28
4.2.1.4. Arus
Arus laut merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia Hutabarat 1985. Arus mempunyai arti penting dalam menentukan
arah pelayaran bagi kapal-kapal termasuk dalam kegiatan wisata berperahu. Arus dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain angin, bentuk topografi dasar lautan dan
pulau-pulau yang ada di sekitarnya, dan gaya coriolis serta arus ekman. Pantai Kartini memiliki arus yang dipengaruhi oleh pola arus Laut Jawa dengan
arus dominan yang terdapat di Pantai Kartini saat spring tide dan neap tide berarah ke timur dan barat dengan kecepatan antara 0,09 m - 0,20 m per detik. Kecepatan arus
maksimum sebesar 0,22 m per detik ke arah selatan DKP 2007. Arus laut yang disebabkan oleh pecahan gelombang di sepanjang pantai disebut
arus tepi pantai. Arus tepi pantai yang perlu diperhatikan dalam wisata diantaranya ada tiga arus yaitu arus susur pantai, arus sibak rip current, dan arus bawah
undertow. Arus sibak rip current merupakan aliran balik ke arah laut hasil dari pengisian arus susur pantai yang terkonsentrasi Fandeli 2000. Arus yang perlu
dihindari oleh perenang adalah arus sibak, karena dapat menyeret perenang ke laut lepas yang dalam, dan menyebabkan terjadinya kecelakaan yang mematikan, namun
bagi kegiatan wisata berselancar, arus ini dicari untuk memudahkan mencapai gelombang pecah, serta berguna bagi kepentingan perikanan yakni memudahkan
nelayan pantai untuk menebarkan jaringnya. Pada kawasan pesisir Pantai Kartini tidak terjadi arus sibak, sehingga kondisi di Pantai Kartini cukup aman bagi kegiatan
wisata seperti berenang.
4.2.1.5. Kualitas Air Laut
Peruntukan pantai sebagai daerah wisata bahari dituntut memiliki kualitas air yang baik dan memenuhi standar baku mutu wisata yang telah ditetapkan bagi wisata
bahari agar pengunjung dapat merasakan keindahan dan kenyamanan Pantai Kartini. Pengukuran kualitas air dilakukan siang hari di tiga stasiun pengamatan. Stasiun
pengamatan pertama berada di depan muara Sungai Karang Geneng, stasiun kedua
29
berada di antara anjungan pada TRP Kartini, dan stasiun ketiga pada muara saluran buangan RW 4 Desa Tasik Agung. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku
mutu air laut untuk wisata bahari berdasarkan kep 51MENLH2004. Hasil pengukuran kualitas air laut pada tiga stasiun pengamatan di Pantai
Kartini Rembang, Jawa Tengah disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai beberapa parameter kualitas air laut di Pantai Kartini Parameter
Satuan Stasiun
1 Stasiun
2 Stasiun
3 Baku Mutu
Kep51MENLH2004
A. B. A. FISIKA
1. 1
2. Kekeruhan
NTU 12
11 12
5 3.
2 4.
Suhu ºC
27 28
28 Alami
B. KIMIA
1. 1
2. pH
- 7
7 7
7-8.5 3.
2 4.
Salinitas ‰
33 33
30 Alami
3 DO mgL
6.56 6.35
6.55 5
5. 4
6. COD
mgL 17.55
11.81 12.82
C. BIOLOGI 1.
1 2.
E-Coli 3.
Faecal
MPN 100 mL
2400 2400
2400 200
Sumber: Data primer belum dipublikasikan
a. Parameter fisika
Parameter fisika yang diukur adalah kekeruhan dan suhu. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air Effendi 2003. Wisata pantai merupakan wisata yang objek daya tariknya bersumber dari potensi
bentang laut maupun bentang darat pantai Fandeli 2000. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan dari pantai adalah air yang jernih. Hasil pengukuran
menunjukkan nilai kekeruhan di tiga stasiun pengamatan yang melebihi baku mutu Kep 51MENLH2004, hal ini diduga diakibatkan limbah yang berasal dari
pemukiman, perikanan, kegiatan pariwisata, maupun kapal yang mendarat di PPP Tasik Agung yang keseluruhannya bermuara di Pantai Kartini tanpa melalui proses
pengolahan, yang mengakibatkan penumpukan bahan organik maupun nonorganik di
30
pantai sehingga berdampak pada tingginya kekeruhan di Pantai Kartini yang dapat menurunkan keindahan pantai.
Suhu air merupakan salah satu parameter yang sering diukur mengingat kegunaannya dalam mempelajari proses-proses fisika, kimia, dan biologi laut. Suhu
air laut berkisar antara -2 ºC – 30 ºC Mukhtasor 2007. Pengukuran suhu pada
ketiga stasiun berkisar antara 27 ºC – 28 ºC, hal ini berarti suhu di perairan TRP
Kartini sesuai dengan kisaran alami dan kisaran baku mutu Kep 51MENLH2004, sehingga dapat memberikan kondisi yang optimum bagi organisme yang terdapat di
Pantai Kartini.
b. Parameter kimia
Parameter kimia yang diukur meliputi pH, salinitas, DO Dissolved Oxygen, dan COD Chemical Oxygen Demand. pH yang terdapat pada ketiga stasiun
pengamatan sebesar 7, apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut kategori wisata laut, maka pH pada Pantai Kartini sesuai dengan kisaran baku mutu yang
ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pH di lokasi penelitian cocok untuk menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar lokasi penelitian Pantai Kartini.
Salinitas merupakan kandungan elemen-elemen kimia terlarut dalam air laut Riley dan Skirrow 1975 in Sanusi 2006 dengan kisaran
salinitas antara 30‰ – 40‰. Nilai pengukuran salinitas di Pantai Kartini
berkisar antara 30‰ – 33‰, dengan nilai salinitas terendah
sebesar 30‰, dikarenakan dekatnya lokasi pengambilan sampel dengan muara saluran buangan dari Desa Tasik Agung sehingga banyak masukan air
tawar yang turut mempengaruhi salinitas laut menjadi lebih rendah. DO Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut merupakan gas yang sangat
dibutuhkan di dalam laut bagi kehidupan organisme. Kelarutan O
2
di dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas perairan. Dalam keadaan normal lapisan
atas permukaan laut mengandung oksigen terlarut sebesar 4.5 - 9.0 mgL Sanusi 2006. Pengukuran DO pada tiga stasiun berkisar antara 6.35 mgL - 6.56 mgL yang
apabila keseluruhan dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari
31
berdasarkan kep 51MENLH2004 diketahui ketiga stasiun yang diamati nilainya melebihi standar yang ditetapkan, hal ini menunjukkan kondisi perairan yang dapat
menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar Pantai Kartini sehingga memudahkan dalam proses metabolisme.
COD Chemical Oxygen Demand menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sukar didegradasi secara biologis nonbiodegradable menjadi CO
2
dan H
2
O Effendi 2003. Nilai COD tertinggi hasil pengukuran pada stasiun pertama yang berada di muara Sungai Karang
Geneng yaitu sebesar 17.55 mgL.
c. Parameter biologi
Parameter biologi yang diukur adalah Coliform faecal. Coliform adalah bakteri berbentuk batang, gram negatif, dan tidak berspora. Coliform terdiri dari 4
genus utama dari familia Enterobacteriaceae: Citrobacter, Enterobacter, Escherichia dan Klebsiella. Coliform dapat tumbuh pada suhu -2 ⁰C
– 50 ⁰C dan pada kisaran pH 4,4 - 9,0 Jay 2000 in Firlieyanti 2005. Bakteri indikator sanitasi yang digunakan
untuk mendeteksi kontaminasi faecal pada air dan sekaligus juga mendeteksi kemungkinan adanya intestinal patogen adalah Escherichia coli, sehingga dapat
dijadikan indikasi kontaminasi faecal dan kemungkinan adanya patogen enteric EPA 2002 in Firlieyanti 2005. Bakteri Escherichia coli disajikan
pada Gambar 6.
Gambar 6. Bakteri Escherichia coli Sumber : Firlieyanti 2005
32
Pengukuran E. coli pada tiga stasiun pengamatan keseluruhannya 2400 MPN100 mL, apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari
kadarnya melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 200 MPN100 mL. Kandungan E. coli yang tinggi pada Pantai Kartini diduga disebabkan adanya
masukan limbah cair, terutama limbah cair domestik sewage yang umumnya mengandung bahan organik dan bakteri faecal coliform dalam konsentrasi tinggi
tanpa melalui pengolahan. Limbah cair domestik sewage adalah air buangan dari rumah tangga, institusi, fasilitas komersial, dan fasilitas-fasilitas lain yang sejenis,
yang bervariasi kuantitas dan komposisinya dari waktu ke waktu. Limbah ini mengandung bahan organik dan anorganik yang berbentuk cair, suspensi atau koloid.
Setiap liter dari limbah domestik biasanya mengandung jutaan sel mikroba, dan kebanyakan mengandung bakteri yang berasal dari saluran pencernaan Mukhtasor
2007. Limbah cair domestik umumnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu limbah
cair yang berasal dari air cucian seperti deterjen, minyak dan limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, shampo, tinja, dan air seni. Limbah cair domestik ini
menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat Fakhrizal 2000 in Mukhtasor 2007. Hasil pengamatan dan wawancara
menunjukkan keseluruhan limbah cair yang masuk ke Pantai Kartini belum mengalami pengolahan. Fakhrizal 2000 in Mukhtasor 2007 menyatakan air
limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus setiap liternya, dan lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung,
yaitu virus, protozoa, cacing, dan bakteri yang umumnya diwakili oleh Escherichia coli.
Keberadaan E. coli yang melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan pada Pantai Kartini dapat menjadi indikasi mengenai keberadaan patogen enteric WHO 2004 in
Firlieyanti 2005, yaitu bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera, Shigella dysenteriae penyebab disentri bailer,
Salmonella typhi dan parathypi penyebab demam tifoid dan paratifoid dan
33
Entamoeba histolytiaca penyebab disentri amuba Firlieyanti 2005, sehingga apabila hal ini tidak ditangani secara serius dapat membahayakan pengunjung yang datang ke
kawasan wisata TRP Kartini, khususnya yang melakukan kegiatan wisata pantai seperti berenang, dan mandi air. Menurut Soeroto 1997 in Mukhtasor 2007
cemaran coliform kurang berbahaya bagi penduduk Indonesia, dibandingkan dengan pengunjung asing dikarenakan memiliki kekebalan yang berbeda terhadap penyakit di
daerah tropis.
4.2.1.6. Kondisi Perikanan