26
1990.  Majelis  Ulama  Indonesia  MUI  setelah  melalui  satu lokakarya, akhirnya  membentuk  satu  kelompok  kerja  yang  disebut  Tim  Perbankan
MUI. Tim itu bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak  terkait.    Hasil    tim    kerja    tersebut    akhirnya    melahirkan    Bank
Muamalat    Indonesia.  Akte  pendirian  bank  itu  ditandatangani  pada  1 November  1991.  Namun  baru  pada  tanggal    1    Mei    1992    BMI    mulai
beroperasi    dengan    modal    awal    sekitar    Rp.    106  miliar.  Nasution, 2006:294
5. Financing Deposit Ratio FDR
Financing  to  Deposit  Ratio  FDR  Fungsi  utama  bank  adalah sebagai  lembaga  perantara  keuangan  atau  financial  intermediary.  Fungsi
intermediasi ini dapat ditunjukkan oleh Financing to Deposit Ratio FDR. Financing to Deposit Ratio FDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank Dendawijaya, 2009:82.  FDR  menggambarkan  kemampuan  bank  membayar  kembali
penarikan  yang  dilakukan  nasabah  deposan  dengan  mengandalkan  kredit yang  diberikan  sebagai  sumber  likuiditasnya.  Semakin  tinggi  rasio  ini,
semakin  rendah  kemampuan  likuiditas  bank.  Hal  ini  dikarenakan penyaluran  kredit  merupakan  salah  satu  tujuan  dari  penghimpunan  dana
bank, yang sekaligus memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi bank. Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka semakin illiquid suatu bank,
karena seluruh dana yang berhasil dihimpun telah disalurkan dalam bentuk
27
kredit, sehingga tidak terdapat kelebihan dana untuk dipinjamkan lagi atau untuk  diinvestasikan.  Tingginya  rasio  FDR  ini,  di  satu  sisi  menunjukkan
pendapatan  bank  yang  semakin  besar,  tetapi  menyebabkan  suatu  bank menjadi  tidak  likuid  dan  memberikan  konsekuensi  meningkatnya  risiko
yang  harus  ditanggung  oleh  bank,  berupa  meningkatnya  jumlah  Non performing finance atau Credit Risk, yang mengakibatkan bank mengalami
kesulitan untuk  mengembalikan dana  yang telah  dititipklan oleh nasabah, karena  kredit  yang  disalurkan  mengalami  kegagalan  atau  bermasalah.
Namun, disisi lain, rendahnya rasio FDR, walaupun menunjukkan tingkat likuiditas yang semakin tinggi, tetapi menyebabkan bank memiliki banyak
dana  menganggur  idle  fund  yang  apabila  tidak  dimanfaatkan  dapat menghilangkan  kesempatan  bank  untuk  memperoleh  pendapatan  sebesar-
besarnya,  dan  menunjukkan  bahwa  fungsi  utama  bank  sebagai  financial intermediary  tidak  berjalan.  Untuk  menghitung  nilai  dari  FDR,  dapat
menggunakan  suatu  persamaan  sebagaimana  yang  telah  ditetapkan  oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal
31 Mei 2004, yaitu :
Gambar 2. 1 Rumus Financing Deposit Ratio FDR
Bank  Indonesia  selaku  otoritas  moneter  menetapkan  batas  FDR berada  pada  tingkat  85-100  dalam  Surat  Edaran  Bank  Indonesia  No.
265BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI akan
28
memperlakukan peraturan Bank Indonesia No01219PBI2010 yang berisi ketentuan standar FDR pada tingkat 78-100.
Salah   satu   kendala   operasional   bank   syariah   adalah   kesulitan dalam mengendalikan    likuiditasnya    secara    efisien,    dimana    gejala
adalah    tidak tersedianya  kesempatan  investasi  yang sedang  berjalan. Adalah  penting  bagi bankir  Islam  untuk  memahami  bahwa  instrumen
likuiditas    yang    digunakan    bank  konvensional    itu    dibangun    untuk mengatasi  kesulitan  yang  mereka  hadapi  dalam sistem  keuangan  yang
bersifat    ribawi.    Menjadi    tantangan    dan    tanggung    jawab  para    bankir Islam  untuk  mempunyai  pedoman  likuiditas  syariah  sebagai  berikut :
1. Uang    tidak    boleh    menghasilkan    apa-apa.    Uang    hanya    boleh
berkembang jika diinvestasikan dalam bidang ekonomi riil tangible ecomomic aset.
2. Nilai  saham  dalam  suatu  bisnis  harus  didasarkan  pada  hasil
penelitian performance yang bersangkutan fundamental analysis 3.
Transaksi  tunai  cash  harus  diselesaikan  segera  setelah  kontrak terjadi.
4. Diperbolehkan  membeli  saham  dari  bisnis  yang  mencatat  adanya
utang  pada  neraca  mereka,  tetapi  utang  tersebut  tidak  boleh dominan.
5. Pemilik saham mempunyai hak untuk mengakhiri kepemilikannya,
kecuali  apabila  diperjanjikan  lain  secara  tegas  dinyatakan  dalam kontrak.
29
6. Capital Adequacy Ratio CAR