11
IV. A. 3 Penyebab Kesepian yang dialami Responden A
Kesepian yang dialami Amir pada dasarnya bersumber dari penyakit yang dideritanya. Kesepian berawal dari gejala batuk yang dideritanya selama hampir
setahun. Batuk yang tidak kunjung sembuh membuat teman-temannya menjauh karena takut tertular batuk yang dideritanya. Hal ini membuat Amir merasa
dikucilkan oleh teman-temannya alienation.
Kondisi penyakitnya membuat Amir merasa tidak nyaman saat berada di
dekat orang lain harga diri yang rendah. Amir dengan sadar diri akhirnya
menghindari interaksi dengan teman-temannya, dengan alasan agar tidak menular penyakit. Pola interaksi demikian membuat Amir merasa tidak puas akan
hubungannya. Amir berharap teman-temannya mengerti akan kondisi kesehatannya. Amir berharap ia dan teman-temannya bisa berteman kembali,
namun kondisi kesehatan membuatnya tidak memiliki teman dekat. Harapan bahwa teman-temannya mengerti akan kondisi kesehatannya
membuat Amir merasa kesepian. Amir menginginkan teman-teman dan keluarganya dapat memahami perubahan yang terjadi di dalam kehidupannya.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya, teman-temannya menghindari Amir karena penyakit yang dideritanya. Keadaan ini membuat Amir merasa tidak puas akan
hubungan yang terjalin antara dia dan teman-temannya karena terjadi perubahan dalam hubungan yang diinginkannya.
Kondisi kesehatan yang semakin memburuk menyebabkan Amir harus menjalani perawatan di rumah sakit di luar kota. Ia harus menjalani kehidupan dan
perawatan jauh dari rumah, saudara dan teman-temannya. Amir harus menerima
Universitas Sumatera Utara
12 kenyataan bahwa ia harus berada di rumah sakit dalam waktu yang lama dan
bahwa ia menderita kanker paru. Menerima kenyataan bahwa ia menderita kanker paru bukanlah hal yang mudah, namun ia juga harus menjalaninya sendiri dan
jauh dari orang yang dikasihi. Amir merasa kesepian karena harus berada di rumah sakit yang asing selama waktu yang cukup lama tanpa bisa kemana-mana
forced isolation. IV. A. 4 Gambaran Reaksi Responden A Terhadap Kesepian
Dalam usaha mengatasi kesepian, Amir menunjukkan berbagai reaksi. Amir merasa tidak nyaman dengan rasa kesepian yang dialaminya. Sejak
menderita gejala batuk menahun, Amir menjadi dijauhi oleh teman-temannya. Amir merasa bahwa hal ini merupakan hal yang wajar, mengingat teman-
temannya tidak ingin tertular penyakitnya sehingga Amir tidak berusaha melakukan apa-apa untuk mengatasi kesepian yang ia rasakan. Setelah ia
sembuh dari batuknya, teman-temannya akan kembali menerimanya seperti biasa dan mereka dapat berinteraksi seperti sebelumnya. Maka dari itu Amir berusaha
untuk menyembuhkan penyakitnya dengan meminum obat dan memeriksakan diri ke dokter.
Berbagai usaha yang dilakukan ternyata tidak membuahkan hasil, bahkan batuk yang diderita Amir semakin parah dan mengeluarkan darah. Kondisi
kesehatan yang semakin buruk akhirnya membuat dokter di Aek Kanopan merekomendasikan untuk berobat ke Medan. Setelah sampai di Medan, Amir
menghabiskan waktu selama sebulan untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Pada Juni 2007 Amir mendengar diagnosa mengenai penyakit yang
Universitas Sumatera Utara
13 dideritanya. Kanker paru,
vonis kematian yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Ketika mendengar diagnosa ini Amir merasa sedih dan merasa tidak sanggup
untuk menjalani hari tanpa dukungan orang-orang di sekitarnya. Ia merasa beruntung karena memiliki anak-anak dan juga istri yang perhatian dan
mendukungnya. Sebagai tindak lanjut dari diagnosa dokter, Amir disarankan untuk menjalani kemoterapi. Setelah berembuk dengan anak-anaknya, akhirnya
Amir bersedia menjalani kemoterapi. Pengobatan kemoterapi yang dijalani mengharuskan Amir menjalani rawat
inap di rumah sakit selama beberapa hari, bahkan seminggu. Selama di rumah sakit, Amir jauh dari anak-anak dan teman-teman, ia hanya ditemani oleh istrinya.
Walau demikian ia masih merasa kesepian jika teringat akan rumah dan juga
anak-anaknya. Perasaan kesepian ini membuatnya sedih dan menangis. Ia merasa
sedih karena memikirkan penyakit kanker paru yang mungkin akan merenggut nyawanya. Ia merasa putus asa dan tidak memiliki pengharapan, terlebih ketika ia
tidak memiliki seseorang untuk mengadu dan menceritakan mengenai masalah penyakit yang dideritanya.
Amir tidak memiliki teman yang dapat diajak bercerita mengenai apa yang dirasakannya selama menjalani perawatan di rumah sakit. Beratnya rutinitas
pengobatan kemoterapi tidak hanya menimbulkan dampak fisik namun juga rasa kesepian. Amir berharap memiliki teman untuk bercerita mengenai sakitnya
menjalani kemoterapi. Apabila ia merasa kesepian dan tidak tahu harus berbuat
apa untuk mengurangi rasa kesepian, maka ia lebih memilih untuk tidur. Amir
Universitas Sumatera Utara
14 merasa lebih baik ia tidur daripada harus menangis karena tidak dapat
menanggung penderitaannya seorang diri. Amir tidak selalu dapat mengatasi rasa kesepian dengan tidur, untungnya
semenjak dirawat, Amir diberikan telpon genggam oleh anaknya. Ketika merasa
kesepian, Amir dapat terhibur dengan menghubungi anak-anaknya. Fasilitas ini memberikan Amir kemudahan untuk berinteraksi dengan sanak keluarganya.
Amir merasa senang apabila anak-anaknya menelpon dan menanyakan kabar dan perkembangan kondisi kesehatannya. Ia merasa diperhatikan oleh keluarganya.
Bentuk perhatian keluarga, khususnya anak-anak tampak ketika Amir berada di rumah. Saat Amir merasa kesepian sesekali ia akan bermain catur
dengan anak-anaknya setelah anak-anaknya pulang dari ladang. Ia terhibur setelah hampir seharian sendirian di rumah. Amir merasa bersyukur masih bisa
melakukan hobinya, terutama dengan anak-anaknya. Amir senang karena anak-
anaknya masih meluangkan waktu dan perhatian untuknya.
IV. A. 5 Gambaran Depresi yang dialami Responden A