Asertifitas remaja Remaja 1. Definisi remaja

22 pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisikserta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya. b. Masa remaja pertengahan 15-18 tahun Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendirI self direct. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu. c. Masa remaja akhir 19-22 tahun Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.

2. Asertifitas remaja

Remaja madya menurut Kanopka Agustiani, 2006 dan Monks, dkk 1999 berada pada rentang usia 15-18 tahun. Individu yang berada pada rentang usia tersebut, menurut Kanopka Agustiani, 2006, memiliki karakteristik yang ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting di masa remaja madya, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri self-directed. Remaja sudah mulai Universitas Sumatera Utara 23 mengembangkan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Perkembangan yang dialami oleh remaja madya ini juga didukung oleh Pikunas Agustiani, 2006 yang mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan masa remaja. Tugas perkembangan tersebut yang berkaitan dengan asertifitas adalah mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal; belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok; menemukan model untuk identifikasi; menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber- sumber yang ada pada dirinya; memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada. Asertifitas merupakan salah satu pola komunikasi. Lazarruz Rakos, 1991 mendefinisikan asertifitas sebagai kemampuan mengatakan “tidak”, kemampuan untuk meminta sesuatu, kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif, kemampuan untuk memulai, menyambung, dan mengakhiri percakapan umum. Alberti dan Emmons Rakos, 1991 secara detail menyebutkan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku yang memungkinkan seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, mempertahankan diri tanpa merasa cemas, mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, ataupun untuk menggunakan hak-hak pribadi tanpa melanggar hak-hak orang lain. Keterampilan asertifitas ini dapat diperoleh dan berkembang melalui proses belajar. Willis dan Daisley Rakos, 1991 menyatakan bahwa asertif merupakan Universitas Sumatera Utara 24 suatu bentuk perilaku dan bukan merupakan sifat kepribadian seseorang yang dibawa sejak lahir, sehingga dapat dipelajari meskipun pola kebiasaan seseorang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut. Meskipun hal ini tidak mudah bagi remaja, namun berdasarkan karakteristik dan tugas perkembangan remaja diharapkan mereka telah memiliki keterampilan asertifitas tersebut melalui proses belajar dalam lingkungan sosialnya. Seperti yang diungkapkan oleh Elliot dan Gramling 1990 bahwa seorang remaja harus mampu bersikap asertif pada diri sendiri maupun pada orang lain.

D. Hubungan Harga Diri dengan Asertifitas pada Remaja