1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Potensi  sumberdaya  ikan  karang  di  Indonesia  terhitung  cukup  besar, nilainya  diduga  mencapai  75.  875  ton  per  tahun  Djamali  dan  Mubarak  1998.
Ikan  karang  mempunyai  nilai  ekonomis  tinggi,  baik  sebagai  ikan  hias  maupun ikan  konsumsi.    Jenis-jenis  ikan  karang  yang  memiliki  nilai  ekonomis  penting
antara  lain  adalah  ikan  kerapu  Epinephelus  sp.,  kakap  Lutjanus  sp.,  baronang Siganus sp., ekor kuning Caesio sp..  Salah satu daerah yang memiliki potensi
sumberdaya  ikan  karang  yang  cukup  baik  di  Pulau  Jawa  adalah  Perairan Kepulauan Seribu.
Pemanfaatan  sumberdaya  ikan  karang  dapat  dilakukan  dengan  berbagai jenis  alat  penangkapan  ikan  seperti  pancing,  bubu  dan  muroami.    Salah  satu  alat
penangkapan  ikan  karang  yang  umum  digunakan  oleh  nelayan  di  Kepulauan Seribu  adalah  bubu.    Bubu  yang  terdapat  di  Kepulauan  Seribu  adalah  bubu
tambun dan bubu kawat. Bubu  tambun  terbuat  dari  anyaman  bambu  dengan  rangka  utama  bubu
berbentuk  semi  balok    dengan  ujung  meruncing  atau  lebih  dikenal  dengan  tipe buton  atau  chevron.  Dalam  pengoperasiannya  bubu  tambun  menggunakan
terumbu  karang  sebagai  pemberat  agar  bubu  tidak  terhanyut  oleh  arus. Penggunaan  terumbu  karang  juga  dimaksudkan  sebagai  kamuflase  lingkungan
karang yang dapat menjadi penarik perhatian ikan untuk masuk ke dalam bubu. Nelayan  bubu  tambun  di  Kepulauan  Seribu  tidak  hanya  menggunakan
terumbu  karang  mati  sebagai  alat  penimbun  bubu,  tetapi  juga  menggunakan terumbu karang hidup atau terumbu karang mati yang baru saja menjadi substrat
bagi karang yang baru akan tumbuh.  Menurut Susanti 2005, penimbunan bubu menggunakan  terumbu  karang  menyebabkan  kerusakan  habitat  terumbu  karang
dari segi kuantitas dan kualitas. Cara pengoperasian bubu tambun yang demikian menjadikan  unit  penangkapan  ini  tergolong  tidak  ramah  lingkungan,  sehingga
perlu  diupayakan  alternatif  solusinya.  Salah  satu  solusinya  adalah  dengan mengganti tutupan bubu tambun dengan menggunakan media tutupan alami selain
terumbu karang, misalkan karung goni.
Karung goni dipilih sebagai media tutupan bubu dengan alasan karung goni tergolong  media  organik  yang  diduga  dapat  menjadi  substrat  bagi  alga  untuk
menempel.  Alasan  lain  bahwa  karung  goni  mudah  didapatkan  di  lingkungan Kepulauan  Seribu.  Penggunaan  karung  goni  sebagai  tutupan  juga  dapat
menciptakan  suasana  kamuflase  visual  habitat  terumbu  karang.  Dari  uraian tersebut,  penulis  tertarik    untuk  melakukan  penelitian  terhadap  penggunaan
karung goni sebagai pengganti terumbu karang untuk tutupan bubu sebagai salah satu upaya alternatif melestarikan lingkungan terumbu karang.
1.2 Tujuan