Acoustic backscattering strength yang berasal dari beam akustik ini mengandung sejumlah informasi yang berkaitan dengan karakteristik permukaan dasar laut,
seperti kekerasan maupun kekasaran. Pada sistem multi beam, setiap pemancaran pulsa akustik satu ping akan dihasilkan banyak footprint beam akustik pada
posisi melintang di bawah badan kapal. Tiap beam akustik mengandung informasi tentang amplitudo pulsa suara yang dipantulkan oleh dasar laut. Dua pendekatan
dengan sistem yang berbeda tersebut akan diaplikasikan pada pengukuran acoustic backscattering strength berbagai jenis substrat dasar perairan.
Perkembangan dewasa ini dalam bidang klasifikasi substrat dasar perairan dan kuantifikasi vegetasi bawah air, telah menjadikan teknik hidroakustik sebagai
piranti yang efektif dalam monitoring dan mapping parameter-parameter habitat dalam ekosistem akuatik Hoffman et al. 2001.
1.3 Kerangka Pemikiran
Karakterisasi sedimen dasar laut menggunakan metode akustik telah menjadi suatu hal yang penting dalam berbagai bidang riset seperti hidrografi,
geologi kelautan, biologi kelautan, teknik kelautan, dan perikanan Chanchal Chakraborty 2011.
Ilmu yang mengaitkan sifat-sifat akustik dengan sedimen dasar laut telah dimulai sejak awal digunakannya marine acoustic
Anderson et al. 2008. Klasifikasi dasar laut secara akustik berkembang dari aplikasi normal incidence
pada sistem echosounder beam tunggal single beam echo sounder yang digunakan dalam ilmu-ilmu kelautan. Kemudian oblique incidence yang
diterapkan pada side scan sonar SSS dan multibeam echo sounder digunakan untuk mengklasifikasi dan memetakan landscape dasar laut. Saat ini, teknik
akustik yang diterapkan terhadap dasar laut dikaitkan dengan identifikasi, klasifikasi, dan mapping geologi dasar laut dan biotanya Anderson et al. 2008.
Diaz 2000 menyatakan bahwa nilai rata-rata backscatter strength yang diperoleh dari penggunaan instrumen Simrad EM – 1000 Multibeam Sonar dapat
digunakan untuk memprediksi tipe dasar laut seperti mud, silt, fine sand, medium sand, coarse sand, dan rock.
Prinsip dari klasifikasi dasar laut secara akustik adalah bersandarkan pada pengamatan awal bahwa echo akustik yang berasal dari specular reflection sistem
single beam mengandung informasi yang memiliki keterkaitan dengan sifat-sifat sedimen seperti kekerasan hardness, kekasaran roughness porositas, dan
ukuran butir median grain size. Namun echosounder beam tunggal memiliki keterbatasan dalam hal kecilnya cakupan spasial yang dihasilkan Penrose et al.
2005. Penggunaan sistem multibeam telah memperluas secara signifikan klasifikasi dan mapping dasar laut hingga mencapai sekala yang halus dan
cakupan yang lebih luas dan kontinyu Anderson et al. 2008. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai nilai
backscatter strength dasar perairan serta kaitannya dengan sifat-sifat fisis sedimen penyusunnya.
Secara diagramatik kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Menghitung nilai acoustic backscattering strength dasar perairan untuk
identifikasi jenis substrat dasar perairan. 2 Mengukur beberapa parameter fisik sedimen tekstur, densitas dan
porositas yang diduga berpengaruh terhadap nilai backscattering strength dasar perairan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan gambaran karakteristik dasar perairan berdasarkan nilai backscattering strength yang dihasilkan oleh beragam tipe
substrat yang ada di dasar perairan. Selain itu, penelitian ini juga bisa dimanfaatkan untuk studi habitat ikan dan geologi kelautan.