Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran

Prinsip dari klasifikasi dasar laut secara akustik adalah bersandarkan pada pengamatan awal bahwa echo akustik yang berasal dari specular reflection sistem single beam mengandung informasi yang memiliki keterkaitan dengan sifat-sifat sedimen seperti kekerasan hardness, kekasaran roughness porositas, dan ukuran butir median grain size. Namun echosounder beam tunggal memiliki keterbatasan dalam hal kecilnya cakupan spasial yang dihasilkan Penrose et al. 2005. Penggunaan sistem multibeam telah memperluas secara signifikan klasifikasi dan mapping dasar laut hingga mencapai sekala yang halus dan cakupan yang lebih luas dan kontinyu Anderson et al. 2008. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai nilai backscatter strength dasar perairan serta kaitannya dengan sifat-sifat fisis sedimen penyusunnya. Secara diagramatik kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Menghitung nilai acoustic backscattering strength dasar perairan untuk identifikasi jenis substrat dasar perairan. 2 Mengukur beberapa parameter fisik sedimen tekstur, densitas dan porositas yang diduga berpengaruh terhadap nilai backscattering strength dasar perairan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan gambaran karakteristik dasar perairan berdasarkan nilai backscattering strength yang dihasilkan oleh beragam tipe substrat yang ada di dasar perairan. Selain itu, penelitian ini juga bisa dimanfaatkan untuk studi habitat ikan dan geologi kelautan. Gambar 1 Kerangka pemikiran dalam penelitian ini. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimen Dasar Laut

Seluruh permukaan dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun. Sedimen ini terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan kulit shell serta sisa rangka- rangka dari organisme laut Hutabarat Evans 2000. Sedimen dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya maupun ukuran partikelnya. Menurut Thurman 1993 sumber sedimen berkaitan dengan asal mula material sedimen, yaitu batuan, air laut, atmosfer, dan organisme. Sedimen yang berasal dari batuan dinamakan lithogenous, pada umumnya mengandung mineral feromagnesian seperti olivine, augite, dan biotite dan nonferomagnesian seperti quartz, feldspar, dan muscovite. Batuan ini mengalami proses pelapukan secara kimiawi maupun fisika, partikel-partikelnya dilarutkan dan akhirnya diendapkan di dasar laut. Sedimen lithogenous biasanya berada di sekitar batas- batas benua continents. Sedimen hydrogenous adalah sedimen yang berasal dari reaksi kimia di dalam air laut, umumnya mengandung mineral mangan, fosfor, dan glauconite. Sedimen cosmogenous adalah sedimen yang berasal dari partikel kosmik yang mengenai permukaan bumi, mengalami suspensi dalam jangka waktu yang lama, dan akhirnya terlarut ke dalam air laut dan terendapkan. Material ini umumnya mengandung unsur besi. Sedimen biogenous adalah sedimen yang terbentuk dari sisa-sisa organisme seperti tulang, gigi dan cangkang, umumnya mengandung unsur calcium carbonat CaCO 3 dan silica SiO 2 Ukuran partikel sedimen merupakan cara yang mudah untuk menentukan klasifikasi sedimen. Berdasarkan ukuran partikel ini, Wentworth 1922 mengelompokkan sedimen ke dalam beberapa nama Tabel 1. Boulder bongkah batu merupakan sedimen dengan ukuran partikel berdiameter lebih dari 256 mm. Sand pasir adalah sedimen dengan diameter partikel berukuran 0.062 – 2 mm. Silt lanau adalah sedimen dengan diameter partikel berukuran 0.004 – 0.062 .