Hubungan Panjang dan Bobot Ikan.

4. Keadaan ikan-ikan liar; Mendekatnya ikan-ikan liar seperti Hiu dan Lumba- lumba yang mana lebih besar ukurannya dibanding dengan cakalang membuat cakalang menjauhi ikan umpan hidup. 5. Jam penangkapan; Jam penangkapan yang terbaik untuk menangkap cakalang adalah antara pukul 6.00-10.00 dan pukul 16.00-18.00 WIB karena pada waktu tersebut menjadi waktu makan bagi ikan-ikan di laut tropis pada umumnya.

4.2.6 Optimasi Alokasi Penangkapan Ikan Cakalang

Penentuan Model goal programming yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 3 tiga variabel keputusan dan tiga kendala tujuan goal constraints. Variabel keputusan yang dimaksud adalah jumlah unit penangkapan pancing tonda X1, jumlah unit penangkapan Gillnet X2 dan jumlah unit penangkapan Payang X3. Selanjutnya, ketiga kendala tujuan yang dimaksud adalah mengoptimalkan hasil tangkapan, mengendalikan jumlah hari operasi dan mengoptimalkan jumlah anak buah kapal. Menurut Siswanto 1993, model goal programming dikenal dua macam persamaan, yaitu: persamaan fungsi tujuan dan persamaan kendala-kendala tujuan. Dengan demikian persamaan dalam fungsi tujuan ditandai oleh kehadiran variabel deviasional dari kendala-kendala tujuan yang harus diminimumkan. Tentunya hal ini merupakan konsekuensi logis dari tujuan variabel deviasional di dalam fungsi kendala tujuan. Angka variabel deviasional ini digunakan dan bermanfaat untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hendak dicapai. Oleh karena itu dalam model goal programming dikenal dua macam variabel deviasional, yaitu: variabel deviasional untuk menampung penyimpangan deviasi hasil penyelesaian di bawah sasaran DB dan variabel deviasional untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian di atas sasaran DA. Kehadiran variabel-variabel deviasional di dalam fungsi kendala tujuan ini akan mengubah makna kendala menjadi sarana untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang dikehendaki. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pengoptimasian alokasi armada penangkapan ikan cakalang adalah: 1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang sesuai MEY, yang diformulasikan dalam bentuk persamaan sistematisnya adalah sebagai berikut: 3181X1+1419X2+438X3+DB1-DA1=536947 Nilai Koefesien X1, X2, X3 adalah nilai produktifitas pertahun untuk setiap jenis teknologi alat tangkap 2. Mengoptimalkan jumlah hari operasi sesuai penangkapan pada tingkat MEY, yang diformulasikan dalam bentuk persamaan sistematis sebagai berikut: 374X1+378X2+432X3+DB2-DA2=1095 Nilai Koefesien X1, X2, X3 adalah jumlah trip yang telah distandarisasi 3. Mengoptimalkan jumlah jumlah nelayan, yang diformulasikan dalam bentuk persamaan sistematis 12X1+1X2+2X3+DB3=282 Nilai Koefesien X1, X2, X3 adalah jumlah nelayan untuk setiap jenis alat tangkap Analisis komputer menggunakan perangkat lunak LINDO dalam optimasi alokasi armada penangkapan ikan di Pelabuhanratu sebagaimana terlihat pada Lampiran 5. Hasil tersebut dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama memuat informasi mengenai penyelesaian optimal, yaitu: nilai fungsi tujuan, nilai variabel deviasional, nilai optimal variabel keputusan, nilai slack and surplus variable, nilai reduced cost dan nilai dual price. Kemudian, pada bagian kedua memuat informasi mengenai analisis sensitivitas parameter fungsi tujuan dan parameter nilai ruas kanan kendala. Selanjutnya, nilai fungsi tujuan dalam goal programming adalah merupakan gabungan dari hasil meminimumkan variabel-variabel deviasional dari kendala- kendala tujuan goal constraints. Hasil olahan LINDO dalam optimasi alokasi armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu memperlihatkan nilai fungsi tujuan sebesar 305.283 dengan memberikan informasi mengenai variabel keputusan sebagai berikut: 1. Jumlah unit penangkapan pacing tonda yang optimal adalah 554 unit yang ditunjukkan oleh variabel keputusan X1 sebesar 554,001099 2. Jumlah unit penangkapan gillnet yang optimal adalah 0 unit yang ditunjukkan oleh variabel keputusan X2 sebesar 0.0000. 3. Jumlah unit penangkapan payang yang optimal adalah 0 unit yang ditunjukkan oleh variabel keputusan X3 sebesar 0.0000 Pokok persoalan di dalam model goal programming adalah penemuan penyelesaian optimal terhadap aneka sasaran yang hendak dicapai. Untuk itu, kehadiran variabel deviasional di dalam model goal programming ini dapat memberikan informasi langsung apakah sasaran-sasaran yang dikehendaki mungkin dicapai ataukah tidak. Dalam optimasi alokasi armada penangkapan ikan cakalang di Palabuhanratu ini terdapat beberapa sasaran yang tercapai, yaitu: mengoptimalkan hasil tangkapan ikan cakalang. Nilai dari variabel deviasional DA adalah nol, yang berarti bahwa target hasil tangkapan sebesar 240.380 kgtahun nilai MEY dipenuhi dengan jumlah unit penangkapan tonda sebanyak 554 unit. Sasaran lain yang tercapai adalah pengoptimalan jumlah anak buah kapal ABK hal ini ditunjukan oleh nilai deviasional DB3 adalah nol. Ikan cakalang merupakan salah satu hasil tangkapan ikan pelagis besar yang dominan dan memiliki nilai ekonomis penting di PPN Palabuhanratu selain ikan tuna dan tongkol. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang yaitu gill net, purse seinne, pancing tonda dan payang. Hasil wawancara dengan nelayan terungkap bahwa nelayan Palabuhanratu cenderung memiliki minat yang besar terhadap alat tangkap pancing tonda dengan bantuan rumpon. Hal ini terkait dengan biaya operasional yang lebih murah menggunakan alat tangkap pancing tonda dibandingkan dengan menggunakan alat tangkap yang lain, selain itu pengoperasian dengan alat tangkap pancing tonda juga relatif lebih mudah dan menghemat waktu. Hasil wawancara tersebut relevan dengan angka statistik alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu sebagaimana yang terlihat pada Tabel 6. Jumlah gillnet dan payang semakin berkurang dari tahun ke tahun. Pada 2011, jumlah payang hanya tinggal 45 unit saja sedangkan gillnet tersisa 22 unit di PPN Palabuhanratu. Pancing tonda terdiri dari mata pancing, tali pancing dan umpan buatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan ketiga kapal pancing tonda, lamanya trip yaitu selama satu minggu dengan biaya operasi penangkapan berkisar Rp. 3.000.000-Rp. 4.000.000. Panjang tali pancing yang digunakan ±110 m, jumlah mata pancing ±20 buah dengan ukuran mata pancing sembilan disetiap pancing tonda. Dalam satu kapal biasanya terdiri dari 4-5 orang ABK dan 4-6 buah pancing tonda. Jenis kapal motor yang dipakai untuk operasional alat tangkap ini adalah kapal motor dengan ukuran 6 GT. Pengoperasian tonda memerlukan kapal atau perahu yang selalu bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Ukuran perahu atau kapal yang digunakan berkisar 0,5-10 GT Sudirman Mallawa 2004. Pancing tonda di PPN Palabuhanratu digunakan sejak tahun 2004 dengan bantuan rumpon. Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device FAD yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchble area Sudirman Mallawa 2004. Rumpon berfungsi juga sebagai sumber makanan dan tempat berlindung ikan kecil dari predator, sedangkan ikan cakalang bermigrasi untuk mencari makanan di daerah rumpon yang banyak terdapat ikan-ikan kecil dan plankton. Kemudian nelayan melakukan penangkapan ikan cakalang di daerah tersebut dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda. Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak disekitar rumpon Sudirman Mallawa 2004. Persentase tertinggi jenis ikan yang ditangkap paling banyak dengan menggunakan pancing tonda yaitu cakalang, kemudian tongkol abu-abu, tuna madidihang, tuna mata besar, tongkol lisong dan persentase terendahyaitulayang Sasaran yang tidak tercapai adalah dalam mengoptimalkan jumlah hari operasi. Hari operasi belum mencapai target yang ditentukan tercermin dari nilai variabel deviasional DA2 sebesar 35,8 sehingga untuk memenuhi kebutuhan jumlah operasi perlu penambahan jumlah operasi penangkapan sebesar 36 hari.

4.2.7 Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Model pengelolaan sumberdaya perikanan secara konvensional dapat dilakukan melalui pengaturan jumlah alat tangkap input control, hasil tangkapan output control atau ukuran-ukuran teknis technical measures seperti pengaturan ukuran hasil tangkapan, lokasi penangkapan dan musim penangkapan Hoggart et al. 2006. Titik acuan reference point yang digunakan untuk pengaturan jumlah alat tangkap dan hasil tangkapan adalah jumlah upaya effort optimum dan MSY. Sumberdaya ikan pelagis merupakan salah satu sumberdaya yang akan punah apabila tidak dikelola secara baik. Pengaturan upaya penangkapan dimaksudkan untuk mengurangi laju mortalitas akibat penangkapan, serta melindungi juvenil dan ikan-ikan dewasa Coleman et al. 2000. Pengaturan upaya penangkapan ini dapat dilakukan melalui pembatasan jumlah alat tangkap. Sesuai hasil analisis dengan model Clarke, Yoshimoto, Pooley CYP bahwa hasil