digunakan untuk mendiagnosa fasciolosis pada kelompok ternak sapi ataupun kerbau pada penelitian Linh et al. 2003. Jumlah antibodi minimal yang dapat
dideteksi pada uji AGPT yaitu 30 µgml antibodi. AGPT dapat digunakan untuk mendeteksi antigen yang berbeda dengan satu jenis antibodi ataupun antibodi
yang berbeda dengan satu jenis antigen yang terdapat pada sampel serum Black 2005.
Reaksi AGPT melibatkan keberadaan ion antigen divalent atau multivalent dan sangat tergantung pada proporsi antigen terhadap antibodi Barriga 1981.
Reaksi ini juga dipengaruhi oleh pH, temperatur, aviditas atau kestabilan kompleks antigen-antibodi dan afinitas atau kekuatan ikatan kompleks antibodi-
antigen Tizard 2004. Pembentukan presipitasi diinisiasi oleh pembentukkan kompleks molekul antigen-antibodi yang saling bereaksi diikuti dengan proses
agregasi serta sedimentasi kompleks tersebut Barriga 1981. Presipitasi yang terbentuk mulai hitungan menit hingga jam terlihat sebagai suatu garis opaq
dalam suatu media agar semisolid. Garis opaque yang terbentuk disebut sebagai garis presipitasi Black 2005.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Immunologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kandang Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari hingga Juli 2010.
3.2 Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kelinci lokal jantan sebanyak dua ekor, berumur 6 bulan dengan bobot badan masing-masing 1
kg, yang berasal dari Balai Penelitian Peternakan Balitnak Ciawi, Bogor. Lima hari sebelum imunisasi aktif, kelinci dipastikan bebas dari koksidiosis dan scabies.
Preparat sulfa dengan dosis 30-60 mgkgBB diberikan secara peroral yang dilarutkan kedalam air minum disertai dengan pemeriksaan tinja selama maksimal
tiga hari untuk pencegahan koksidiosis. Ivomex
®
dengan dosis 0.2 µgkgBB diberikan melalui injeksi subkutan untuk mencegah infeksi agen parasit lain
terutama sarcoptes scabieii. Kelinci dipelihara secara individual dalam kandang dan diberi pakan berupa pelet serta sayuran wortel dan kangkung.
3.3.2 Persiapan Antigen ES Fasciola gigantica
Antigen yang digunakan untuk imunisasi dalam penelitian ini merupakan antigen ES Fasciola gigantica asal domba dan kerbau dari hasil penelitian Satrija
2009. Fasciola gigantica dewasa dikoleksi dari hati kerbau di Rumah Potong Hewan RPH Kota Bekasi serta hati domba dari Tempat Pemotongan Hewan
TPH di Empang-Kota Bogor. Antigen berupa protein ES F. gigantica diproduksi dan diisolasi dari cacing dewasa menurut metode Satrija et al. 2007
yang dimodifikasi. Cacing hati F. gigantica dewasa yang telah dikoleksi dicuci tiga kali
dengan larutan NaCl fisiologis sebelum dicuci dengan larutan PBS steril. Untuk menyiapkan antigen dari ES F. gigantica yang telah dicuci NaCl fisiologis, dalam
tabung sentrifus 50 ml berisi larutan RPMI 1640 yang mengandung antibiotik
penisilin 1000 IU dan streptomisin 100 µg permililiter dalam larutan RPMI 1640 pada suhu 37
o
C selama 4-6 jam. Setiap tabung diisi dengan 10 ml RPMI 1640 dan 10 ekor cacing dewasa. Setelah inkubasi, protein ES dipanen dengan melakukan
sentrifugasi terhadap larutan RPMI dengan kecepatan 1500g pada suhu 4
o
C selama 10 menit. Selanjutnya supernatant yang mengandung protein ES
dipisahkan dari endapanProtein ES F. gigantica yang didapat selanjutnya disimpan dalam tabung-tabung mikro volume 1,5 ml pada suhu -20
o
C sampai saat digunakan sebagai antigen untuk imunisasi kelinci.
3.3.3 Pengukuran Konsentrasi Protein Antigen dengan Metode Bradford
Konsentrasi protein sampel antigen ES Fasciola gigantica diukur menggunakan metode Bradford 1976 sebelum digunakan untuk imunisasi.
Metode Bradford digunakan secara luas untuk penentuan protein secara kuantitatif dengan menggunakan pereaksi Commasie Briliant Blue. Konsentrat Bradford
terdiri dari 100 mg Commasie Briliant Blue yang dilarutkan dalam 50 ml etanol 95 dan ditambahkan sebanyak 100 ml asam fosfat 85 wv serta diencerkan
dengan aquabides hingga volume larutan mencapai 1 liter kemudian disaring menggunakan kertas saring. Konsentrat Bradford tersebut diencerkan dengan dua
kali pengenceran menggunakan aquades dengan perbandingan 1:4 dan 1:9. Larutan
protein Bovine Serum Albumin
BSA standar dibuat dengan perbandingan 1:1 antara Bovine Serum Albumin BSA dengan aquabides 1 mg
dalam 1 ml kemudian dihomogenkan. Kemudian sebanyak 11 tabung reaksi yang telah disterilisasai disiapkan. Masing-masing tabung diisi dengan larutan BSA dan
aquabides Tabel 1. Masing-masing larutan dihomogenkan dan diambil sebanyak 100 µl dari setiap tabung kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing tabung
baru yang sebelumnya telah dimasukkan 5 ml larutan Bradford sesuai urutan tabung.