Ukuran layak tangkap Lm

degradasi fisik ekosistem perairan sebagai tempat pemijahan maupun asuhan bagi sumber daya ikan. Menghindari terjadinya overfishing yang berkelanjutan di perairan Palabuhanratu hingga dapat menyebabkan terjadi penurunan produksi terus menerus maka tidak ada lagi peluang untuk meningkatkan atau menambah unit penangkapan maupun upaya penangkapan pada tahun mendatang. Secara tidak langsung hal ini dapat memberikan kesempatan sumber daya tersebut tumbuh dan berkembang kembali. Sehingga alternatif yang dapat ditempuh dalam melihat kondisi yang terjadi adalah merekomendasikan pengurangan jumlah unit penangkapan maupun upaya penangkapan yang ada. Tentunya sangat sulit dilakukan karena menimbulkan konflik baru dimana berdampak pada lapangan kerja dan tingkat kesejahteraan nelayan. Sama halnya dengan saran pada pengelolaan akibat growth overfishing maka alternatif pengembangannya adalah dengan memperluas daerah penangkapan hingga keluar dari perairan Palabuhanratu. Tentunya dengan mengedepankan keterlibatan pemerintah yang sangat dibutuhkan dalam membuat peraturan untuk konservasi daerah penangkapan, pengawasan dan pengontrolan terhadap daerah penangkapan dan musim penangkapan pada daerah penangkapan di perairan Palabuhanratu. Sesuai uraian tersebut diatas maka untuk pengelolaan sumberdaya ikan cakalang di Pelabuhanratu menggunakan beberapa aspek pendekatan antara lain: 1. Aspek Biofisik Pengaturan lebar ukuran mata jaring, ukuran mata pancing dan pembatasan jumlah alat tangkap yang beroperasi, adanya konservasi pemasangan rumah ikan untuk pemulihan habitat ikan, kontrol terhadap musimdaerah penangkapan spawning ground dan fishing ground, pengaturan kuota penangkapan dengan pengawasan oleh nelayan sendiri, penggiliran dalam melakukan penangkapan ikan fishing with alternate-day. Adanya pemantauan monitoring, pengendalian controling dan pengawasan surveilance serta penegakan hukum enforcement dengan sanksi yang cukup menjerakan bagi pelanggarnya deterrenced-sanction dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan, didukung dengan Fisheries Information System FIS sebagai dasar kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan cakalang. 2. Aspek Ekonomi Bila dibandingkan dengan dua aspek lainnya, aspek yang paling bersentuhan langsung dengan kelangsungan hidup nelayan adalah aspek ekonomi. Aspek ekonomi memiliki peranan penting dalam kegiatan usaha penangkapan ikan. Tujuan usaha penangkapan ikan salah satunya untuk memperoleh keuntungan dan keberlangsungan usaha dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan. Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal sesuai analisis kuota penangkapan berada pada titik EMEY sebesar 2.101 trip per tahun dengan produksi sebesar 240.380 kg per tahun. 3. Aspek Sosial Untuk menghindari adanya konflik antar nelayan terutama nelayan terutama yang mempunyai sasaran yang sama maka perlu adanya peraturan baru yang mengatur tentang pemanfaatan secara bersama dalam kegiatan penangkapan ikan seperti co-management dan pengaturan kuota waktu penangkapan. Perlu dikaji lagi keberadaan alat tangkap yang digunakan ini merupakan modifikasi sehingga apabila tidak diatur maka dapat mengakibatkan terjadinya degradasi sumberdaya ikan cakalang dan keberadaannya bertentangan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.02MEN2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkap Ikan dan Alat Bantu Penangkap Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia jo Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.18MEN-KP2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02MEN2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkap Ikan dan Alat Bantu Penangkap Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.