Musim penangkapan ikan Kondisi Geografis dan Perairan

4.2.4 Musim penangkapan ikan

Musim penangkapan ikan di Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh musim yang terjadi di Indonesia. Umumnya nelayan melaut pada musim peralihan dan musim timur. Pada musim peralihan kondisi perairan tenang, sehingga nelayan berbagai macam alat tangkap melakukan operasi penangkapan ikan. Musim ini dianggap nelayan sebagai musim yang ideal, karena resiko kegagalan yang disebabkan oleh kondisi alam sangat minim. Musim peralihan terjadi pada bulan Maret hingga Mei dan musim timur terjadi pada bulan Juni-Agustus Furqon 2008. Masyarakat Kepulauan Seribu mengenal beberapa musim penangkapan ikan untuk beberapa jenis ikan berbeda. Penetapan berbagai musim penangkapan beberapa jenis ikan dilakukan berdasarkan pengalaman dan pengamatan nelayan. Musim penangkapan tersebut antara lain Furqon 2008 : 1 Musim ikan tongkol Auxis sp. Ikan tongkol merupakan jenis ikan pelagis yang melakukan migrasi melintasi Perairan Laut Jawa. Musim migrasi terjadi pada bulan Oktober hingga April. 2 Musim ikan tenggiri Scomberomorus sp. Ikan ini merupakan jenis ikan pelagis yang menjadi target utama nelayan karena memiliki harga jual yang tinggi. Ikan ini banyak dijumpai di Perairan Kepulauan Seribu antara bulan November hingga Desember. 3 Musim ikan baronang Siganus sp. Ikan baronang merupakan salah satu jenis ikan karang yang berharga mahal. Ikan ini banyak dijumpai pada bulan Februari-Maret dan November-Desember. 4 Musim ikan kerapu Epinephelus sp., ekor kuning Caesio sp. dan cumi- cumi dan Loligo sp.. Ketiga jenis ikan ini dapat dijumpai di perairan Kepulauan Seribu hampir sepanjang tahun. 5 Musim ikan cucut Charcharinus sp. Jenis ikan ini banyak dijumpai pada bulan Mei hingga Juli. Ikan cucut yang berusia muda banyak dimanfaatkan sebagai ikan hias. 6 Musim teripang Holothuria sp. dan udang pengko Lysiosquilla sp. Dalam setahun ada dua kali musim teripang, yaitu pada bulan Maret-April dan Oktober-November. Teripang merupakan komoditi yang bernilai ekonomis tinggi, harga jual ekspor dalam keadaan kering mencapai Rp 2.000.000,00 kg Ika 2009. Pada saat bersamaan, nelayan juga memanfaatkan musim ini untuk mencari udang pengko. Udang pengko Lysiosquilla sp. merupakan sejenis udang mantis yang hidup di dasar perairan dangkal sekitar pulau. Jenis udang ini cukup digemari oleh masyarakat. Harga jualnya mencapai Rp 30.000,00ekor, sehingga tergolong komoditas bernilai ekonomis tinggi. 4.2.5 Daerah penangkapan ikan Nelayan dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan hampir di seluruh wilayah perairan Kepulauan Seribu kecuali area perairan konservasi alam. Ada dua wilayah di Perairan Kepulauan Seribu yang ditetapkan sebagai wilayah khusus yang tidak diperbolehkan untuk dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan Lampiran 1. Wilayah pertama adalah Zona Inti Taman Nasional yang merupakan bagian kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu yang dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan keadaan alam oleh aktivitas manusia termasuk kegiatan penangkapan ikan. Zona Inti memiliki luas sekitar 4.449 ha. Zona Inti dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Zona Inti I seluas 1.389 ha yang meliputi perairan sekitar Pulau Karang Rengat dan Gosong Rengat. Zona Inti II seluas 2.490 ha yang meliputi wilayah daratan dan perairan sekitar Pulau Penjaliran Timur dan Penjaliran Barat, dan perairan sekitar Pulau Peteloran Timur, Peteloran Barat, Buton, dan Gosong Penjaliran. Zona Inti III memiliki luas 570 ha meliputi perairan sekitar Pulau Belanda, Pulau Kayu Angin Bira dan Pulau Bira Besar bagian Utara. Wilayah kedua adalah Zona Perlindungan Taman Nasional yaitu bagian kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu yang berfungsi sebagai wilayah penyangga zona inti taman nasional. Zona Perlindungan memiliki luas sekitar 26.284, 50 ha yang meliputi perairan sekitar Pulau Dua Barat, Dua Timur, Jagung, Gosong Sebaru Besar, Rengit dan Karang Mayang Taman Nasional Kepulauan Seribu 2004.

4.2.6 Produksi