Kelinci Cacing Fasciola gigantica

gigantica yaitu domba, sapi, dan kerbau serta mamalia lain seperti babi, kuda, dan manusia. Fasciola gigantica secara morfologi memilki ukuran yang lebih besar dibandingkan Fasciola hepatica. Panjang tubuhnya dapat mencapai 7,5 cm dengan lebar 1,2 cm dan tidak memiliki “bahu” yang menonjol seperti Fasciola hepatica . Ukuran telurnya mencapai 200x105 mikron, telurnya berkulit tipis dan memiliki operkulum Levine 1990. Menurut Levine 1990, trematoda ini diklasifikasikan sebagai berikut: Filum : Platyhelminthes Kelas : Trematoda Subkelas : Digenea Ordo : Echinostomorida Subordo : Echinostomorina Famili : Fasciolidae Genus : Fasciola Spesies : Fasciola gigantica Secara umum, morfologi klasik trematoda memiliki tubuh dorsoventral, dan tidak bersegmen seperti daun. Tubuh trematoda tidak memiliki rongga badan dan semua organ berada di jaringan parenkim Levine 1990. Trematoda memiliki dua alat penghisap yang khas yaitu batil hisap mulut atau batil hisap anterior yang mengelilingi mulut dan batil hisap posterior atau asetabulum yang terletak di dekat pertengahan tubuh atau pada ujung posterior Noble dan Noble 1989. Trematoda secara seluler memiliki lapisan luar epikutikula yang tidak berinti dan bersinsitial. Epikutikula dihubungkan oleh tabung-tabung sitoplasmik sempit dengan bagian tegumen yang berinti melalui sitoplasma membrana basalis dan lapisan otot-otot tubuh. Terdapat mikrovili dan vesikula pinositik pada permukaan luar larva dan cacing dewasa. Struktur ini menimbulkan dugaan adanya fungsi ekskretori dan sekretori Noble dan Noble 1989. Kutikula atau dinding luar tegumen trematoda kadang-kadang mengandung duri atau sisik Levine 1990. Absorbsi glukosa berlangsung lewat tegumen yang membantu aktivasi nutrisi secara umum pada cacing. Tegumen juga berkaitan dengan fungsi respiratoris dan sensoris. Tegumen resisten terhadap aktifitas pepsin dan tripsin karena asam-asam mukopolisakarida, polifenol, dan mucin lendir. Resistensi yang dimiliki merupakan suatu faktor utama dalam melindungi cacing terhadap sistem pertahanan inang Noble dan Noble 1989.

2.3 Antigen EkskretoriSekretori ES

Antigen antibody generations adalah suatu senyawa atau substansi yang dapat menggertak sistem imunitas dapatan pada inang atau individu. Antigen dapat berupa polisakarida, protein, lemak, asam inti atau lipopolisakarida, maupun lipoprotein Guyton dan Hall 2007. Ciri pokok antigenisitas suatu bahan atau senyawa ditentukan dari limitasi fisikokimiawi serta derajat keasingan Tizard 2004. Limitasi fisikokimiawi suatu bahan atau senyawa agar dapat bersifat imunogenik yaitu ukuran molekul harus besar, kaku dan memiliki struktur kimia kompleks. Ciri pokok yang kedua yaitu derajat keasingan atau frekuensi paparan suatu bahan atau senyawa di dalam tubuh. Antigenisitas suatu bahan atau senyawa juga ditentukan oleh derajat suseptibilitas antigen di dalam tubuh Kuby 2007. Protein merupakan antigen yang terbaik karena ukuran dan kerumitan strukturnya. Hampir semua protein yang berat molekulnya lebih besar dari 8000 dalton bersifat antigenik. Pembentukan sifat antigenik tergantung kepada pengulangan kelompok molekul secara regular, yang disebut epitop antigenik determinan pada permukaan molekul besar Guyton dan Hall 2007. Hewan, tumbuhan, serta parasit dapat menghasilkan substansi antigenik. Substansi tersebut tidak hanya terkandung dalam jaringan tubuh, namun juga terdapat dalam hasil metabolisme berupa EkskretoriSekretori ES baik berasal dari hewan, tanaman, maupun cacing parasit Balqis 2006. Substansi antigenik yang dihasilkan pada umumnya merupakan senyawa enzim. ES Fasciola hepatica telah diketahui mengandung enzim enolase, leucine aminopeptidase LAP, dan phosphoenolpyruvate carboxykinase PEPCK sebagai antigen yang bersifat imunodominan. Selain Fasciola hepatica, PEPCK merupakan imunogen utama yang diperoleh dari ES telur Schistosoma mansoni Marcilla et al. 2008. Enzim cathepsin L1 merupakan imunogen dominan pada ES Fasciola gigantica yang telah dimanfaatkan sebagai kit diagnostik untuk mendeteksi antibodi Ig G akibat fasciolosis pada manusia Wongkham et al. 2005. Glutathione S- Transferase GSTs merupakan enzim yang terkandung baik dalam ES maupun ekstrak somatik Fasciola spp yang berperan dalam detoksifikasi anthelmentik Alirahmi et al. 2010. Sifat antigenik atau imunogenik ES dari cacing golongan nematoda dan trematoda telah diketahui berasal dari kutikula dan tegumen. ES yang dihasilkan oleh cacing parasitik berperan sebagai antigen yang memicu kehadiran antibodi dalam tubuh inang Lightowlers dan Rickard 1988.

2.4 Imunitas Respon Kekebalan

Imunitas berasal dari bahasa latin immunis yang berarti bebas. Imunitas atau respon kekebalan merupakan kemampuan untuk mencegah terjadinya infeksi, meniadakan kerja toksin dan faktor virulen lainnya yang bersifat antigenik maupun imunogenik. Suatu bahan yang bersifat antigenik antigen artinya mampu merangsang pembentukan antibodi spesifik terhadap suatu senyawa. Selain mampu merangsang pembentukan antibodi spesifik yang bersifat protektif terhadap senyawa penginduksinya, antigen juga mampu meningkatkan respon kekebalan seluler Wibawan et al. 2003. Secara umum respon kekebalan tubuh terbagi dua yaitu kekebalan non- spesifik dan kekebalan spesifik. Respon kekebalan non-spesifik berupa kekebalan fisik-mekanik, kimiawi, serta seluler. Kekebalan fisik mekanik dilakukan oleh kulit dan selaput lendir. Kekebalan kimiawi dilakukan oleh cairan tubuh yang berupa keringat, air mata, cairan limfe, maupun lendir. Kekebalan seluler non- spesifik dilakukan oleh makrofag dan mikrofag atau sel polimorf nuclear PMN Black 2005. Respon kekebalan spesifik berkaitan dengan sel limfosit B dan sel limfosit T. Respon kekebalan spesifik terdiri atas respon imun berperantara antibodi respon humoral dan respon imun berperantara sel Wibawan et al. 2003. Respon imun berperantara antibodi respon humoral melibatkan sel limfosit B. Sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi untuk menetralkan antigen interseluler. Selain sel plasma, sel limfosit B juga berdiferensiasi menjadi sel memori. Respon imun berperantara sel melibatkan sel limfosit T yang terdiri dari sel limfosit T sitotoksik dan sel limfosit T helper. Sel limfosit T sitotoksik berperan dalam menghancurkan antigen