C Analisis Kasus Responden B

32

IV. C Analisis Kasus Responden B

Tempat wawancara : Tanjung Morawa Tanggal : 29 Maret 2008 : 13.00 – 15.00 WIB 30 Maret 2008 : 11.00 – 13.30 WIB 31 Maret 2008 : 10.00 – 12.00 WIB Data Kontrol : - Nama : Sukanto Usia : 40 tahun Agama : Islam Suku : Jawa Pekerjaan : Buruh Bangunan Status perkawinan : Menikah Jumlah anak : 4 orang Tahun diagnosis : 2007 Stadium kanker : Stadium III-B Pengobatan medis : - Pengobatan lain : Pengobatan Alternatif IV.C.1 Gambaran diri responden B Responden B dalam penelitian ini adalah Sukanto, seorang pria berumur 40 tahun dan suku Jawa. Sukanto adalah seorang penderita kanker paru stadium III-B. Peneliti mengenal Sukanto dari salah seorang kenalan peneliti yang bekerja sebagai perawat. Setelah berkenalan dan bertemu dengan Sukanto, peneliti menanyakan kesediannya serta mengadakan temu janji di rumah Sukanto. Universitas Sumatera Utara 33 Sukanto dilahirkan dan dibesarkan di Tanjung Morawa. Sukanto hanya sempat mengenyam pendidikan hingga kelas III SD. Ia tidak melanjutkan pendidikannya karena tidak memiliki biaya sejak ayahnya meninggal. Sejak saat itu, Sukanto membantu ibunya berdagang. Setelah beranjak remaja, ia mulai bekerja sebagai buruh bangunan. Sejak itu pula ia sudah mulai merokok. Ia bisa menghabiskan hingga sebungkus rokok dalam sehari. Kebiasaan merokok ini berhenti karena ia menderita batuk menahun yang tidak kunjung sembuh. Sukanto menikah 19 tahun yang lalu dan memiliki 4 orang anak. Sukanto bersama istri dan keempat anaknya, tinggal di sebuah kompleks perumahan di Tanjung Morawa, dimana sebagian besar masyarakatnya termasuk kelas ekonomi menengah ke bawah. Selain Sukanto dan keluarganya, kelima saudaranya beserta keluarga tinggal di rumah yang sama. Rumah tersebut merupakan rumah peninggalan orangtua mereka. Sukanto sebagai kepala rumahtangga merasa berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak. Namun setelah menderita sakit, ia sudah tidak bisa bekerja untuk menghidupi kehidupan keluarganya. Kondisi ini membuat Sukanto merasa tidak berdaya dan tidak berguna, terlebih lagi ketika harus menyaksikan anak dan istrinya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk membiayai pengobatannya. Kondisi ekonomi yang memburuk menyebabkan konflik terjadi antara istri Sukanto dan saudara Sukanto lainnya yang tinggal serumah. Konflik ini terjadi karena istrinya meminjam uang kepada saudara perempuan Sukanto. Karena tidak dapat mengembalikan uang sesuai dengan waktu yang telah disepakati, saudara Universitas Sumatera Utara 34 perempuan marah kepada istri Sukanto dan akhirnya keduanya bertengkar. Sukanto merasa semakin terpuruk dan merasa takut karena istrinya mengancam akan meninggalkannya dan anak-anak mereka. Hal ini dilakukan istrinya karena merasa sudah tidak kuat mengurus Sukanto dan anak-anaknya, terlebih karena kondisi ekonomi yang memburuk. Istri Sukanto merasa lelah harus mengurus sekaligus membiayai kehidupan keluarga mereka. Kondisi kanker paru yang diderita Sukanto tidak hanya mempengaruhi kehidupan pribadi, namun juga mempengaruhi hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya. Sejak didiagnosa menderita kanker paru, kondisi kesehatan Sukanto mengalami penurunan. Bersamaan dengan menurunnya kondisi kesehatan Sukanto harus menjalani perawatan di rumah sakit. Sukanto merasa dijadikan objek percobaan oleh dokter, hal ini berhubungan dengan rasa tidak percayanya terhadap dokter yang merawatnya. Ia merasa lelah dengan pemeriksaan yang dijalaninya selama sebulan, sehingga tidak sabar untuk segera pulang. Peneliti mengenal Sukanto dari salah seorang kenalan yang bekerja sebagai perawat. Pertemuan pertama berlangsung di rumah sakit pada Juli 2007 , peneliti berkunjung ke rumah sakit tanpa sepengetahuan dirinya. Pada saat itu, peneliti datang bersama dengan kenalan peneliti itu. Awalnya Sukanto merasa bingung sampai peneliti menjelaskan maksud peneliti. Setelah Sukanto bersedia, peneliti meminta alamat Sukanto untuk temu janji pertemuan berikutnya. Wawancara pertama berlangsung pada tanggal 29 Maret 2008 di rumah Sukanto yang berada di Tanjung Morawa. Wawancara berlangsung di kamar tidur Sukanto. Hal ini dilakukan mengingat kondisi Sukanto yang tidak memungkinkan Universitas Sumatera Utara 35 untuk duduk. Pada awal wawancara Sukanto masih merasa sungkan menceritakan mengenai penyakitnya. Setelah beberapa lama bercerita, Sukanto sudah merasa nyaman untuk bercerita. Sukanto tergolong pria yang terbuka dan mau menceritakan masalah pribadinya kepada peneliti. Sewaktu bercerita mengenai penyakitnya matanya berkaca-kaca, terlebih ketika menceritakan masalah kematian dan kemungkinan ia meninggalkan keluarganya. Wawancara kedua ini dilakukan pada tanggal 30 Maret 2008 di rumah Sukanto. Wawancara kedua berlangsung di kamar tidur Sukanto. Pada kali ini, kondisi Sukanto sedang tidak baik sehingga wawancara harus berhenti beberapa kali untuk memberikan Sukanto kesempatan untuk beristirahat. Beberapa kali Sukanto mengeluarkan airmata dan merasakan sakit di dada sebelah kanan. Setelah berbicara beberapa lama, Sukanto juga merasakan sesak di dadanya dan meminta waktu untuk minum. Sukanto sedih dan berkaca-kaca ketika membicarakan masalah yang berhubungan dengan anak dan istrinya. Ia merasa sedih jika harus meninggalkan keluarganya. Wawancara ketiga dilakukan pada tanggal 31 Maret 2008 di rumah Sukanto. Kali ini wawancara juga berlangsung di kamar tidur Sukanto. Pada wawancara kali ini, Sukanto lebih rileks walaupun kondisi kesehatannya tidak berubah. Selama wawancara, pembicaraan harus terhenti selama beberapa kali karena Sukanto merasakan sesak di dadanya. Kali ini Sukanto bercerita dengan mata yang berkaca-kaca dan mengeluarkan airmata. Sukanto merasa sedih ketika membicarakan konflik yang terjadi dalam keluarganya.

IV. C. 2 Gambaran Kesepian yang dialami responden B