57
maka hipotesis null diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah random effect.
3. Uji Dasar Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen Ghozali, 2011:105. Diantara cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
data panel dengan menggunakan software Eviews adalah dengan cara melihat pada nilai koefisiean korelasinya pada hasil uji correlation
dengan menggunakan matriks korelasi. Jika hasil koefisien korelasi pada output menunjukan hasil diatas 0.85 maka diduga terjadi
multikolinearitas. Sebaliknya jika koefisien korelasi rendah dibawah 0.85 maka diduga model terbebas dari masalah multikolinearitas Agus
Widarjono, 2009:77.
b. Uji Heteroskedastisitas
58
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali, 2011:139. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang homokedastisitas.
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan Uji White dengan menggunakan software Eviews, yaitu
dengan membuat persamaan regresi dengan cara mengganti variabel dependen dengan residual kuadratnya. Apabila probabilitas yang ada
bernilai diatas 0.05 yang berarti tidak signifikan, maka model regresi diasumsikan terbebas dari masalah heteroskedastisitas atau model
regresi bersifat homokedastisitas.
4. Pengujian Statistik
Dibawah ini merupakan persamaan regresi yang digunakan dalam
penelitian ini: TINGKAT_LIKUIDITAS = βo + β1CAR + β2NPF + β3SIZE +
β4 ROA + β5ROE + β6DPK + ε
Dimana: TINGKAT_LIKUIDITAS = Likuiditas Bank Umum Syariah
CAR = Capital Adequacy Ratio NPF = Non Performing Financing
SIZE = Ukuran perusahaan ROA = Return On Asset
59
βo = konstanta ROE = Return On Equity
β
1
- β
6
= Koefisien regresi DPK = Dana Pihak Ketiga DPK
ε = error Dalam melakukan pengujian hipotesis analisis dilakukan melalui
analisis data: a.
Uji Goodness of Fit Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui
apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Jika nilai probabilitas F lebih besar dari 0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen, dengan kata
lain variabel independen secara bersma-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, dan sebaliknya Ghozali, 2011: 178.
b. Uji Hipotesis Uji t
Uji statistik t ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual parsial dalam
menerangkan variasi variabel dependen Ghozali, 2011: 178. Langkah yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan
level of significance-nya. Level of significance yang digunakan sebesar 5 atau α = 0,05.
60
Jika sign. t 0,05 maka Ha ditolak, yang berarti variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.jika sign. t 0,05 maka Ha diterima yang berarti variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi Adj R
2
Uji Koefisien determinasi Adj R
2
pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai Adj R
2
adalah diantara 0 dan 1. Jika nilai Adj R
2
berkisar hampir satu, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan
sebaliknya jika nilai Adj R
2
semakin mendekati angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen Ghozali, 2011: 177. Oleh karena itu penggunaan Adjusted R-Square dianggap lebih baik daripada R
2
, karena nilai Adjusted R-Square dapat naik atau turun dengan adanya penambahan
variabel baru, tergantung dari korelasi antara variabel bebas tambahan tersebut dengan variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi yang
mendekati satu berarti variabel - variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
– variabel dependen.
1
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Perkembangan industri perbankan syariah di Dunia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan sudah memiliki tempat yang
memberikan cukup pengaruh dalam lingkungan perbankan secara global. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia sendiri dimulai pada saat
penerbitan undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, dimana undang-undang menjadi pendorong hadirnya sistem perbankan berbasis
syariah. Dalam perkembangannya, undang-undang tersebut akhirnya diganti kedalam undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang menerangkan bahwa sistem
perbankan syariah lebih jelas dibandingkan undang-undang sebelumnya. Berbagai kebijakan tersebut tidak hanya menyangkut perluasan jumlah kantor
dan operasi Bank syariah dalam meningkatkan sisi penawaran maupun sisi permintaannya. Perkembangan yang pesat tercatat sejak dikeluarkannya
ketentuan Bank Indonesia yang memberikan ijin kepada Bank konvensional untuk mendirikan Unit Usaha Syariah UUS. Sejak saat itu kantor dan operasi
Bank syariah mulai tumbuh dimana-mana.
2
Tabel 4. 1 Perkembangan Jumlah BUS dan UUS Unit
Kelompok Bank 2010
2011 2012
2013 2014
2015 Bank Umum
Syariah 11
11 11
11 12
12 Unit Usaha Syariah 23
24 24
23 22
22 BPRS
150 155
158 163
163 161
Jumlah Kantor BUS
1.215 1.401
1.745 1.998
2.151 2.121
Jumlah Kantor UUS
262 336
517 590
320 327
Jumlah Kantor BPRS
286 364
401 402
439 433
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Juni 2015
Pada tabel 1.1 diatas terlihat bagaimana perkembangan dari jumlah lembaga perbankan syariah, dimana setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2009 yang lalu hanya terdapat 6 BUS, lalu pada tahun 2010-2013 meningkat menjadi 11 BUS, dan dari tahun
2014-2015 meningkat kembali menjadi 12 BUS. Pada tahun 2009 yang lalu terdapat 25 UUS, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi
23 UUS, penurunan disini berarti dari 25 UUS yang sebelumnya 2 diantaranya sudah ada yang berdiri sendiri menjadi BUS, untuk tahun 2011-
2012 terdapat 24 UUS , kemudian di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 23 UUS dan ditahun 2014-2015 terjadi penurunan kembali menjadi
22 UUS. Pada tahun 2009 terdapat 138 BPRS, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 150, tahun 2011 terdapat 155 BPRS, tahun 2012
terdapat 158 BPRS, tahun 2013-2014 terdapat 163 BPRS. Namun untuk tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 161 BPRS.
Pekembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu system
3
perbankan alternative yang menyediakan jasa perbankan keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah Ikatan Bankir Indonesia,
2014:3. Semakin pesatnya perkembangan Bank syariah tersebut, menjadikan Bank syariah sebagai mediawadah bagi masyarakat luas untuk
membantu dalam pemenuhan kebutuhnnya terutama dalam permodalan. Penduduk Indonesia sebagian besar merupakan golongan ekonomi
menengah kebawah, sekstensi lembaga keuangan yang bisa menyentuh lapisan inilah yang perlu dikembangkan agar kualitas kehidupan masyarakat
mengalami perkembangan yang lebih baik lagi
.
Bank syariah sendiri pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam terutama
dalam bidang keuangan. Baik Bank konvensional maupun Bank syariah keduanya memiliki
fungsi yang sama yaitu sebagai intermediary, yang berarti sebagai penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana yang kemudian
dihimpun dananya dan disalurkan kembali dananya pada pihak yang kekurangan dana. Bank syariah memiliki perbedaan operasional yang
cukup mendasar dengan Bank konvensional dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Konsep halal adalah konsep yang paling
utama dalam investasi yang dilaksanakan perbankan syariah, yang menjadi pembeda kedua sistem Bank tersebut. Hal ini disebabkan adanya sifat
transedental dari setiap transaksi dalam setiap aktivitas muamalah dan hukum Islam Gemala Dewi, 2007 : 98.
4
Bank syariah merupakan salah satu segmen jasa keuangan global dengan pertumbuhan rata-rata 10 persen per tahun Pappas, et al. 2012:2.
Berdasarkan data The City UK 2011, aset Bank syariah meningkat dari 947 triliun dollar AS pada akhir 2008 menjadi 1.041 triliun dollar AS. Pada
akhir tahun 2009 perbankan Islam juga mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dibanding Bank konvensionl setelah krisis 2008 Hasan dan Dridi,
2010 :6. Di Indonesia sendiri, industry perbankan syariah secara umum terus berkembang selama tahun 2011, bahkan pertumbuhan y-o-y year on
year tertinggi selama tiga tahun terakhir terjadi dibulan Oktober 2011 yaitu mencapai 48,10 Outlook perbankan syariah 2012:2.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Bank Umum Syariah BUS yang sudah listed di Bank Indonesia dalam periode
pengamatan yaitu tahun 2011 hingga tahun 2015. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan pribadi dari peneliti yang berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya, maka Bank Umum Syariah BUS yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Bank Central Asia BCA
Syariah, Bank Muamalat, Bank Bukopin Syariah, Bank Rakyat Indonesia BRI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Nasional Indonesia BNI
Syariah, Bank Jawa Barat dan Banten BJB Syariah, Bank Syariah Mandiri BSM, Bank Victoria Syariah, dan Bank Panin Syariah.
5
B. Perkembangan Nilai Rata-rata Financing Deposit Ratio FDR, Capital
Adequacy Ratio CAR, Non Performing Financing NPF, Size Perusahaan, Return On Asset ROA, Return On Equity ROE dan Dana
Pihak Ketiga DPK Bank Umum Syariah Periode 2011-2015
Nilai rata-rata FDR dan beberapa faktor yang mempengaruhinya CAR, NPF, Size Perusahaan, ROA, ROE, dan DPK selalu berfluktuasi
mengikuti kondisi perusahaan. Berikut adalah Tabel 4.1 yang menjelaskan nilai FDR dan Faktor yang mempengaruhinya :
Indikator 2011
2012 2013
2014 2015
CAR 19,83
16,77 15,49
17,9 18,53
NPF 1,82
2,07 2,31
2,68 2,7
ROA 1,18
1,49 1,34
0,68 0,93
ROE 9,8
16,6 12,6
5,76 7,64
Size Rupiah
11.777.799 15.342.948 16.655.317 18.280.714 21.056.263 DPK
Rupiah 9.133.542
11.642.887 12.323.667 13.767.916 15.919.600 FDR
80,7 87,85
96,31 91,64
90,7
Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah dari Website masing-masing Bank 2011-2015 data diolah 2016
1. Perkembangan Rata-rata Financing Deposit Ratio FDR Bank Umum