Pakan Adaptasi dan perilaku katak pohon jawa (Rhacophorus margaritifer Schlegel 1837) di penangkaran Taman Safari Indonesia I Cisarua, Jawa Barat

a b Gambar 5 Bentuk kandang pemeliharaan terrarium: a Terrarium vertikal; bTerrarium horizontal. Substrat yang digunakan terdiri dari tumbuhan hanjuang, batang kayu, tumbuhan berbahan plastik, batuan, dan air yang diperoleh dari aliran yang sama dengan habitat alaminya. Sebelum ditata ke dalam terrarium, terlebih dahulu terrarium dibersihkan dengan alkohol 70 menggunakan kain sterilisasi. Komponen yang dimasukkan ke dalam terrarium juga dibersihkan terlebih dahulu. Setelah semua komponen tertata rapi selanjutnya terrarium diisi air sekitar ±10 cm, diusahakan agar batuan tidak tenggelam. Untuk terrarium vertikal digunakan 1 lampu neon untuk penerangan dan 1 pompa air. Sedangkan terrarium horizontal yang disekat menjadi 2 bagian juga hanya menggunakan 1 lampu neon di bagian tengah terrarium dan 1 pompa air. Mesin pompa air berguna untuk membersihkan air dalam terrarium dari kotoran – kotoran yang berasal dari substrat juga bangkai sisa pakan jangkrik yang tidak dimakan.

c. Pakan

Kebutuhan pakan berbeda antara individu jantan dan betina. Dilihat dari ukuran tubuh, individu betina membutuhkan pakan yang lebih banyak daripada jantan. Menurut Rahman 2009, individu R. margaritifer lebih banyak memangsa dari kelas insekta dan lebih sedikit memangsa dari kelas Gastropoda. Serangga yang dimangsa umumnya arboreal. Selama masa pemeliharaan, pakan yang dipilih adalah jangkrik. Jenis pakan ini dipilih karena berasal dari ordo Orthoptera yang paling banyak dimanfaatkan oleh R. margaritifer di alam Rahman 2009. Selain itu, jangkrik juga merupakan pakan yang mudah diperoleh dari toko –toko tertentu. Ukuran tubuh jangkrik yang diberikan sebagai pakan berbeda-beda. Untuk katak jantan diberikan jangkrik dengan ukuran panjang 0,75 –1 cm, sedangkan untuk katak betina diberikan jangkrik dengan ukuran panjang 1,5 –2,25 cm. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sekali pada waktu aktif R. margaritifer sebanyak 4 ekor jangkrik di masing –masing terrarium dengan komposisi 2 jangkrik untuk katak betina dan 2 untuk katak jantan. 3.3.2.4 Adaptasi dan perilaku selama di penangkaran Katak yang berhasil disterilisasi dipindahkan langsung ke dalam terrarium. Sebelumnya, terrarium juga dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70 dan kain sterilisasi. Metode yang digunakan dalam pengamatan adaptasi dan perilaku R. margaritifer adalah ad libitum sampling dimana pengamat mengamati dan mencatat setiap aktivitas R. margaritifer dalam terrarium. Proses pengamatan dan pencatatan selama waktu aktif R. margaritifer berlangsung 30 hari. Definisi dalam pengamatan perilaku menggunakan istilah yang dipakai Firdaus 2011, dimana katak aktif didefinisikan sebagai katak dengan posisi mata terbuka dan bergerak sebagai perubahan posisi penemuan katak dari posisi sebelumnya. Data pergerakan katak dikelompokkan kedalam beberapa perilaku yaitu : a. Berjalan, didefinisikan sebagai katak melakukan perpindahan posisi ke segala arah dengan jarak minimal sama dengan SVL atau lebih dari dua kali melangkahkan kaki dengan berjalan tanpa adanya lompatan dalam satu waktu. b. Melompat didefinisikan sebagai katak melakukan perpindahan posisi ke segala arah dengan melompat dalam satu waktu. c. Bergerak tidak berpindah didefinisikan sebagai katak melakukan pergerakan kesegala arah yang menyebabkan perubahan orientasi dan atau menyebabkan katak tersebut berpindah posisi namun tidak melebihi SVL atau dua langkah dalam satu waktu. d. Diam didefinisikan sebagai katak tidak melakukan pergerakan apapun atau diam. Proses adaptasi R. margaritifer diamati berdasarkan pertumbuhan individu, interaksi dengan komponen terrarium, perilaku katak, dan pakan. Aspek pertumbuhan yang meliputi bobot tubuh dan Snout Vent Length SVL katak diukur setiap 10 hari selama 1 bulan menggunakan jangka sorong dan neraca pegas. Suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor fisik yang dapat mempengaruhi aktivitas amfibi. Ada 3 aspek yang diamati dalam pengukuran suhu yaitu suhu terrarium, suhu tubuh katak jantan, dan suhu tubuh katak betina. Pengukuran suhu dilakukan 3 kali dalam sehari 24 jam yaitu pagi hari pukul 10.00, siang hari pukul 14.00, dan malam hari pukul 20.00.

3.4 Analisis Data