Hubungan Harga Diri dengan Asertifitas pada Remaja

24 suatu bentuk perilaku dan bukan merupakan sifat kepribadian seseorang yang dibawa sejak lahir, sehingga dapat dipelajari meskipun pola kebiasaan seseorang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut. Meskipun hal ini tidak mudah bagi remaja, namun berdasarkan karakteristik dan tugas perkembangan remaja diharapkan mereka telah memiliki keterampilan asertifitas tersebut melalui proses belajar dalam lingkungan sosialnya. Seperti yang diungkapkan oleh Elliot dan Gramling 1990 bahwa seorang remaja harus mampu bersikap asertif pada diri sendiri maupun pada orang lain.

D. Hubungan Harga Diri dengan Asertifitas pada Remaja

Pearl Bailey Deaux, 1993 mengatakan bahwa harga diri adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sebaliknya, seorang remaja yang memiliki harga diri yang negatif akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia. Remaja yang memiliki kelompok sosial baru, di luar keluarga, yaitu teman sebaya, melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya, termasuk nilai, sikap, dan perilaku teman sebayanya. Pengaruh teman sebaya cukup besar terhadap remaja. Selain dampak positif, teman sebaya juga dapat Universitas Sumatera Utara 25 mengarah pada perilaku yang negatif. Remaja madya menurut tugas perkembangannya sudah mencapai kemandirian emosional dari figur-figur otoritas, memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada, dan meskipun teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri self-directed. Berdasarkan tugas perkembangan tersebut, remaja diharapkan dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat, dan tentunya menghindari perilaku negatif. Beberapa karakteristik remaja yang melakukan perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, akibat pengaruh teman sebaya, diantaranya adalah patuh karena ingin diterima dan khawatir diejek kalau tidak mengikut kelompok, takut ditolak dan dikucilkan dari kelompok. Kemudian, mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan pihak lain pada setiap masalahnya, mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Remaja tersebut juga kurang bisa mengekspresikan diri, menerima umpan balik, menyampaikan kritik, menghargai hak dan kewajiban, tidak merasa memiliki kekuatan, cemas memikirkan pendapat orang lain, berupaya menyenangkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri, penghargaan diri rendah, dan mengkritik diri sendiri. Karakteristik tersebut di atas merupakan karakteristik individu yang memiliki harga diri rendah. Kecemasan individu akan penolakan kelompok, mengakibatkan remaja tidak dapat mengungkapkan apa yang diinginkan dirinya sendiri. Dan hal ini erat Universitas Sumatera Utara 26 kaitannya dengan asertifitas. Williams 2002 mengatakan asertifitas adalah kemampuan mengungkapkan diri sendiri, meyakinkan opini dan perasaan, dan mempertahankan haknya. Asertifitas bukan merupakan sifat kepribadian seseorang yang dibawa sejak lahir, sehingga dapat dipelajari meskipun pola kebiasaan seseorang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut. Remaja perlu memiliki kemampuan asertifitas ini agar dapat mengurangi stress ataupun konflik sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal yang negatif Alberti Emmons dalam Widjaja Wulan, 1998. Oleh sebab itu, asertifitas penting bagi remaja untuk perkembangannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri memiliki kaitan dengan asertifitas pada remaja. Dimana penghargaan terhadap dirinya sendiri akan berdampak pada asertifitas remaja tersebut, sehingga remaja dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam lingkungan sosialnya, termasuk teman sebaya, dan menghindari perilaku-perilaku yang negatif.

E. Hipotesa Penelitian