Analisis Data Curug Jaksa

d. Diam didefinisikan sebagai katak tidak melakukan pergerakan apapun atau diam. Proses adaptasi R. margaritifer diamati berdasarkan pertumbuhan individu, interaksi dengan komponen terrarium, perilaku katak, dan pakan. Aspek pertumbuhan yang meliputi bobot tubuh dan Snout Vent Length SVL katak diukur setiap 10 hari selama 1 bulan menggunakan jangka sorong dan neraca pegas. Suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor fisik yang dapat mempengaruhi aktivitas amfibi. Ada 3 aspek yang diamati dalam pengukuran suhu yaitu suhu terrarium, suhu tubuh katak jantan, dan suhu tubuh katak betina. Pengukuran suhu dilakukan 3 kali dalam sehari 24 jam yaitu pagi hari pukul 10.00, siang hari pukul 14.00, dan malam hari pukul 20.00.

3.4 Analisis Data

Penangkaran pada R. margaritifer bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor keberhasilan adaptasi selama kegiatan penangkaran yang ditentukan berdasarkan kondisi habitat buatan, kesehatan, perilaku harian, dan pemberian pakan. Data yang diperoleh dianalisis dalam bentuk deskriptif. Setiap aktivitas yang dilakukan setiap hari dijelaskan secara deskriptif termasuk perilaku R. margaritifer pasca sterilisasi. Salah satu faktor yang menetukan keberhasilan adaptasi yaitu pertumbuhan bobot tubuh dan SVL. Bobot tubuh dan SVL diukur selama satu bulan dengan interval waktu selama 10 hari sehingga diketahui rata-rata pertumbuhan bobot tubuh dan SVL per hari. − � �� ℎ ℎ = �� ℎ ℎ � ℎ �� − � �� ℎ �� = �� ℎ �� � ℎ �� BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Taman Safari Indonesia terletak di Desa Cibereum, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Pada awal dibuka untuk umum, luas lahan TSI hanya 55 ha. Seiring perkembangannya hingga 2006-2008 luas TSI mencapai ± 165 ha, dengan luas tanah yang sudah bersetifikat 1990-2006 adalah ± 103,815 ha atau 62,92 dengan perincian Hak Guna Bangunan HGB seluas ± 19,8915 ha dan Hak Guna Pakai HGP seluas ± 83,9235 ha. Sampai 2008, TSI Cisarua –Bogor mengalami penambahan lahan seluas 110 ha dalam waktu 22 tahun. Pengumpulan individu Rhacophorus margaritifer dilakukan di sekitar kawasan Taman Safari Indonesia. Terdapat 2 lokasi tempat pengumpulan individu yaitu Curug Jaksa dan Rumah Dua. Deskripsi mengenai kondisi habitat pada dua lokasi ini dilakukan selama pengumpulan R. margaritifer dan wawancara langsung dengan petugas Taman Safari Indonesia.

4.1 Curug Jaksa

Lokasi pengambilan R. margaritifer di Curug Jaksa dilakukan di sekitar jalur lokasi wisata. Suhu yang diamati pada siang hari berkisar antara 19,6 –21,8 o C saat cuaca mendung, ± 20 o C saat gerimis, dan 20,5 –22 o C saat cuaca cerah. Sedangkan saat pengamatan, suhu berkisar antara 19,5 –21,5 o C saat cuaca mendung, ± 20 o C saat gerimis, dan antara 20 –21,5 o C saat cerah. Habitat di lokasi ini didominasi oleh tumbuhan Damar Agathis dammara, Angsana Pterocarpus indicus dan Kecubung Brugmansia suaveolens. Terdapat air terjun setinggi ± 25 meter yang dibawahnya dibentuk seperti kolam. Ada 2 aliran air yang ditemukan yaitu yang terdapat di sebelah kanan jalur masuk lokasi wisata Gambar 6a dan aliran air sungai yang berasal dari air terjun Gambar 6b. Tutupan tajuk cukup rapat karena masih merupakan bagian dari hutan primer pegunungan. Tingkat gangguan oleh aktivitas manusia cukup tinggi di lokasi ini terutama pada akhir pekan karena dijadikan sebagai salah satu objek wisata di Taman Safari Indonesia. Hal ini pula yang menyebabkan banyaknya sampah bekas aktivitas pengunjung yang ditemukan di aliran sungai yang berasal langsung dari air terjun. Gambar 6 Kondisi habitat alami R. margaritifer di TSI: a Aliran air di sebelah kanan jalur masuk lokasi wisata Curug Jaksa; b Aliran sungai dari air terjun; dan c Kondisi vegetasi di sekitar lokasi pengumpulan R. margaritifer. Kegiatan pengumpulan individu dilakukan pada 2 aliran air dengan kecepatan yang berbeda. Aliran air yang berada di sebelah kanan jalur masuk lokasi wisata cenderung lambat daripada aliran sungai yang berasal langsung dari Curug Jaksa. Substrat kedua aliran air adalah kerikil dan batuan. Nilai pH yang diukur adalah 6.

4.2 Rumah Dua