IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Taman Rekreasi Pantai TRP Kartini Rembang, Jawa Tengah
Taman Rekreasi Pantai Kartini memiliki beberapa nilai sejarah, salah satunya sebagai tempat bermain Raden Ajeng RA Kartini. Raden Ajeng Kartini merupakan
salah satu pahlawan wanita Indonesia yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum wanita sebagai pahlawan pembela hak wanita, sehingga
kawasan TRP Kartini dapat dikatakan sebagai kawasan wisata studi gender. Taman Rekreasi Pantai TRP Kartini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Taman Rekreasi Pantai Kartini
Nilai sejarah lain yang dimiliki oleh Kawasan TRP Kartini yaitu cagar budaya berupa gereja arsitektur Belanda dan Jangkar Dang Puhawang. Gereja arsitektur
Belanda saat ini dipergunakan sebagai perpustakaan modern, sekaligus sebagai pusat informasi pariwisata. Jangkar Dang Puhawang memiliki panjang 4,22 m, lebar 2,80
m, dan lingkar badan 60 cm. Menurut cerita rakyat Rembang, Jangkar Dang Puhawang sebelumnya dimiliki oleh pelaut Cina Dang Puhawang yang terlibat
perselisihan dengan Sunan Bonang, ketika keduanya beradu kesaktian, kapal Dang Puhawang terjungkir, dan layarnya jatuh di Bonang, sehingga kini menjadi batu yang
disebut “Watu Layar” Batu Layar, sedangkan jangkarnya jatuh di Rembang. Riwayat Jangkar Dang Puhawang yang unik menyebabkan jangkar dipercayai oleh
masyarakat Rembang sebagai benda yang dikeramatkan.
25
Taman Rekreasi Pantai TRP Kartini merupakan objek wisata unggulan Kabupaten Rembang yang sudah lama dikenal masyarakat Rembang dan sekitarnya,
namun pada tahun 1977 baru secara resmi dioperasikan sebagai obyek wisata oleh pemerintah Kabupaten Rembang dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 1977
Disparbud Kab Rembang, 2008.
4.2. Karakteristik Perairan Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah
Perencanaan dan pengembangan wisata pantai perlu memperhatikan faktor- faktor alam yang berpengaruh seperti pola arus laut, pasang surut, bentuk pantai,
curah hujan, angin, dan biota Fandeli, 2000. Keseluruhan faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan sebagai kondisi geofisik, fisiografi, dan iklim. Namun faktor lain
yang turut mempengaruhi pengembangan Taman Rekreasi Pantai TRP Kartini Rembang adalah faktor sosial ekonomi dan budaya.
4.2.1. Kondisi fisik, kimia, dan biologi Pantai Kartini Kabupaten Rembang
4.2.1.1. Iklim Tipe iklim, suhu, curah hujan, kelembaban
Kabupaten Rembang memiliki suhu udara yang mendominasi berkisar antara 27 C
– 34 C, dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten Rembang pada tahun 2005-2007
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten Rembang
Bulan Curah hujan mm
Hari hujan hari Rata
– rata Rata
– rata
Januari 166
7 Februari
203 9
Maret 216
9 April
149 8
Mei 95
4 Juni
64 4
Juli 6
1 Agustus
17 1
26
MSL
Tabel 8. lanjutan
Bulan Curah hujan mm
Rata-rata Hari hujan hari
Rata-rata
September 10
1 Oktober
50 3
November 104
5 Desember
270 11
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rembang in BPS 2007
Rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 6 mm – 270 mm, dengan rata-rata
curah hujan tertinggi sebesar 270 mm pada bulan Desember, dan rata-rata curah hujan terendah sebesar 6 mm pada bulan Juli.
4.2.1.2. Pasang surut
Pasang surut merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata. Pasang surut air laut merupakan perubahan ketinggian muka air laut yang dipengaruhi oleh
gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi Mukhtasor 2007. Pantai Kartini memiliki tipe pasang surut campuran dominan bertipe tunggal, yaitu terjadi dua kali
pasang dan surut dalam satu hari dengan nilai F sebesar 1,67. Pasang surut berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan pengunjung yang datang untuk
berwisata. Kegiatan wisata berenang dan wisata perahu pada Pantai Kartini sebaiknya dilakukan saat keadaan surut demi keamanan pengunjung. Tipe pasang
surut pada Pantai Kartini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tipe pasang surut Pantai Kartini
27
4.2.1.3. Gelombang
Gelombang merupakan hasil perpindahan energi dari angin ke air. Gelombang terjadi apabila angin berhembus melalui permukaan air. Angin dapat menyebabkan
terjadinya gelombang berukuran kecil dan bahkan hingga mencapai ketinggian lebih dari 30 meter Mukhtasor 2007. Besar dan kecepatan gelombang Pantai Kartini
Kabupaten Rembang tergantung pada kecepatan angin, durasi dari angin, dan jarak dari air yang tertiup angin yang terdapat pada Pantai Kartini.
Arah dan kecepatan angin maksimum harian pada Pantai Kartini digunakan untuk memprediksi tinggi dan periode gelombang maksimum yang dapat
dibangkitkan angin dalam periode ulang tertentu dengan pengelompokan dalam delapan arah angin yaitu utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat,
dan barat laut dengan besarnya kecepatan angin maksimum harian yang pernah terjadi adalah sebesar 34 ms arah barat yang terjadi tahun 2000. Arah dan kecepatan
angin dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Arah dan kecepatan angin
Tahun Arah Angin
N NE E
SE S
SW W NW
1993 15
13 16 15 15
17 16
27 1994
12 18
20 15 8
18 22
25 1995
15 12
15 16 13
22 18
1996 14
12 20 15 16
18 20
1997 15
15 23 15
9 15
17 20
1998 15
15 25 30 21
14 20
15 1999
20 15
23 24 20 17
25 20
2000 26
13 27 18 26
22 34
29 2001
5 5
6 6
7 8
10 10
2002 6
5 5
5 6
7 8
Sumber : DKP, 2007
Berdasarkan data arah dan kecepatan angin maka diperoleh gambaran mengenai gelombang yang ada di Pantai Kartini yang cenderung tenang, dan telah mengalami
fase pecah gelombang sebelum mencapai pantai, sehingga gelombang di pantai lebih kecil daripada gelombang di lepas pantai DKP 2007.
28
4.2.1.4. Arus
Arus laut merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia Hutabarat 1985. Arus mempunyai arti penting dalam menentukan
arah pelayaran bagi kapal-kapal termasuk dalam kegiatan wisata berperahu. Arus dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain angin, bentuk topografi dasar lautan dan
pulau-pulau yang ada di sekitarnya, dan gaya coriolis serta arus ekman. Pantai Kartini memiliki arus yang dipengaruhi oleh pola arus Laut Jawa dengan
arus dominan yang terdapat di Pantai Kartini saat spring tide dan neap tide berarah ke timur dan barat dengan kecepatan antara 0,09 m - 0,20 m per detik. Kecepatan arus
maksimum sebesar 0,22 m per detik ke arah selatan DKP 2007. Arus laut yang disebabkan oleh pecahan gelombang di sepanjang pantai disebut
arus tepi pantai. Arus tepi pantai yang perlu diperhatikan dalam wisata diantaranya ada tiga arus yaitu arus susur pantai, arus sibak rip current, dan arus bawah
undertow. Arus sibak rip current merupakan aliran balik ke arah laut hasil dari pengisian arus susur pantai yang terkonsentrasi Fandeli 2000. Arus yang perlu
dihindari oleh perenang adalah arus sibak, karena dapat menyeret perenang ke laut lepas yang dalam, dan menyebabkan terjadinya kecelakaan yang mematikan, namun
bagi kegiatan wisata berselancar, arus ini dicari untuk memudahkan mencapai gelombang pecah, serta berguna bagi kepentingan perikanan yakni memudahkan
nelayan pantai untuk menebarkan jaringnya. Pada kawasan pesisir Pantai Kartini tidak terjadi arus sibak, sehingga kondisi di Pantai Kartini cukup aman bagi kegiatan
wisata seperti berenang.
4.2.1.5. Kualitas Air Laut
Peruntukan pantai sebagai daerah wisata bahari dituntut memiliki kualitas air yang baik dan memenuhi standar baku mutu wisata yang telah ditetapkan bagi wisata
bahari agar pengunjung dapat merasakan keindahan dan kenyamanan Pantai Kartini. Pengukuran kualitas air dilakukan siang hari di tiga stasiun pengamatan. Stasiun
pengamatan pertama berada di depan muara Sungai Karang Geneng, stasiun kedua
29
berada di antara anjungan pada TRP Kartini, dan stasiun ketiga pada muara saluran buangan RW 4 Desa Tasik Agung. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku
mutu air laut untuk wisata bahari berdasarkan kep 51MENLH2004. Hasil pengukuran kualitas air laut pada tiga stasiun pengamatan di Pantai
Kartini Rembang, Jawa Tengah disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai beberapa parameter kualitas air laut di Pantai Kartini Parameter
Satuan Stasiun
1 Stasiun
2 Stasiun
3 Baku Mutu
Kep51MENLH2004
A. B. A. FISIKA
1. 1
2. Kekeruhan
NTU 12
11 12
5 3.
2 4.
Suhu ºC
27 28
28 Alami
B. KIMIA
1. 1
2. pH
- 7
7 7
7-8.5 3.
2 4.
Salinitas ‰
33 33
30 Alami
3 DO mgL
6.56 6.35
6.55 5
5. 4
6. COD
mgL 17.55
11.81 12.82
C. BIOLOGI 1.
1 2.
E-Coli 3.
Faecal
MPN 100 mL
2400 2400
2400 200
Sumber: Data primer belum dipublikasikan
a. Parameter fisika
Parameter fisika yang diukur adalah kekeruhan dan suhu. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air Effendi 2003. Wisata pantai merupakan wisata yang objek daya tariknya bersumber dari potensi
bentang laut maupun bentang darat pantai Fandeli 2000. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan dari pantai adalah air yang jernih. Hasil pengukuran
menunjukkan nilai kekeruhan di tiga stasiun pengamatan yang melebihi baku mutu Kep 51MENLH2004, hal ini diduga diakibatkan limbah yang berasal dari
pemukiman, perikanan, kegiatan pariwisata, maupun kapal yang mendarat di PPP Tasik Agung yang keseluruhannya bermuara di Pantai Kartini tanpa melalui proses
pengolahan, yang mengakibatkan penumpukan bahan organik maupun nonorganik di
30
pantai sehingga berdampak pada tingginya kekeruhan di Pantai Kartini yang dapat menurunkan keindahan pantai.
Suhu air merupakan salah satu parameter yang sering diukur mengingat kegunaannya dalam mempelajari proses-proses fisika, kimia, dan biologi laut. Suhu
air laut berkisar antara -2 ºC – 30 ºC Mukhtasor 2007. Pengukuran suhu pada
ketiga stasiun berkisar antara 27 ºC – 28 ºC, hal ini berarti suhu di perairan TRP
Kartini sesuai dengan kisaran alami dan kisaran baku mutu Kep 51MENLH2004, sehingga dapat memberikan kondisi yang optimum bagi organisme yang terdapat di
Pantai Kartini.
b. Parameter kimia
Parameter kimia yang diukur meliputi pH, salinitas, DO Dissolved Oxygen, dan COD Chemical Oxygen Demand. pH yang terdapat pada ketiga stasiun
pengamatan sebesar 7, apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut kategori wisata laut, maka pH pada Pantai Kartini sesuai dengan kisaran baku mutu yang
ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pH di lokasi penelitian cocok untuk menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar lokasi penelitian Pantai Kartini.
Salinitas merupakan kandungan elemen-elemen kimia terlarut dalam air laut Riley dan Skirrow 1975 in Sanusi 2006 dengan kisaran
salinitas antara 30‰ – 40‰. Nilai pengukuran salinitas di Pantai Kartini
berkisar antara 30‰ – 33‰, dengan nilai salinitas terendah
sebesar 30‰, dikarenakan dekatnya lokasi pengambilan sampel dengan muara saluran buangan dari Desa Tasik Agung sehingga banyak masukan air
tawar yang turut mempengaruhi salinitas laut menjadi lebih rendah. DO Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut merupakan gas yang sangat
dibutuhkan di dalam laut bagi kehidupan organisme. Kelarutan O
2
di dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas perairan. Dalam keadaan normal lapisan
atas permukaan laut mengandung oksigen terlarut sebesar 4.5 - 9.0 mgL Sanusi 2006. Pengukuran DO pada tiga stasiun berkisar antara 6.35 mgL - 6.56 mgL yang
apabila keseluruhan dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari
31
berdasarkan kep 51MENLH2004 diketahui ketiga stasiun yang diamati nilainya melebihi standar yang ditetapkan, hal ini menunjukkan kondisi perairan yang dapat
menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar Pantai Kartini sehingga memudahkan dalam proses metabolisme.
COD Chemical Oxygen Demand menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sukar didegradasi secara biologis nonbiodegradable menjadi CO
2
dan H
2
O Effendi 2003. Nilai COD tertinggi hasil pengukuran pada stasiun pertama yang berada di muara Sungai Karang
Geneng yaitu sebesar 17.55 mgL.
c. Parameter biologi
Parameter biologi yang diukur adalah Coliform faecal. Coliform adalah bakteri berbentuk batang, gram negatif, dan tidak berspora. Coliform terdiri dari 4
genus utama dari familia Enterobacteriaceae: Citrobacter, Enterobacter, Escherichia dan Klebsiella. Coliform dapat tumbuh pada suhu -2 ⁰C
– 50 ⁰C dan pada kisaran pH 4,4 - 9,0 Jay 2000 in Firlieyanti 2005. Bakteri indikator sanitasi yang digunakan
untuk mendeteksi kontaminasi faecal pada air dan sekaligus juga mendeteksi kemungkinan adanya intestinal patogen adalah Escherichia coli, sehingga dapat
dijadikan indikasi kontaminasi faecal dan kemungkinan adanya patogen enteric EPA 2002 in Firlieyanti 2005. Bakteri Escherichia coli disajikan
pada Gambar 6.
Gambar 6. Bakteri Escherichia coli Sumber : Firlieyanti 2005
32
Pengukuran E. coli pada tiga stasiun pengamatan keseluruhannya 2400 MPN100 mL, apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari
kadarnya melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 200 MPN100 mL. Kandungan E. coli yang tinggi pada Pantai Kartini diduga disebabkan adanya
masukan limbah cair, terutama limbah cair domestik sewage yang umumnya mengandung bahan organik dan bakteri faecal coliform dalam konsentrasi tinggi
tanpa melalui pengolahan. Limbah cair domestik sewage adalah air buangan dari rumah tangga, institusi, fasilitas komersial, dan fasilitas-fasilitas lain yang sejenis,
yang bervariasi kuantitas dan komposisinya dari waktu ke waktu. Limbah ini mengandung bahan organik dan anorganik yang berbentuk cair, suspensi atau koloid.
Setiap liter dari limbah domestik biasanya mengandung jutaan sel mikroba, dan kebanyakan mengandung bakteri yang berasal dari saluran pencernaan Mukhtasor
2007. Limbah cair domestik umumnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu limbah
cair yang berasal dari air cucian seperti deterjen, minyak dan limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, shampo, tinja, dan air seni. Limbah cair domestik ini
menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat Fakhrizal 2000 in Mukhtasor 2007. Hasil pengamatan dan wawancara
menunjukkan keseluruhan limbah cair yang masuk ke Pantai Kartini belum mengalami pengolahan. Fakhrizal 2000 in Mukhtasor 2007 menyatakan air
limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus setiap liternya, dan lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung,
yaitu virus, protozoa, cacing, dan bakteri yang umumnya diwakili oleh Escherichia coli.
Keberadaan E. coli yang melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan pada Pantai Kartini dapat menjadi indikasi mengenai keberadaan patogen enteric WHO 2004 in
Firlieyanti 2005, yaitu bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera, Shigella dysenteriae penyebab disentri bailer,
Salmonella typhi dan parathypi penyebab demam tifoid dan paratifoid dan
33
Entamoeba histolytiaca penyebab disentri amuba Firlieyanti 2005, sehingga apabila hal ini tidak ditangani secara serius dapat membahayakan pengunjung yang datang ke
kawasan wisata TRP Kartini, khususnya yang melakukan kegiatan wisata pantai seperti berenang, dan mandi air. Menurut Soeroto 1997 in Mukhtasor 2007
cemaran coliform kurang berbahaya bagi penduduk Indonesia, dibandingkan dengan pengunjung asing dikarenakan memiliki kekebalan yang berbeda terhadap penyakit di
daerah tropis.
4.2.1.6. Kondisi Perikanan
Sektor perikanan Kabupaten Rembang menempati urutan ke - 3 se wilayah Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pati.
Kabupaten Rembang memiliki beberapa pelabuhan perikanan, salah satunya adalah Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung yang terletak di kawasan pesisir Pantai
Kartini yang merupakan salah satu pelabuhan yang berperan penting dalam pemasukan APBD Kabupaten Rembang dengan nilai produksi terbesar dengan hasil
tangkapan tertinggi yang dimiliki selama 5 tahun terakhir antara tahun 2003-2007 terdapat di TPI Tasik Agung disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Hasil komoditi yang didaratkan di PPP Tasik Agung
Jenis ikan yang terdapat di kawasan pesisir Pantai Kartini diketahui melalui pengamatan di pantai maupun berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan
34
tradisional yang menggunakan kapal di bawah 10 GT. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan tradisional berupa jaring udang, dan jaring rajungan dengan
jenis ikan yang ditangkap adalah ikan kerapu, ikan kembung Restrelliger brachysoma, ikan banyar Rastrelliger kanagurta, dan ikan juwi Sardinella
fimbriata.
4.2.2. Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
4.2.2.1. Kependudukan
Desa Tasik Agung memiliki luas sebesar 64,05 ha. Desa Tasik Agung terletak bersebelahan dengan TRP Kartini dan pada Desa Tasik Agung terdapat PPP Tasik
Agung. Pengembangan TRP Kartini dan PPP Tasik Agung sebagai kawasan bahari terpadu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama dukungan masyarakat
sekitar, yaitu masyarakat Desa Tasik Agung. Masyarakat Desa Tasik Agung berjumlah 3832 orang, dengan jumlah masyarakat berjenis kelamin laki-laki sebesar
1917 orang dan jumlah jumlah masyarakat berjenis kelamin perempuan sebesar 1915 orang dengan kelompok usia muda berkisar antara 0
–14 tahun sebesar 8, usia produktif memiliki kisaran antara 15
–64 tahun sebesar 82, kelompok usia tua dengan kisaran usia 65 tahun sebesar 10. Hal ini berarti hampir keseluruhan
masyarakat Desa Tasik Agung termasuk dalam kelompok usia produktif untuk bekerja. Kelompok usia masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Kelompok usia masyarakat Desa Tasik Agung
35
Pendidikan dapat menunjang kualitas sumberdaya manusia sehingga memiliki bekal dalam menghadapi tantangan global, termasuk dalam upaya mengembangkan
Kawasan Bahari Terpadu antara TRP Kartini dengan PPP Tasik Agung agar lebih unggul dalam menghadapi persaingan wisata. Masyarakat Desa Tasik Agung sebesar
64 menempuh pendidikan SD, sebesar 21 menempuh pendidikan SMP, sebesar 11 menempuh pendidikan SMA, sebesar 1 masing-masing menempuh pendidikan
D1 dan D3, dan sisanya sebesar 2 menempuh pendidikan S1. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Tasik Agung masih memiliki tingkat
pendidikan yang relatif rendah, karena sebesar 64 masyarakat hanya menempuh pendidikan SD. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan
pada Gambar 9.
Gambar 9. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tasik Agung
Desa Tasik Agung merupakan salah satu desa yang terletak di kawasan pesisir Kabupaten Rembang. Mata pencaharian penduduk Desa Tasik Agung sebagian besar
dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam dan aktivitas yang ada, yaitu sebanyak 60 memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, sebanyak 10 masyarakat
memiliki mata pencaharian sebagai pegawai negeri, dan sisanya sebesar 30 memiliki mata pencaharian sebagai wiraswasta dan tidak bekerja. Mata pencaharian
masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan pada Gambar 10.
36
Gambar 10. Mata pencaharian masyarakat Desa Tasik Agung
4.2.2.2. Karakteristik sosial dan budaya masyarakat
Budaya merupakan salah satu motivasi seseorang untuk berwisata. Keanekaragaman kesenian, adat istiadat, dan agama menjadi daya tarik bagi
wisatawan untuk mengunjungi suatu kawasan wisata, demikian pula dengan keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar kawasan Tasik
Agung yang merupakan bagian Kecamatan Rembang dapat menarik perhatian wisatawan. Masyarakat di sekitar kawasan Tasik Agung memiliki beraneka ragam
budaya daerah, baik yang bersifat keagamaan, maupun kesenian daerah. Atraksi budaya di sekitar kawasan Tasik Agung diperlihatkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Atraksi budaya di sekitar kawasan Tasik Agung No
Atraksi Budaya Waktu
Lokasi Keterangan
1 SyawalanKupatan
7 hari setelah Idul
Fitri Pantai dan
kawasan wisata
TRP Kartini
Berbagai kegiatan seperti Lomban wisata laut, wisata
belanja, sedekah laut dan pertunjukan musik
2 Kesenian daerah
Setiap dikehendaki
- Kethoprak, pedalangan.
karawitan, tayub, campur sari, orek-orek
Sumber: Disparbud Kab Rembang 2008
4.2.3. Karakteristik responden masyarakat Desa Tasik Agung
Desa Tasik Agung merupakan desa yang terletak bersebelahan dengan kawasan wisata TRP Kartini Rembang yang terdiri dari 4 RW. Karakteristik responden
37
masyarakat Desa Tasik Agung diambil berdasarkan pertimbangan keterlibatan masyarakat dalam kawasan wisata yang diperlihatkan pada Lampiran 6.
Responden masyarakat Desa Tasik Agung terdiri dari 21 orang laki – laki dan 9
orang perempuan dengan persentase kelompok usia 15-64 yang merupakan usia produktif sebesar 97, sedangkan kelompok usia tua sebesar 3 dengan kisaran usia
lebih dari 65 tahun. Hal ini menunjukan sebagian besar responden masyarakat termasuk kelompok usia produktif bekerja. Kelompok umur responden masyarakat
Desa Tasik Agung disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Kelompok usia responden masyarakat Desa Tasik Agung
Besarnya jumlah responden masyarakat yang berusia produktif perlu didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada, diantaranya melalui
pendidikan. Tingkat pendidikan responden masyarakat Desa Tasik Agung masih tergolong relatif rendah, hal ini dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh
responden masyarakat dengan persentase terbesar yaitu 47 adalah Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Atas SMA sebesar 27, Sekolah Menengah Pertama
SMP sebesar 23, dan D2 sebesar 3. Tingkat pendidikan responden masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan pada Gambar 12.
38
Gambar 12. Tingkat pendidikan responden masyarakat Desa Tasik Agung
Letak Desa Tasik Agung yang berada pada kawasan pesisir kabupaten Rembang berpengaruh terhadap mata pencaharian yang dimiliki oleh responden
masyarakat Desa Tasik Agung yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dengan persentase 54 , peegawai negeri sebesar 10, serta yang
memiliki mata pencaharian sebagai wiraswasta dan tidak bekerja Ibu rumah tangga sebesar 36. Mata pencaharian responden masyarakat Desa Tasik Agung
diperlihatkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Mata pencaharian responden masyarakat Desa Tasik Agung
Mata pencaharian masyarakat mempengaruhi banyaknya pendapatan yang diterima, semakin tinggi pendapatan yang diterima menggambarkan kemakmuran
masyarakat yang semakin baik. Responden masyarakat Desa Tasik Agung sebesar 40 memiliki kisaran pendapatan 1 juta - 2 juta, sebesar 17 memiliki kisaran
pendapatan antara 500 ribu - 1 juta, sebesar 17 memiliki kisaran pendapatan antara 2 juta - 5 juta, sebesar 13 responden masyarakat memiliki kisaran pendapatan
antara 300 ribu - 500 ribu, dan responden masyarakat yang tidak berpenghasilan
39
memiliki persentase sebesar 13. Hal ini menunjukkan perekonomian sebagian besar responden masyarakat Desa Tasik Agung sudah cukup baik. Tingkat
pendapatan responden masyarakat Desa Tasik Agung disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Tingkat pendapatan responden masyarakat Desa Tasik Agung
Keberadaan kawasan wisata TRP Kartini seharusnya dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar kawasan wisata untuk ikut serta dalam
meramaikan kegiatan wisata, sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat di sekitar kawasan. Responden masyarakat Desa Tasik Agung sebanyak 33
menyatakan kegiatan wisata di TRP Kartini Rembang memiliki pengaruh berupa dampak positif, yang ditandai dengan pemasukan responden masyarakat yang
bertambah sejak adanya kawasan wisata. Sebanyak 33 responden masyarakat biasanya turut berjualan pada hari libur dan saat Syawalan, serta menjadi petugas
parkir saat acara Syawalan. Sebanyak 67 responden masyarakat Desa Tasik Agung menyatakan bahwa kegiatan wisata tidak memberikan dampak apapun terhadap
tempat tinggal, hal ini dikarenakan responden masyarakat lebih mendapatkan manfaat dari kegiatan perikanan di PPP Tasik Agung. Pengaruh kegiatan wisata terhadap
responden masyarakat Desa Tasik Agung disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15. Pengaruh kegiatan wisata terhadap responden masyarakat Desa Tasik Agung
40
Keberhasilan pengelolaan suatu kawasan wisata dapat dilihat dari persepsi masyarakat sekitar dan pengunjung. Persepsi responden masyarakat Desa Tasik
Agung terhadap kawasan wisata TRP Kartini sangat bervariasi, namun hampir sebagian besar responden masyarakat menyatakan bahwa kualitas kawasan wisata
TRP Kartini kurang baik yaitu sebesar 63, hal ini dikarenakan ketersediaan sarana prasarana yang ada kurang baik, kurangnya atraksi wisata yang terdapat di TRP
Kartini serta penataan ruang yang relatif belum tertata dengan baik mengakibatkan hampir sebagian besar responden masyarakat menyatakan bahwa TRP Kartini kurang
menarik. Responden masyarakat yang menyatakan cukup baik sebesar 30, dan sisanya sebanyak 7 menyatakan baik. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan
yang lebih baik, yang dapat memahami keinginan masyarakat maupun pengunjung dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Persepsi responden masyarakat
terhadap TRP Kartini disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16. Persepsi responden masyarakat terhadap TRP Kartini
4.2.4. Karakteristik responden pengunjung TRP Kartini
4.2.4.1. Jumlah pengunjung wisata TRP Kartini
Jumlah pengunjung di TRP Kartini dapat dilihat selama 6 tahun terakhir dari tahun 2002
–2007. Jumlah pengunjung tertinggi terdapat pada tahun 2003 yaitu sebesar 369.817 orang, menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang hal ini
dikarenakan pada tahun 2003 terdapat penambahan fasilitas di TRP Kartini, yaitu kolam renang. Jumlah pengunjung TRP Kartini tahun 2002-2007 disajikan pada
Gambar 4.
41
Pengunjung kawasan wisata TRP Kartini mengalami penurunan terus menerus mulai tahun 2004 hingga 2007, yang menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang,
penurunan jumlah pengunjung mulai tahun 2004 hingga tahun 2007 diduga disebabkan oleh beberapa faktor yakni adanya kenaikan BBM, kondisi ekonomi
nasional, turunnya hujan saat Syawalan, isu tsunami, adanya kegiatan sedekah laut di sekitar daerah setempat yang dilaksanakan bersamaan dengan acara syawalan, adanya
pesaing dari kabupaten lain, serta kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung obyek wisata TRP Kartini.
Gambar 17. Jumlah pengunjung TRP Kartini tahun 2002-2007 Sumber : Disparbud Kab Rembang 2008
4.2.4.2. Responden pengunjung TRP Kartini
Pengunjung merupakan faktor penting dalam pengembangan kawasan wisata, semakin ramai pengunjung akan menambah pendapatan bagi pengelola kawasan
wisata serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Sebanyak 30 responden pengunjung di TRP Kartini diantaranya sebanyak 14 responden memiliki
jenis kelamin laki-laki, dan 16 orang responden memiliki jenis kelamin perempuan. Responden pengunjung yang datang ke TRP Kartini hampir sebagian besar datang
bersama keluarga, maupun kolega lainnya. Sebanyak 3 responden pengunjung memiliki kisaran usia antara 0
–14 tahun yang merupakan kisaran usia anak-anak dan 15
–64 tahun sebesar 97, hal ini berarti hampir keseluruhan responden pengunjung berada dalam kisaran usia produktif untuk bekerja, dan diduga datang ke TRP Kartini
42
untuk menghilangkan kebosanan dan kelelahan bekerja. Persentase jenis kelamin responden pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18. Kelompok usia responden pengunjung TRP Kartini
Asal responden pengunjung di TRP Kartini sebagian besar berasal dari Kota Rembang yaitu 44, Pamotan sebesar 20, Pati sebesar 10, Pekalongan dan
Lasem masing-masing sebesar 7, dan sisanya berasal dari Tuban, Bulu, Blora, dan Jepara yang masing-masing memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 3.
Responden pengunjung terbanyak berasal dari Kota Rembang yaitu sebesar 44 dikarenakan jaraknya yang lebih dekat dibandingkan dengan responden pengunjung
lainnya, sehingga memudahkan responden pengunjung yang berasal dari Kota Rembang untuk datang ke TRP Kartini setiap saat. Adanya responden pengunjung
yang berasal dari kabupaten lain, seperti Tuban, Pati, Jepara, dan Blora menunjukkan bahwa kawasan wisata TRP Kartini cukup menarik dan diminati. Asal responden
pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19. Asal responden pengunjung TRP Kartini
43
Kecenderungan pemilihan kawasan wisata bagi pengunjung dipengaruhi oleh beberapa karakteristik diantaranya ialah usia, tingkat pendidikan, pendapatan, status
sosial, dan waktu luang Cooper et al. 1993. Sebanyak 30 responden pengunjung di TRP Kartini sebesar 43 menempuh pendidikan terakhir SMU, 40 berpendidikan
S1, 7 responden pengunjung masing-masing menempuh pendidikan terakhir D3 dan SMP, serta 3 berpendidikan SPG. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan
responden pengunjung di TRP Kartini relatif cukup tinggi, dikarenakan besarnya persentase pengunjung yang berpendidikan SMU dan S1, sedangkan tingkat
pendidikan terendah adalah SMP dengan persentase sebesar 7 dari total responden pengunjung. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi memudahkan pengelola untuk
mengarahkan pengunjung untuk turut serta menjaga kelestarian kawasan wisata. Tingkat pendidikan responden pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 20.
Gambar 20. Tingkat pendidikan responden pengunjung TRP Kartini
Jenis pekerjaan responden pengunjung dengan persentase terbesar sebanyak 33 memiliki jenis pekerjaan swasta, sebesar 23 bekerja sebagai PNS, serta
sebagai pelajar dan mahasiswa masing-masing sebesar 17, ibu rumah tangga sebesar 7, dan sisanya sebesar 3 responden pengunjung tidak bekerja. Jenis
pekerjaan responden pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 21.
44
Gambar 21. Jenis pekerjaan responden pengunjung TRP Kartini
Tingkat pendapatan responden pengunjung TRP Kartini menggambarkan kemakmuran yang dimiliki responden pengunjung, dan hal ini berpengaruh terhadap
pemilihan kawasan wisata. Responden pengunjung TRP Kartini sebesar 44 tidak berpenghasilan, dikarenakan jumlah pengunjung terbesar memiliki status sebagai
mahasiswa dan pelajar, penghasilan antara 1 - 2 juta sebesar 20, penghasilan antara 300 - 500 ribu sebesar 13, penghasilan antara 2 - 5 juta sebesar 13, penghasilan
kurang dari 300 ribu memiliki persentase sebesar 7, serta sisanya memiliki penghasilan berkisar antara 500 ribu
– 1 juta sebesar 3. Hal ini menunjukkan bahwa TRP Kartini dapat dijadikan sebagai tempat tujuan berwisata bagi semua
kalangan sosial, dan ini didukung dengan harga tiket masuk TRP Kartini yang relatif murah yaitu Rp. 1500,- untuk hari biasa, hari Minggu sebesar Rp. 2000,-, dan saat
acara Syawalan sebesar Rp. 2500,- sehingga memungkinkan semua kalangan sosial untuk berkunjung ke kawasan wisata TRP Kartini. Tingkat pendapatan responden
pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 22.
Gambar 22. Tingkat pendapatan responden pengunjung TRP Kartini
45
Kepuasan pengunjung terhadap kawasan wisata menggambarkan keberhasilan pengelola kawasan dalam mengelola suatu kawasan wisata. Pengelolaan yang
dilakukan tidak hanya berdasarkan pada keindahan alam, namun juga fasilitas yang disediakan, meliputi ketersediaan air bersih, toilet, tempat ibadah, makanan dan
minuman, tempat bermain, transportasi, serta pelayanan yang diberikan sehingga dapat menunjang pariwisata. Tanggapan responden pengunjung mengenai fasilitas
yang tersedia di TRP Kartini terhadap ketersediaan air bersih sebanyak 33 berpendapat tidak tahu, sebesar 24 berpendapat kurang baik, sebesar 23 cukup
baik, dan sisanya sebanyak 20 mengatakan baik. Ketersediaan toilet di TRP Kartini menurut persepsi responden pengunjung
sebesar 37 berpendapat kurang baik, sebesar 36 berpendapat cukup baik, sebesar 20 berpendapat tidak tahu, dan sebesar 7 berpendapat baik. Persentase terbesar
berpendapat bahwa kondisi toilet yang terdapat di kawasan wisata TRP Kartini kurang baik, sehingga dibutuhkan suatu pengelolaan lebih lanjut terhadap fasilitas
toilet yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pengunjung yang datang. Ketersediaan Tempat ibadah yang terdapat di TRP Kartini menurut persepsi
responden pengunjung sebesar 53 menjawab kurang baik, sebesar 17 menjawab cukup baik, dan sisanya 17 tidak tahu. Tempat ibadah yang kurang terawat dapat
membuat kenyamanan pengunjung berkurang, sehingga hal ini membutuhkan suatu upaya pengelolaan yang lebih baik oleh pihak pengelola kawasan wisata TRP Kartini.
Ketersediaan makanan dan minuman di dalam TRP Kartini berdasarkan persepsi responden pengunjung sebesar 43 menyatakan kurang baik, sebesar 33
cukup baik, 17 tidak tahu, dan sisanya sebesar 7 menyatakan baik. Ketersediaan makanan dan minuman berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung, terutama
dalam pemenuhan kebutuhan pangan pengunjung saat berkunjung ke kawasan wisata. Fasilitas lain seperti tempat bermain di TRP Kartini menurut persepsi
responden pengunjung sebanyak 73 menyatakan kurang baik dan 27 menyatakan cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan sarana bermain di TRP
Kartini masih perlu ditingkatkan lagi agar lebih menarik, seperti dengan penambahan
46
wahana yang ada maupun pengadaan atraksi wisata lain yang dapat menarik pengunjung.
Ketersediaan tempat sampah pada kawasan TRP Kartini berdasarkan persepsi responden pengunjung 64 menyatakan kurang baik, 23 menyatakan cukup baik,
3 menyatakan tidak tahu, dan 10 menyatakan baik. Persentase tertinggi sebesar 64 menyatakan kurang baik sehingga diperlukan suatu upaya penyediaan dan
penempatan tempat sampah di tempat yang strategis dan mudah dijangkau untuk menghindari sampah yang bertebaran serta dengan pemberian himbauan untuk
membuang sampah pada tempatnya demi menjaga kelestarian pantai. Transportasi merupakan faktor penting dalam pengembangan kawasan wisata.
Letak kawasan wisata akan mudah dijangkau apabila didukung oleh ketersediaan transportasi yang baik. Persepsi responden pengunjung yang datang ke TRP Kartini
sebesar 53 pengunjung menyatakan bahwa transportasi menuju TRP Kartini sangat baik, sebesar 37 menyatakan baik, dan sebesar 10 menyatakan cukup baik.
Pelayanan merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan pengunjung. Sebanyak 23 responden pengunjung berpendapat pelayanan yang tersedia kurang
baik, sebanyak 34 cukup baik, sebanyak 3 tidak tahu, dan sisanya 40 mengatakan pelayanan yang ada di TRP Kartini Rembang baik. Persentase terbesar
menunjukkan bahwa pelayanan yang terdapat di kawasan wisata TRP Kartini baik, sehingga pihak pengelola kawasan wisata perlu mempertahankan pelayanan, bahkan
meningkatkan pelayanan yang tersedia sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung. Persepsi responden pengunjung terhadap sarana dan prasarana TRP
Kartini disajikan pada Gambar 23.
47
Gambar 23. Persepsi responden pengunjung terhadap sarana dan prasarana TRP Kartini
4.3. Kesesuaian Wisata Pantai Kartini
Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati
pemandangan dan iklim. Kesesuaian wisata pantai dapat dilihat dengan melakukan analisis indeks kesesuaian wisata. Wisata di TRP Kartini apabila dilihat berdasarkan
kategori wisata pantai dapat digolongkan kategori rekreasi. Dalam wisata perlu diperhatikan parameter-parameter kesesuaian wisata dengan memperhatikan beberapa
klasifikasi penilaian sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi wisata yang diamati, demikian pula klasifikasi penilaian pada kawasan wisata TRP Kartini.
Penghitungan indeks kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi memperhatikan beberapa parameter, yang meliputi kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai,
material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar Yulianda 2007. Nilai Indeks
Kesesuaian Wisata IKW TRP Kartini disajikan pada Tabel 12 dan penghitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata IKW disajikan pada Lampiran 8.
Tabel 12. Indeks Kesesuaian Wisata kategori rekreasi pantai Lokasi Pengamatan
Total Skor IKW
Tingkat Kesesuaian Stasiun 2
120 76
S2
48
TRP Kartini memiliki nilai IKW sebesar 76 yang termasuk kategori S2 cukup sesuai, hal ini berarti kawasan wisata TRP Kartini cukup sesuai dijadikan
sebagai kawasan wisata pantai. Pengelolaan kawasan wisata pantai perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta
kesejahteraan masyarakat sekitar.
4.4. Daya Dukung Kawasan DDK TRP Kartini Rembang