25
4. Sejarah Perbankan Syariah
Sejarah Perbankan Syariah Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan Al-Amin dipercaya oleh masyarakat Mekah menerima simpanan
harta, sehingga pada saat terakhir sebelum Rasul hijrah ke Madinah beliau meminta Sayyidina Alir.a untuk mengembalikan semua titipan itu kepada
yang memilikinya. Dalam konsep ini, yang dititipi tidak dapat memanfaatkan harta titipan tersebut. Seorang sahabat Rasulullah, Zubair
bin A-Awwam, memilih tidak menerima titipan harta. Beliau lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman. Tindakan Zubair ini menimbulkan
implikasi yang berbeda : Pertama, dengan mengambil uang itu sebagai pinjaman, beliau mempunyai hak untuk Sahabat lain Ibnu Abbas tercatat
melakukan pengiriman uang ke Kuffah. Juga tercatat Abdullahbin Zubair di Mekah juga melakukan pengiriman uang ke adiknya Misab bin Zubair
yang tinggal di Irak. Berkembangnya bank-bank dengan landasan syariah Islam di
berbagai Negara pada dekade 1970-an, berpengaruh pula ke Indonesia. Pada awal 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar
ekonomi Islam mulai dilakukan. Sejumlah tokoh yang terlibat dalam diskusi itu antara
lain : Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M Saefuddin, M. Amin Aziz, dan beberapa tokoh lainnya. Namun prakarsa
lebih khusus untuk mendirikan bank Islam baru dilakukan pada
26
1990. Majelis Ulama Indonesia MUI setelah melalui satu lokakarya, akhirnya membentuk satu kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan
MUI. Tim itu bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil tim kerja tersebut akhirnya melahirkan Bank
Muamalat Indonesia. Akte pendirian bank itu ditandatangani pada 1 November 1991. Namun baru pada tanggal 1 Mei 1992 BMI mulai
beroperasi dengan modal awal sekitar Rp. 106 miliar. Nasution, 2006:294
5. Financing Deposit Ratio FDR