Nelayan Karung Goni Waktu dan Tempat Penelitian Batasan Penelitian

2.6 Kapal

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitianeksplorasi perikanan. Perahu mempunyai arti penting dalam operasi penangkapan ikan. Perahu digunakan nelayan untuk mencapai daerah pengoperasian alat tangkap. Ukuran perahu yang digunakan untuk membantu pengoperasian bubu bervariasi sesuai dengan tipe dan jumlah bubu yang digunakan, kondisi lautan, jarak yang ditempuh menuju fishing ground dan jumlah nelayan yang ikut serta dalam operasi penangkapan ikan. Perahu yang digunakan oleh nelayan bubu di Kepulauan Seribu, khususnya di Pulau Panggang, memiliki ukuran yang beragam mulai 4 sampai 6 meter. Mesin yang digunakan adalah mesin diesel inboard dengan kekuatan 5-8 PK. Perahu yang digunakan umumnya terbuat dari kayu Pramono 2006.

2.7 Nelayan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan. Nelayan Kepulauan Seribu tergolong nelayan kecil. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009, nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 lima gross ton GT. Nelayan berperan sebagai operator kapal dan alat tangkap dalam kegiatan operasi penangkapan ikan menggunakan bubu di Kepulauan Seribu. Jumlah nelayan yang mengoperasikan bubu di Pulau Panggang umumnya berjumlah satu orang untuk tiap kapal. Pengoperasian bubu oleh dua orang nelayan terkadang dilakukan untuk mempersingkat waktu operasi penangkapan ikan Katrunada 2001.

2.8 Karung Goni

Karung goni merupakan bahan pembungkus yang terbuat dari bahan alami. Goni terbuat dari bahan serat alami. Beberapa serat yang dapat digunakan untuk membuat karung goni antara lain serat rosella Hybiscus sabdariffa, serat knaf Hybiscus cannbicus, serat jute Chorcorus capsularis dan serat rami Boehmeria nivea Sudiro 2004. Bahan serat alami tersebut merupakan bahan organik yang tidak mengganggu lingkungan, mudah menyerap air dan mempertahankan kelembaban. Kekuatan serat rami akan bertambah jika berada dalam keadaan basah Sudiro 2004. Oleh sebab itu bahan – bahan tersebut juga digunakan untuk membuat tali tambat kapal dan alat penangkap ikan Klust 1982. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu Lampiran 2.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1 Enam unit bubu tambun untuk dua perlakuan, yaitu tiga unit bubu tambun yang ditutupi terumbu karang dan tiga unit lainnya untuk ditutupi karung goni sebanyak 70 ; 2 Alat dasar selam berupa masker, snorkel dan fin; 3 Alat pengukur panjang berupa papan pengukur dengan skala terkecil 1 mm; 4 Alat pengukur berat berupa timbangan dengan skala terkecil 1 g; dan 5 Alat dokumentasi. Adapun bahan yang digunakan adalah umpan berupa bintang laut bantal raja Culcita novaguineae yang dipotong–potong dan umpan bulu babi Diadema sp. yang sudah dihancurkan.

3.2.1 Alat tangkap bubu tambun

Bubu tambun merupakan bubu untuk menangkap ikan karang yang secara keseluruhan rangkanya terbuat dari bambu tali atau bambu apus Gigantholochola apus . D2 si bubu tambun yang digunakan dalam penelitian ini adalah p × l × t ; 70 × 60 × 20 cm. Bubu ini memiliki satu buah mulut berbentuk horse neck dengan diameter mulut luar 20 cm dan diameter mulut bagian dalam sebesar 13 cm. Diameter jalinan bambu adalah 3 cm. Konstruksi bubu tambun ditunjukkan pada Gambar 1.

3.2.2 Perahu

Perahu digunakan sebagai sarana angkut menuju dan kembali dari fishing ground . Perahu yang digunakan dalam penelitian ini adalah perahu kayu dengan Penutup A B A B dimensi panjang 4 m, lebar 1 m dan dalam 0,75 m. Perahu ini dilengkapi dengan mesin inboard bekekuatan 5 PK Gambar 2. Gambar 1 Konstruksi bubu tambun penelitian Rangka utama Gambar 2 Perahu yang digunakan dalam penelitian 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode experimental fishing yaitu dengan melakukan operasi penangkapan ikan menggunakan bubu di laut selama 12 hari. Bubu yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah enam buah, terdiri atas tiga buah bubu nelayan dan tiga bubu perlakuan. Bubu nelayan adalah bubu tambun yang dalam operasionalnya menggunakan tutupan terumbu karang Gambar 3. Bubu perlakuan adalah bubu tambun yang dalam operasionalnya menggunakan tutupan berupa karung goni Gambar 4. Perbedaan kedua bubu hanya pada jenis tutupan saat pengoperasiannya. Kedua macam bubu diberi perlakuan penutup bubu sebanyak 70. Hal ini disesuaikan dengan tingkah laku ikan karang yang tidak menyukai tempat berlindung yang terlalu gelap. Gambar 3 Bubu nelayan Tutupan terumbu karang Gambar 4 Bubu perlakuan Bubu nelayan dan bubu perlakuan diberi perlakuan awal terlebih dahulu dengan cara merendam bubu di dalam laut selama 3 hari. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan aroma bambu dan karung goni. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkan alga dan perifiton tahap awal. Kedua macam bubu dipasang secara berselang-seling Gambar 5, sehingga ikan memiliki peluang yang sama untuk tertangkap. Kedua macam bubu diberi perlakuan yang sama. Seluruh bubu menggunakan umpan bulu babi Diadema sp. yang sudah dihancurkan di depan mulut bubu dan umpan bintang laut bantal Culcita novaguineae yang sudah dipotong-potong di dalam bubu. Dalam pengoperasiannya, kedua bubu diletakkan di daerah terumbu karang tepi fringing reef tanpa melakukan pemindahan ataupun penghancuran terumbu karang hidup di sekitar lingkungan tempat penelitian. Jarak pemasangan antar bubu berkisar 2-3 m dengan peletakan bubu tidak teratur. Masing- masing bubu dioperasikan sebanyak 12 kali dengan sistem tunggal tanpa menggunakan pelampung dan dibiarkan selama kurang lebih 24 jam. Pemasangan bubu tambun dilakukan pada pagi hari. Kegiatan operasional bubu dilakukan dalam waktu satu hari penuh. Dalam setiap operasi penangkapan ikan, dibawa sejumlah peralatan penting, seperti pengait, golok, bak penampung hasil tangkapan dan perbekalan secukupnya. Pengait berguna untuk mengangkat bubu dari dasar perairan dan golok untuk memotong umpan. Daerah penangkapan Keterangan : A = Tutupan karung goni B = Bubu tambun A B ikan atau fishing ground yang dituju merupakan daerah yang dikenal memiliki banyak sumberdaya ikan. Gambar 5 Pengoperasian bubu dalam penelitian Tahap-tahap operasi penangkapan ikan dalam penelitian adalah : 1 Persiapan Pada tahap ini, dipersiapkan umpan yang akan diletakkan di dalam bubu dan di depan mulut bubu. Umpan yang digunakan berupa bintang laut bantal Culcita novaguineae dan bulu babi Diadema sp.. Umpan tersebut dihancurkan atau dipotong – potong terlebih dahulu. 2 Pemasangan bubu di dasar perairan Pemasangan bubu di dasar perairan dilakukan dengan cara meletakkannya langsung di dasar perairan. Dalam proses pemasangan bubu, digunakan alat dasar selam berupa masker dan sepatu khusus. Penggunaan sepatu saat memasang bubu membantu meminimalisir resiko terluka saat menginjak karang ataupun terkena racun ikan lepu dari famili Scorpionidae. Bubu nelayan dan bubu perlakuan dipasang di antara celah karang yang masih hidup ataupun karang yang sudah mati. Pemasangan seluruh bubu dilakukan satu per satu dengan sistem tunggal tanpa disertai dengan tali pengikat dan pelampung tanda. Posisi penempatan bubu disejajarkan dengan arah datangnya arus. 3 Pengangkatan Pengangkatan bubu dilakukan keesokan harinya. Pengangkatan bubu meng- gunakan alat bantu pengait. Ikan yang terperangkap dalam bubu langsung dipindahkan ke dalam bak penampung sementara. Ada dua jenis bak penampung yang digunakan. Bak pertama untuk ikan yang akan dibiarkan hidup dan bak kedua untuk ikan mati. Bubu yang sudah diangkat dan dikeluarkan hasil tangkapannya disusun sedemikian rupa di atas kapal untuk memudahkan pemasangan berikutnya. Selanjutnya mencari daerah pengoperasian bubu yang lain untuk pemasangan berikutnya. Setelah menemukan daerah penangkapan ikan yang dituju, kembali dilakukan proses persiapan untuk pemasangan bubu. Data yang dikumpulkan terdiri atas komposisi hasil tangkapan, data hasil pengukuran berat dan panjang total hasil tangkapan seluruh bubu. Data tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis bubu yang digunakan. Selain itu dikumpulkan pula data sekunder dari Dinas Perikanan dan Pemerintah Daerah setempat berupa kondisi perikanan daerah penelitian, jumlah kapal penangkap ikan, jumlah dan jenis alat tangkap yang ada di daerah penelitian, jumlah nelayan dan informasi lainnya yang menunjang penelitian ini.

3.4 Batasan Penelitian

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1 Penelitian ini hanya membandingkan komposisi hasil tangkapan bubu dengan jenis tutupan berbeda; dan 2 Uraian tingkah laku ikan karang hanya berdasarkan pada literatur yang diacu.

3.5 Asumsi yang Digunakan