katak jantan memegang bagian bawah perut katak betina sedangkan kaki depan katak jantan memegang ketiak kaki depan katak betina. Pada kondisi ini, kaki
depan katak jantan seperti menekan perut katak betina sehingga bagian perut katak betina menggembung ke bawah Hypananda 2012.
2.3.2 Perilaku makan
Kebanyakan amfibi memangsa berbagai jenis hewan yang bisa mereka telan. Beberapa spesies merupakan kanibal, khususnya ketika jumlah anakan
melimpah Stebbins Cohen 1995. Cara berburu mangsa untuk setiap jenis katak berbeda tergantung jenisnya. Katak dengan ukuran tubuh yang gemuk dan
memiliki mulut lebar mencari mangsa dengan cara diam dan menunggu, biasanya memanfaatkan mangsa berukuran besar dalam jumlah yang sedikit. Berbeda
dengan katak dengan ukuran tubuh yang ramping dan bermulut runcing biasanya aktif dalam berburu. Jenis katak ini berburu mangsa berukuran kecil dalam jumlah
banyak Duellman Trueb 1994. Kebutuhan R. margaritifer akan pakan berbeda antara individu jantan dan
individu betina. Menurut Rahman 2009, individu betina memanfaatkan pakan dalam jumlah yang lebih besar daripada individu jantan karena betina
membutuhkan energi yang lebih besar ketika musim kawin tiba. Jenis pakan yang dikonsumsi juga berbeda tergantung habitatnya. Individu suatu jenis tertentu
mungkin menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam jenis dan jumlah mangsa yang dimakan di habitat yang berbeda, hal ini pula mencerminkan perbedaan
ketersediaan mangsa antar habitat Stebbins Cohen 1995. Menurut Rahman 2009, R. margaritifer sebagai satwa arboreal yang aktivitasnya tidak pernah
berada di lantai hutan memanfaatkan jenis serangga yang aktif pada malam hari dan beraktivitas secara arboreal.
2.3.3 Perilaku bersarang
Penggunaan tempat untuk bertelur amfibi sangat beragam Goin et al. 1978. Beberapa telur katak ditempatkan di lokasi yang dekat dengan air sehingga
ketika telur menetas, berudu mudah mencapai air Robert Davies 1997. Hal ini juga terjadi pada R. margaritifer. Menurut Aritonang 2010, selubung busa
clutch yang berisi telur R. margaritifer diletakkan pada daun hijau segar,
tersembunyi, dan dibiarkan menggantung di atas aliran air sungai jernih atau genangan air. Telur dalam busa ditutup dengan dedaunan oleh betina sampai
selubung busa tidak kelihatan lalu betina meninggalkan telurnya. Selubung busa ini diletakkan pada tumbuh-tumbuhan yang berada di
sekitar air terjun atau sungai. Habitat sungai, air terjun, dan genangan air yang dipilih sebagai lokasi yang dekat dengan tempat peletakan selubung busa adalah
habitat yang didominasi oleh tumbuhan air seperti kecubung gunung, pacar air, selada air, dan lumut Aritonang 2010. Tidak hanya pada tumbuhan, Hypananda
2012 menemukan bahwa R. margaritifer juga meletakkan sarang di bawah bebatuan. Akan tetapi, hal ini sangat jarang terjadi.
Lokasi bersarang R. margaritifer harus memiliki komponen-komponen lingkungan yang mendukung keberlangsungan hidup berudu yang akan menetas
nanti. Beberapa komponen lingkungan yang penting adalah ketersediaan pakan dan arus air. Berudu yang menetas pada habitat yang memiliki pakan yang
terbatas akan menurunkan peluang hidup berudu R. margaritifer dan sebaliknya. Menurut Aritonang 2010, berudu yang hidup pada habitat tersebut mengalami
persaingan dalam perebutan pakan sehingga meningkatkan mortalitas. Hal ini juga diungkapkan oleh Schiesari et al. 2006 dimana berudu yang hidup di habitat
yang kaya akan pakan mengalami laju pertumbuhan yang tinggi dibandingkan habitat yang miskin pakan.
Peningkatan laju mortalitas berudu R. margaritifer juga terjadi apabila berudu terbawa hanyut oleh arus sungai yang deras. Pemilihan lokasi bersarang R.
margaritifer menentukan tingkat keberhasilan hidup menjadi katak dewasa.
2.4 Pemeliharaan Amfibi secara Ek –Situ