Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

yang memengaruhi keberhasilan atau kualitas dalam menulis karangan adalah penggunaan bahasa. Ragam bahasa yang digunakan dalam karangan ialah ragam bahasa Indonesia baku atau bahasa standar. Pada kenyataannya masih ditemukan kosakata hingga klausa dalam bahasa asing pada karya tulis mereka. Penggunaan bahasa dan kode lain dalam suatu bahasa disebut campur kode. Campur kode terjadi sebagai bentuk penggunaan unsur-unsur bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa. Campur kode mengacu pada digunakannya serpihan-serpihan bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa tertentu. 2 Pembelajaran menulis dalam materi bahasa Indonesia salah satunya diaplikasikan pada materi menulis karangan. Menulis karangan dalam praktiknya memerlukan kontrol dan latihan dari mentor atau pengajar agar berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Namun, latihan-latihan tersebut masih belum maksimal sehingga kesalahan-kesalahan berbahasa masih sering terjadi. Peserta didik masih mengalami proses akulturasi atau penyesuaian antara bahasa pertama dan bahasa keduanya. Penyesuaian inilah yang menyebabkan tercampurnya antar dua bahasa yang dipelajarinya. Proses pembelajaran bahasa kedua yang seringkali menimbulkan pengaruh-pengaruh dalam tindak tuturnya, berdampak pula dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam bidang pendidikan formal dan bahasa asing dalam kegiatan sehari-hari merupakan salah satu bukti bahwa siswa tersebut ialah dwibahasawan. Kontak bahasa para dwibahasawan memacu timbulnya campur kode, baik lisan maupun tulis. Proses tersebut membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai campur kode bahasa asing dalam lingkungan pesantren dengan judul: Campur Kode Keluar dalam Karangan Narasi Santri Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami Bogor Tahun Pelajaran 20162017 ”. 2 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 124

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah yang muncul dalam penelitian ini: 1. Adanya percampuran bahasa asing dalam karangan narasi santri. 2. Banyaknya penggunaan bahasa asing dalam karangan narasi bahasa Indonesia santri.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi masalah dengan rumusan sebagai berikut: 1. Bentuk campur kode keluar dalam karangan narasi santri kelas IX semester ganjil MTs Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami Bogor Tahun Pelajaran 20162017. 2. Seberapa banyak jenis campur kode keluar dalam karangan narasi bahasa Indonesia santri kelas IX semester ganjil MTs Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami Bogor Tahun Pelajaran 20162017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan: 1. Bagaimana bentuk campur kode keluar yang muncul dalam karangan narasi bahasa Indonesia santri kelas IX MTs Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami Bogor Tahun Pelajaran 20162017? 2. Bagaimana jumlah kemunculan campur kode keluar dalam karangan narasi bahasa Indonesia santri kelas IX MTs Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami Bogor Tahun Pelajaran 2062017?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui adanya bentuk campur kode keluar dan frekuensi kemunculannya dalam karangan narasi santri Kelas IX MTs Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami Bogor Tahun Pelajaran 20162017.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, Penulis berharap manfaat yang didapat: 1. Manfaat teoretis: Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat: a. Sebagai bahan evaluasi bagi Guru Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mengetahui adanya percampuran bahasa asing dalam karangan narasi santri. b. Bagi santri, memberikan wawasan baru mengenai pembelajaran bahasa yang baik. 2. Manfaat praktis: Adapun manfaat praktis yang dapat diberikan ialah: a. Bagi Penulis 1 Dapat mengetahui gambaran campur kode bahasa asing dalam pembelajaran menulis karangan narasi. 2 Memberikan gambaran bagi Guru bahasa Indonesia agar dapat memberikan pengayaan mengenai kosakata lebih baik lagi. b. Bagi Guru 1 Mengetahui kemampuan santri dalam penerapan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran menulis. 2 Memberikan masukan bagi Guru agar tetap mengawasi penerapan dari mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis. c. Bagi santri 1 Memberikan pemahaman baru mengenai bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran menulis. 2 Memotivasi santri sehingga pembelajaran terasa menyenangkan. 7

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Deskripsi Teori

1. Kontak Bahasa

Komunikasi yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat ditandai oleh kegiatan bertutur antar sesamanya. Bahasa menjadi salah satu media yang mengakibatkan adanya kontak bahasa antar individu. Keberagaman daerah serta latar belakang masyarakat yang berbeda, bahasa yang digunakan pun beragam yang kemudian berakibat adanya beberapa bahasa yang digunakan dalam satu penutur. Weinrich mengungkapkan bahwa “kontak bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur yang sama secara bergantian. Kontak bahasa di dalamnya terjadi pemindahan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain mencakupi semua tataran. ” 1 Mackey menjelaskan bahwa “kontak bahasa sebagai pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain baik langsung maupun tak langsung, sehingga dapat memengaruhi penguasaan bahasa penutur baik ekabahasawan maupun dwibahasawan. ” 2 Apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, maka dapat dikatakan bahwa bahasa- bahasa tersebut saling kontak. Jadi kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual. Selain itu, kontak bahasa juga terjadi secara sosial, di mana kontak bahasa berlaku di dalam suatu masyarakat dan nantinya akan menentukan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada suatu bahasa atau bahasa yang mereka gunakan. Jadi, segala persentuhan antara beberapa bahasa yang berakibat adanya kemungkinan pergantian bahasa oleh penutur dalam konteks sosialnya nantinya muncul dalam bentuk kedwibahasaan. 1 Made Denes dkk, Interferensi Bahasa Indonesia Dalam Pemakaian Bahasa Bali di Media Massa, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, hlm. 6 2 Suwito, Sosiolinguistik Pengantar Awal, Solo: Henary Offset, 1985, hlm. 39.

2. Kedwibahasaan

Nababan mengungkapkan bahwa “kedwibahasaan atau bilingualisme adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam berinteraksi dengan orang lain. Bilingualitas adalah kesanggupan atau kemampuan seseorang memakai dua bahasa. ” 3 Sedangkan menurut Bloomfield, kedwibahasaan diartikan sebagai “kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baik oleh seorang penutur. ” 4 Kemampuan ini dapat diwujudkan dalam semua keterampilan berbahasa: membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai dua bahasa, yaitu B1 dan B2. Weinrich mengungkapkan bahwa kedwibahasaan adalah “the practice of alternately using two languages ” 5 yaitu kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Menurutnya pula, seseorang yang terlibat dalam praktik penggunaan dua bahasa secara bergantian itulah yang disebut dengan bilingual atau dwibahasawan. 6 Tingkat penguasaan bahasa dwibahasawan yang satu berbeda dengan dwibahasawan yang lain, bergantung pada setiap individu yang menggunakannya. Spolsky menyatakan secara jelas bahwa “the simplest definition of a bilingual is a person who has some functional ability in a second language seseorang yang memiliki kemampuan berbahasa dalam bahasa kedua. ” 7 Berapa jauh penguasaan seseorang atas bahasa kedua bergantung pada sering tidaknya dia menggunakan bahasa kedua itu. 8 Jumlah bahasa yang digunakan dalam masyarakat sangat banyak. Hal ini disebabkan oleh satu penutur yang dapat menggunakan lebih dari satu bahasa 3 P.W.J. Nababan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Gramedia, 1984, hlm. 27. 4 Suwito, op. cit., hlm. 40. 5 Aslinda dan Leni S, Pengantar Sosiolinguistik, Bandung: PT Refika Aditama, 2007, hlm. 23 6 Ibid, hlm. 26. 7 Bernard Spolsky, Sociolinguistics, Bristol: Oxford University Press, 2010, hlm. 45 8 Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, Jakarta: Erlangga, 2012, hlm. 167