Analisis bio-ekonomi perikanan cakalang

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Model pertumbuhan ikan cakalang jantan bersifat Alometrik negatif yang berarti pertumbuhan panjang lebih cepat dari bobotnya. Sementara untuk cakalang betina bersifat isometrik, yang mengandung arti pertumbuhan panjang tubuh ikan seiring pertumbuhan beratnya. Panjang maksimum Lmax ikan cakalang di kawasan di Palabuharatu adalah 710 mm. 2. Nilai Lm Length at first of maturity adalah 52 cm sehingga ikan yang berukuran layak tangkap adalah 52 cm. Ikan yang tertangkap selama penelitian yang memiliki ukuran di atas 52 cm sebayak 192 ekor 41,92 yang menjadi indikasi awal terjadinya recruitment overfishing. 3. Laju mortalitas total Z ikan cakalang sebesar 2,0988 dan ikan betina 0,8415. Sementara laju ekslpoitasi ikan cakalang jantan dan betina hampir sama sebesar 0,9 per tahun. Hasil analisis tersebut menunjukkan telah terjadi overfishing laju eksploitasi ikan cakalang melebihi laju eksploitasi optimum, yaitu growth overfishing. 4. Berdasarkan hasil analisis biekonomi model CYP hasil tangkapan maksimum lestari MSY ikan cakalang di Pelabuhanratu sebesar 305.283 kgtahun dan Effort Maximum Sustainable Yied EMSY yakni 3.898 triptahun, Maximum Economic Yield MEY ikan cakalang sebesar 240.380 kgtahun dan Effort Maximum Economic Yield EMEY 2.101 triptahun, Hasil Effort Open Acces EOA sebesar 4.201 triptahun dan produksi sebesar 303.434 kgtahun. Tingkat keuntungan profit dengan model CYP pada saat MSY sebesar Rp. 427.689.444, MEY sebesar Rp. 1.595.940.549 dan EOA Sebesar Rp. 0.- 5. Pemanfaatan hasil tangkapan ikan cakalang di Pelabuhanratu diduga kuat sudah mengalami overfishing 129. 6. Alternatif pengelolaan yang disarankan yaitu pembatasan upaya penangkapan, pengalihan atau perluasan daerah penangkapan dan penutupan musim penangkapan.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kondisi biofisik lingkungan perairan Palabuhanratu zona dan pengaruhnya terhadap kondisi sumberdaya perikanan cakalang di Palabuhanratu serta mengkaji model pengelolaan perikanan yang sesuai dengan kondisi kawasan perairan Pelabuhanratu. 2. Perlu diterapkan kebijakan terhadap pembatasan jenis dan jumlah alat tangkap, pengaturan kuota penangkapan antar nelayan, konservasi penanaman bakau, pembuatan terumbu karang buatan, kontrol terhadap musimdaerah penangkapan spawning ground dan fishing ground, penggiliran dalam melakukan penangkapan ikan fishing with alternate-day. 3. Perlu dilakukan pembatasan penerbitan izin penangkapan bagi kapal baru sehingga sumberdaya ikan dapat pulih kembali. 4. Pengembangan kerjasama antara Pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi, Stakeholders nelayan dalam pengelolaan sumberdaya ikan demersal. 5. Perlu adanya pengendalian controling, pemantauan monitoring dan pengawasan surveilance serta penegakan hukum enforcement dengan sanksi yang cukup menjerakan bagi pelanggarnya deterrenced-sanction dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. DAFTAR PUSTAKA Azwir, Muclisin, Z.A, Ramadhani, I. 2004. Studi Isi Lambung Ikan Cakalang Katsuwonus pelamis dan Ikan Tongkol. Jurnal Natur Indonesia Vol 4 No. 2 September 2004 Hal 20 – 23. Badrudin I, Nyoman Radiata dan Edi Mulyadi Amin. 1999. Sebaran Spasial Biomassa Ikan Pelagis di Perairan Selat Lombok. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol V No. 1 BPPL Jakarta. Effendie, M.I. 1997. Biologi perikanan: Yayasan Pustaka Nusatama. Ernaningsih, D. 2010. Analisis Bioekonomi Ikan Pelagis Kecil Di Teluk Banten. Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia, Edisi Khusus Maret 2013, Hal. 1-961 Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 257 hal. Garcia S, P. Sparre and J.Csirke. 1989. Estimating Surplus Production and Maximum Sustainable Yield from Biomass Data when Catch and Effort Time Series are not Available. Fisheries Research, 8 1989 13-23. Gulland JA. 1983. Fish Stock Assessment : Manual of Basic Methods. New York : Willey and Sons Inter-Science. Volume 1, FAO Wileys Series on Food and Agricultural. 223p. Gunarso. W. 1996. Tingkah Laku Ikan dan Gill Net. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 87 hal. Gordon H.S. 1954. The Economic Theory of a Common Property Resources : The Fishery. Journal of Political Economy 62 : 124 - 142. Haluan J. 1985. Proses Optimisasi dalam Operasi Penangkapan Ikan. Pedoman Kuliah Metode Penangkapan Ikan II Bagian Pertama. Sistem Pendidikan Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdiksat Intim. Bogor. 55 hal. Haluan J. Nurani TW. 1988. Penerangan Metode Skoring dalam Pemilihan Teknologi Penangkapan Ikan yang Sesuai untuk Dikembangkan di suatu Wilayah Perairan. Bulletin Jurusan PSP. Volume II no.1 Fakultas Perikanan, IPB, Bogor. Hal 3-16. Jones, S and E.G. Silas. 1963. Sinopsis of Biological Data on Skipjack Katsuwonus Pelamis. FAO Fisheries Report. Jamal, N. 2011. Pemanfaatan Data Biologi Ikan Cakalang Katsuwonus pelamis dalam Rangka Pengelolaan Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muslim Indonesia, Makassar dan Departemen PSP FPIK, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jurnal Natur Indonesia 14 1, Oktober 2011: 107-113 Kekenusa, J. 2006. Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang Katsuwonus pelamis di Perairan Sekitar Bitung, Sulawesi Utara. Jurnal Protein Vol 13 No. 1 Th. 2006. Kesteven. G.L. 1973. Manual of Fisheries Science. Part I. An Introduction to Fisheries Sciences. FAO Fisheries Technical Paper No.118. Food and Agricultural Organization of The United Nations. Rome.43 p Manggabarani, H. 2005. Model Pengelolaan Perikanan Di Wilayah Padat Tangkap : Kasus Perairan Laut Sulawesi Selatan Bagian Selatan. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pascassarjana. Institut Pertanian Bogor 140 hal Mallawa, A., Syafruddin, Palo, M. 2009. Aspek Perikanan Dan Pola Distribusi Ikan Cakalang Katsuwonus pelamis di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan. Torani Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Vol. 20 1 April 2010: 17 – 24 hal. Monintja, D.R. 2000. Pemanfaatan Pesisir dan Laut Untuk Kegiatan Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan Untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor. Manik, N. 2007. Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang Katsuwonus pelamis Di Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan dan Pulau Nusa Laut. UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia 2007 33: 17 - 25 hal. Masyakoro, A. 2009 Model Simulasi Numerik Hubungan Panjang Bobot Ikan Tongkol Auxis thazard Pada Pangkalan Pendaratan Ikan Labuan Bajo Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland 16 3 : 274 - 282, September 2009 ISSN : 0854 – 641X Mujib, Z. Boesono, H. Fitri, A.D.P. 2013. Pemetaan Sebaran Ikan Tongkol Euthynnus sp. Dengan Data Klorofil- Α Citra Modis Pada Alat Tangkap Payang Danish-seine Di Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat . Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 150-160 Muklis, Gaol, J.L, Simbolon D. 2009. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang Katsuwonus pelamis dan Tongkol Euthynnus affinis Di Perairan Utara Naggroe Aceh Darussalam. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1 No. 1 Hal 24-32, Juni 2009. Nabunome, W. 2007. Model Analisis Bioekonomi Dan Pengelolaaan Sumberdaya Ikan Demersal Studi Empiris Di Kota Tegal, Jawa Tengah. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pascassarjana Universitas Diponegoro, Semarang. 150 hal Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Kerjasama P3R dan PT. Pustaka Cidesindo. Jakarta. 54 Hal.