 5 Dapat dioperasikan di tempat dimana alat tangkap lain tidak dapat dioperasikan.

2.4.1 Hasil tangkapan bubu

Bubu dapat digunakan untuk menangkap berbagai hewan demersal, seperti lobster, kepiting, rajungan, keong macan dan ikan karang. Collins 1990 mengungkapkan bahwa bubu digunakan di perairan karang Teluk Atlantik Selatan, mulai perairan Tanjung Canaveral, Florida hingga perairan Teluk Carolina Selatan untuk menangkap ikan karang bernilai ekonomis tinggi. Bubu juga dapat digunakan untuk menangkap cumi-cumi, gurita, belut dan lele catfish Slack dan Smith 2001.

2.4.2 Metode pengoperasian

Subani dan Barus 1989 membagi bubu menjadi tiga golongan berdasarkan metode pengoperasiannya, yaitu bubu dasar ground fishpot, bubu apung floating fishpot dan bubu hanyut drifting fishpot. Bubu dasar dioperasikan di dasar perairan berkarang atau bebatuan. Bubu apung dilengkapi dengan pelampung untuk menjaga agar bubu tetap terapung di perairan. Biasanya bubu apung digunakan untuk menangkap ikan pelagis seperti kembung, selar, dan tembang. Bubu hanyut dioperasikan dengan cara dihanyutkan. Bubu hanyut biasanya digunakan untuk menangkap ikan terbang. Wudianto et al 1988 menyatakan bahwa bubu dasar dapat dioperasikan dengan dua cara yaitu : 1 Dipasang secara terpisah menggunakan pelampung tanda untuk setiap bubu; dan 2 Dipasang secara bergandengan menggunakan tali utama. Cara ini biasa disebut longline trap. Jumlah bubu yang dioperasikan dapat mencapai ratusan, bergantung pada kemampuan nelayan. Bubu ikan karang dioperasikan di dasar perairan berkarang, lebih tepatnya di antara bebatuan karang dengan menggunakan sistem pemasangan tunggal single. Pengoperasian bubu ikan karang dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu persiapan, penurunan bubu ke dalam air dan pengangkatan. Masing–masing tahap dilakukan secara berkelanjutan Wudianto et al 1988.

2.4.3 Daerah pengoperasian bubu

Penentuan daerah penangkapan ikan didasarkan pada tempat yang diperkirakan banyak terdapat ikan karang, biasanya ditandai dengan banyaknya komunitas terumbu karang atau dari pengalaman nelayan Sudirman dan Mallawa 1998. Pengetahuan mengenai perilaku, pergerakan, wilayah ruaya dan habitat ikan juga akan sangat membantu dalam menentukan daerah pengoperasian bubu. 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengoperasian Bubu Miller 1990 mengungkapkan ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan bubu, antara lain waktu perendaman, kecerahan perairan, habitat, konstruksi bubu, umpan dan tahapan siklus aktivitas dari target spesies. Dua yang terpenting di antaranya adalah konsruksi bubu dan umpan.

2.5.1 Konstruksi bubu