4.2 Pembahasan
4.2.1 Keragaan Perikanan di PPN Pelabuhanratu a.
Alat Penangkap Ikan
Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu didukung oleh berbagai jenis unit penangkapan ikan dengan jumlah yang cukup besar. Unit penangkapan ikan
tersebut meliputi payang, pancing, bagan, gillnet, purse seine, rawai, tuna longline, rampus, trammel net, jaring klitik, pancing layur dan pancing tonda. Metode
pengoperasian alat tangkap di Palabuhanratu dilihat dari teknologi dan peralatan masih tergolong tradisional, serta jangkauan operasi unit penangkapan masih
terbatas di daerah pantai sehingga nelayan sangat tergantung pada sumberdaya di daerah pantai. Berdasarkan data yang didapat, beberapa alat tangkap mengalami
penurunan dari segi jumlah dalam kurun waktu delapan tahun terakhir. Berdasarkan catatan kantor PPN Palabuhanratu, perkembangan alat tangkap
secara keseluruhan periode 1998-2006 disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 6. Jumlah dan Prosentase Alat Tangkap nelayan di PPN Palabuhanratu Jenis Alat Tangkap
Jumlah Alat Tangkap 2006
2007 2008
2009 2010
2011 Payang
151 159
45 121
54 48
Pancing Ulur 309
414 254
170 129
97 Jaring Rampus
50 101
35 110
34 23
Bagan Apung 194
267 200
23 65
12 Trammel Net
30 33
30 25
22 12
Purse Seine 1
9 3
8 4
6 Gill Net
48 135
50 38
22 25
Rawai 5
27 7
- 2
1 Pancing Tonda
24 29
40 65
112 156
Tuna Long Line 34
155 110
33 47
49 JUMLAH
846 1.329
774 593
491 416
Sumber data : Statistik PPN Palabuhanratu Alat tangkap yang digunakan oleh perikanan cakalang di perairan
Palabuhanratu adalah payang, gillnet dan tonda. Menurut von Brandt 1984 payang termasuk kedalam kelompok seine net atau denise seine. Seine net adalah
alat penangkap ikan yang mempunyai bagian badan, sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong. Alat penangkap ikan ini dioperasikan
dengan cara melingkari area seluas-luasnya dan kemudian menarik alat ke kapal atau pantai. Payang merupakan salah satu dari seine net yang dioperaikan dengan
cara melingkari kawanan ikan lalu ditarik ke atas kapal yang tidak bergerak. Subani dan Barus 1989 menerangkan bahwa ukuran mata jaring mulai dari
ujung kantong sampai ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm atau kurang sampai ±40 cm. Berbeda dengan trawl dasar yang memiliki tali ris atas
yang lebih pendek dari pada tali ris bawah, payang memiliki tali ris bawah yang lebih pendek. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan ikan lolos ke
arah bawah, karena pada umumnya payang digunakan untuk menangkap jenis- jenis ikan pelagis yang biasa hidup di bagian lapisan atas perairan dan mempunyai
sifat cenderung bergerak ke lapisan bawah bila terkurung jaring. Mawardi 1990 mengungkapkan bahwa yang menjadi tujuan utama dari operasi penangkapan
payang di Palabuhanratu adalah jenis-jenis ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti cakalang Katsuwonus pelamis, Linneaus.
Spesifikasi payang Palabuhanratu yang diteliti oleh Mawardi 1990 adalah sebagai berikut: jumlah keliling mata pada bagian kantong adalah 850 mata,
selanjutnya dari bagian badan jumlah mata tersebut mengecil yaitu 825 mata sampai 625 mata. Jumlah mata dibagian sayap adalah 300 sampai 250 mata.
Ukuran mata mesh size dari bagian kantong hingga sayap membesar. Ukuran mata dibagian kantong adalah 20 mm sampai 180 mm, dibagian badan 215
sampai 330 mm dan bagian kaki dari 335 mm sampai 375 mm. Jaring dibuat dari bahan twine polyamide dengan diameter 1,32 mm. Tali ris yang digunakan terbuat
dari bahan twine polyetyilene dengan diameter 5,0 mm. Panjang tali ris atas adalah 420 m sedangkan tali ris bawah 340 m. Selain itu jaring juga dilengkapi dengan
tali selambar sepanjang 15 m pada sayap kiri dan 200 m pada sayap kanan. Tali selambar terbuat dari twine PE berdiameter 16 mm.
Pelampung yang digunakan ada dua jenis yaitu pelampung plastik dan pelampung bambu. Bahan pemberat yang digunakan adalah timah hitam dan
campuran timah dan semen. Jumlah anak buah kapal sebanyak 12-25 orang. Kecakapan menentukan arah gerak ikan dibutuhkan dalam operasi payang, agar
gerombolan ikan yang dihadang tersebut tidak berbalik arah dan masuk ke dalam kantong jaring maka beberapa anak buah kapal turun ke laut untuk menaburkan
ikan umpan di sekitar mulut kantong jaring dan memukul-mukul air untuk menakuti ikan yang sudah terhadang.
Jaring insang gillnet merupakan satu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana mata jaring dari bagian
jaring utama ukurannya sama, jumlah mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal mesh legth ML jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke
arah vertikal atau ke arah dalam mesh depth MD, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung floats dan bagian bawah dilengkapi
dengan beberapa pemberat sinkers sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan
dalam keadaan tegak. Bagian-bagian jaring insang terdiri dari : pelampung float, tali pelampung float line, tali ris atas dan bawah, tali penggantung badan jaring
bagian atas dan bawah upper bolch and under bolch, srampad atas dan bawah upper selvedge and under selvegde, badan jaring atau jaring utama main net,
tali pemberat sinker line dan pemberat sinker. Gillnet dioperasikan pada malam hari, ditabur pada sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 dan diangkat pada
pagi hari keesokan harinya. Jaring diturunkan ke air, tinting demi tinting dimulai dari tinting pertama yang ujungnya berpelampung tanda sampai tinting terakhir
yang diikatkan pada kapal. Kapal dan jaring di biarkan menghayut sepanjang malam tergantung arah dan kecepatan arus.
Pancing adalah salah satu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat ramai, pada prinsipnya pancing ini terdiri dari dua komponen utama yaitu tali
line dan mata pancing hook, Subani, 1989. Tali pancing bisa dibuat dari bahan benang katun, nylon, polyethylene, plastik senar. Mata pancingnya
terbuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Dalam hal ini
pancing yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang yaitu pancing ulur dan pancing tonda trolling.
Pancing tonda adalah pancing yang pengoperasiannya dengan cara ditarik oleh kapal di bagian belakang dalam keadaan kapal berjalan baik menelusuri
lapisan permukaan atau pada kedalaman tertentu, beberapa pancing biasanya ditarik sekaligus dengan bantuan galah out rigger, pada umumnya mata pancing
itu diberi umpan, tetapi ada juga yang tidak diberi umpan. Umpan tadi bisa berupa umpan benar baik dalam keadaan hidup maupun dalam keadaan mati atau umpan
tiruan. Ikan yang tertangkap pancing ini disebabkan karena terkait di bagian mulutnya Subani, 1989.
Alat tangkap pancing ini menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan, pancing yang biasa digunakan adalah pancing ulur dan pancing
layang-layang. Pancing dengan alat bantu rumpon ini baru digunakan di Palabuhanratu dan mulai dioperasikan pada pertengahan September 2004 dengan
sasaran tangkapan di khususkan pada ikan-ikan pelagis besar diantaranya katsuwonus pelamis dan thunnus albacares.
Data tersebut menunjukan bahwa alat tangkap pancing yang dioperasikan di Palabuhanratu memang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan pelagis besar yang
memang banyak terdapat di perairan Palabuhanratu yaitu ikan tuna yellow fin, cakalang, tuna albakor. Dilihat dari komposisi hasil tangkapannya didominasi
oleh cakalang dan tuna yellow fin yang berukuran kecil, hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Simbolon 2004. Alat tangkap ini menggunakan
mata pancing yang relatif kecil sehingga ikan-ikan yang tertangkap adalah ikan cakalang dan madidihang muda yang senang tinggal di daerah sekitar rumpon, hal
ini nantinya akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan di perairan itu, salah satu tandanya adalah ukuran ikan hasil tangkapan yang cenderung menurun.
Kapal yang digunakan dalam penangkapan dengan pancing ulur dan pancing layang-layang adalah kapal kayu yang berbentuk dasar rata flat bottom
tetapi tidak mempunyai atap, hanya menggunakan terpal untuk berlindung yang bisa dibongkar pasang. Bobot mati 6 gross ton GT, dengan panjang antara 8-10
meter, lebar 2.05-2.5 meter dan dalamnya antara 1.0-1.5 meter.
Kapal pancing pada pertama kali dikembangkan di Samarinda Kalimantan Timur lalu kemudian diuji cobakan di Semarang dan Cilacap, sekitar 6 bulan
yang lalu di kembangkan di Palabuhanratu sebagai armada penangkapan dengan alat tangkap pancing rumpon dan ditujukan untuk menangkap ikan-ikan pelagis
besar.
b. Kapalperahu
Menurut Ayodhyoa 1981, kapal ikan adalah kapal yang digunakan dalam usaha menangkap dan mengumpulkan sumberdaya perairan, pekerjaan-pekerjaan
riset, training, kontrol dan sebagainya yang berhubungan dengan usaha tersebut diatas. Sedangkan menurut Fyson 1985, kapal ikan adalah kapal khusus yang
sengaja dibentuk untuk menjalankan tugas tertentu. Ukuran, perlengkapan, dek, kapasitas daya angkut, akomodasi, mesin dan perlengkapan semua dihubungkan
dalam melaksanakan operasi perencanaan. Kapal ikan merupakan faktor penting diantara komponen unit penangkapan ikan lainnya dan merupakan modal terbesar
yang ditawarkan pada usaha penangkapan ikan. Kapal-kapal yang beroperasi di PPN Palabuhanratu dikelompokkan berdasarkan ukuran dapat dibagi menjadi dua,
yaitu perahu motor tempel dan kapal motor. Kapalperahu umumnya terbuat dari kayu. Perkembangan jumlah kapalperahu di Palabuhanratu dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base periode 2005-2011.
Jenis Kapal Jumlah Alat Tangkap
2005 2006 2007
2008 2009
2010 2011
Perahu Tanpa Motor 428
511 531
416 364
346 461
Kapal Motor KM - 10 GT
143 153
137 102
229 315
467 - 10
– 20 GT 9
4 10
7 2
8 11
- 20 – 30 GT
28 53
71 52
4 77
68 - 30
– 200 GT 68
77 103
69 159
91 83
Jumlah 676
798 852
646 758
837 1.090
Sumber : Data statistik PPN Palabuhanratu Kapal payang yang digunakan oleh nelayan Palabuhanratu terbuat dari kayu.
Ciri khusus kapal payang tersebut adalah adanya tiang pengamat diatas dek yang disebut tiang kakapa dan adanya meja di bagian belakang yang berfungsi untuk
menaruh pemberat saat dilakukan penarikan jaring. Kapal payang menggunakan tenaga penggerak berasal dari motor tempel. Kapal ini tidak mempunyai rumah-
rumah agar luasan dek saat pengoperasian alat cukup luas sehingga tidak mengganggu operasi penangkapan ikan. Kapal gillnet adalah salah satu jenis kapal
ikan yang mengoperasikan alat tangkap ikan secara statis. Kapal gillnet didesain agar memiliki lambung yang cukup besar untuk mempermudah penyimpanan dan
penanganan alat tangkap dan dapat menampung hasil tangkapan dalam jumlah yang cukup besar, namun kapal tidak boleh terlalu tinggi sehingga dapat
mempermudah proses penarikan jaring dan tidak mengurangi kestabilan kapal.
c. Nelayan
Nelayan yang ada di Palabuhanratu berdasarkan asalnya dapat dikategorikan sebagai nelayan asli yaitu penduduk setempat yang telah turun temurun berprofesi
sebagai nelayan dan nelayan pendatang. Berdasarkan waktunya nelayan di Palabuhanratu dapat dikelompokkan menjadi nelayan penuh dan sambilan.
Nelayan penuh merupakan nelayan yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan, sedangkan nelayan sambilan adalah nelayan yang hanya pada waktu-
waktu tertentu saja melakukan pekerjaan menangkap ikan.
Perkembangan jumlah nelayan tahun 2005-2011 di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 terlihat bahwa jumlah nelayan di Palabuhanratu
mengalami fluktuasi yang cukup besar pada tahun 2006 meningkat 24,73 dari tahun sebelumnya, 2007 meningkat lagi 37,38. Namun menurun hingga 34,93
tahun berikutnya. Setelah naik 14,18 pada tahun 2009 selanjutnya turun 5 pertahun pada 2010 dan 2011. Fenomena naik turunnya jumlah nelayan di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel di bawah.
Tabel 8. Perkembangan jumlah nelayan di Perairan Teluk Palabuhanratu periode 2005-2011
Tahun Jumlah Orang
Prosentase 2005
3.498 -
2006 4.363
24,73 2007
5.994 37,38
2008 3.900
-34,93 2009
4.453 14,18
2010 4.218
-5,28 2011
4.005 -5,05
Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu Selain pengelompokan seperti di atas nelayan Palabuhanratu dapat dibagi
menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan atau disebut juga juragan. Juragan ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Juragan laut adalah pemilik armadaperahu penangkapan yang ikut dalam operasi penangkapan.
2. Juragan perahu adalah pemilik armada atau perahu penangkapan tetapi tidak ikut dalam operasi penangkapan ikan.
Nelayan payang dalam penangkapan ikan cakalang di Palabuhanratu dalam satu unit penangkapan berjumlah 10-20 orang dengan pembagian tugas sebagai
berikut : 1. Juru mudi, bertugas untuk mengemudikan kapal dan bertanggung jawab
terhadap kondisi mesin. 2. Pengawas, untuk mencari atau mengintai gerombolan ikan
3. Petawur, untuk melemparkan jaring 4. Juru batu, untuk membereskan pemberat, pelampung dan jaring sebelum dan
setelah operasi penangkapan dilakukan. 5. Bubulang, untuk memperbaiki jaring yang rusak saat operasi penangkapan.
6. Pandega, untuk menarik jaring. Nelayan gillnet di Palabuhanratu berjumlah 4-5 orang dengan pembagian
tugas yang berbeda. Nakhoda bertugas sebagai kapten kapal yang bertanggung jawab terhadap kapal dan yang memegang kemudi kapal. Juru masak bertugas
untuk menyiapkan makanan. Teknisi bertanggung jawab terhadap mesin kapal. Anak buah kapal betugas melakukan operasi penangkapan ikan.Nelayan yang
melakukan aktivitas di PPN Pelabuhanratu sebagian besar merupakan nelayan tradisional atau artisanal. Keterampilan atau kemampuan melakukan aktivitas
penangkapan ikan diperoleh dari pengalaman pribadi secara turun temurun. Demikian juga dalam menentukan daerah penangkapan ikan, nelayan umumnya
hanya berdasarkan pengetahuan tradisional yaitu berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan informasi dari nelayan lain serta berdasarkan tanda-
tanda alam. Sebenarnya saat ini PPN Pelabuhanratu menyediakan informasi daerah penangkapan ikan berdasarkan data satelit. Namun, masih belum banyak
dimanfaatkan nelayan. Beberapa armada penangkapan ikan berukuran diatas 30 GT melakukan penangkapan lebih lanjut lagi sampai ke perairan Barat Sumatera