A. 5 Gambaran Depresi yang dialami Responden A

14 merasa lebih baik ia tidur daripada harus menangis karena tidak dapat menanggung penderitaannya seorang diri. Amir tidak selalu dapat mengatasi rasa kesepian dengan tidur, untungnya semenjak dirawat, Amir diberikan telpon genggam oleh anaknya. Ketika merasa kesepian, Amir dapat terhibur dengan menghubungi anak-anaknya. Fasilitas ini memberikan Amir kemudahan untuk berinteraksi dengan sanak keluarganya. Amir merasa senang apabila anak-anaknya menelpon dan menanyakan kabar dan perkembangan kondisi kesehatannya. Ia merasa diperhatikan oleh keluarganya. Bentuk perhatian keluarga, khususnya anak-anak tampak ketika Amir berada di rumah. Saat Amir merasa kesepian sesekali ia akan bermain catur dengan anak-anaknya setelah anak-anaknya pulang dari ladang. Ia terhibur setelah hampir seharian sendirian di rumah. Amir merasa bersyukur masih bisa melakukan hobinya, terutama dengan anak-anaknya. Amir senang karena anak- anaknya masih meluangkan waktu dan perhatian untuknya.

IV. A. 5 Gambaran Depresi yang dialami Responden A

Amir merasa sangat shock saat mengetahui bahwa dirinya menderita kanker paru stadium II-B. Amir sama sekali tidak pernah menyangka bahwa ia akan mengidap penyakit yang parah dan dapat menyebabkan kematian. Amir takut dan was-was jika sewaktu-waktu ia dipanggil oleh Tuhan. Sejak divonis menderita kanker paru, Amir merasakan perubahan yang sangat besar di dalam hidupnya. Amir hanya menunggu kematian sehingga semua rencana hidupnya tiba-tiba harus berantakan dan berubah. Ia merasa tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana melanjutkan hidupnya. Universitas Sumatera Utara 15 Vonis kanker paru yang diterima Amir membuatnya hanya melakukan aktivitas ringan dan hampir seluruh waktunya hanya dihabiskan untuk berisirahat. Amir merasa bahwa untuk melakukan aktivitas ringan pun ia membutuhkan konsentrasi yang lebih. Bahkan Amir memerlukan usaha yang lebih untuk mendengarkan apa yang dibicarakan oleh orang lain. Amir sendiri merasa tidak tahu alasannya, namun Amir memastikan bahwa hal ini terjadi setelah ia menderita kanker paru. ”Saya sadar kalau sekarang saya harus berkonsentrasi untuk melakukan hal yang mudah sekalipun, mendengarkan apa yang orang lain bilang. Pikiranku bukan di tempat lain, tetapi engga di mana-mana juga.” Menderita penyakit mematikan membuat Amir merasa bersalah karena tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai seorang ayah dan suami. Amir selalu terpikir mengenai kewajiban yang tidak dapat dipenuhinya. Sebaliknya setelah menderita sakit, Amir menyusahkan dan jadi tergantung pada anak-anaknya. Hal ini membuatnya merasa bersalah tidak mampu melakukan apapun untuk keluarganya. Amir sangat sedih jika membayangkan nasib anak-anaknya yang masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayangnya. Ia merasa bersalah karena tidak dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. Amir menangis membayangkan anak-anaknya harus hidup tanpa dirinya. Amir pun semakin merasa terbebani memikirkan biaya kuliah yang harus dilunasi agar anaknya dapat menyelesaikan kuliah. Menangis karena alasan yang tidak jelas juga sering dilakukannya. Amir tidak tahu mengapa ia menangis, hanya saja ia ingin menangis untuk Universitas Sumatera Utara 16 menumpahkan segenap kesedihan. Amir merasa bahwa hidupnya hampa dan tidak berarti karena hidupnya harus berubah total tanpa diduga. Sebuuah perubahan besar yang disebabkan penyakit kanker paru yang dideritanya. ”Penyakit ini membuat saya tidak tahu apa yang harus saya kerjakan. Nangis saya...kalau saya pikir-pikirkan anak-anak saya, jadi anak yatim, siapa yang nikahkan, biaya kuliah si Linda bagaimana. Tamatnya nanti anak saya itu? Bagaimana nasib anak saya kalau saya mati..istri saya. Macamlah...kalau memikirkan kondisi saya sekarang, macam lebih baik mati memang, tapi kalau memikirkan anak-anak saya, tak mungkin saya tinggalkan mereka ini.” ”....memang kalau sudah nangis lega. Kadang engga tahu kenapa, jadi pengen nangis karena sudah engga tahan lagi nyimpan di dalam hati. Itu pun nangis kalau bisa engga di depan orang.” Penyakit kanker seolah menjadi cap yang membuatnya cacat dan tak mampu melakukan sesuatu, membuat Amir merasa berbeda dan lebih lemah dari orang lain. Hal ini membuatnya merasa tidak berharga dan menimbulkan kesedihan yang sangat mendalam. Kesedihan ini membuat Amir sangat sedih karena tidak dapat menceritakan mengenai hal ini, karena tidak ingin dipandang lemah dan tidak ingin dikasihani. ”Sakit kanker...sudah parah, saya pun merasa engga sanggup menanggung semua perasaan ini. Seakan-akan saya ini sudah tidak berharga lagilah memang. Saya merasa tidak bisa lagi melakukan sesuatu yang berarti untuk istri dan anak-anak saya. Bahkan sekarang saya tergantung pada anak saya. Engga enak merepotkan anak-anak.” Amir merasakan kesedihan yang mendalam karena penyakit kanker paru yang harus ditanggungnya sendiri. Amir sangat sedih dan sering menangis diam- diam karena tidak ingin membuat keluarganya sedih. Amir berusaha keras agar tidak membuat keluarganya khawatir, sehingga sering kali ia harus menahan rasa sakit ketika berada di depan keluarganya. Ketika Amir merasakan sakit tidak Universitas Sumatera Utara 17 tertahankan di dadanya, ia akan mengunci dirinya di dalam kamar mandi rumahnya dan menangis. Namun tentunya hal itu tidak bisa sering dilakukan, jika ia berada di rumah sakit. Amir tidak ingin terlihat lemah di depan keluarganya sehingga ia merasa tertekan karena harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa. ”Sedih rasanya..Saya sakit tapi harus terlihat kuat supaya anak-anakku tidak khawatir. Apapun katanya saya tidak mau mereka sedih. Kadang- kadang engga kuat kita harus pura-pura sehat, padahal kalau sudah sakit dadaku ini mau mati rasanya. Sesak. Kayanya nafas itulah yang terakhir. Berat rasanya narik nafas. Kalau di rumah saya pasti sudah ke kamar mandi supaya tidak dilihat anak-anak. Engga kuat saya. Nangislah saya di sana.” Kesedihan semakin dirasakan Amir karena ia harus menghabiskan hampir seluruh waktunya dengan beristirahat. Namun, istirahat tidak membuat Amir bisa dengan tenang memulihkan kondisi fisiknya. Walaupun tidak melakukan gerakan- gerakan yang berlebihan, Amir tidak merasa tenang karena pikirannya senantiasa diliputi dengan ketakutan akan kematian dan juga penyakit yang mungkin akan semakin parah. Setiap kali merasakan sakit dan sesak pada dadanya, Amir seperti diingatkan mengenai penyakit kanker yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawanya. Pikiran-pikiran ini juga disertai dengan pikiran-pikiran bahwa kemungkinan sel kanker telah menyebar ke organ lain. “Saya selalu berpikir kalau engga..kankerku ini belum menyebar, karena saya kan dikemo untuk mematikan sel kanker ini. Engga mungkin…tapi saya seperti bisa merasakan kalau sel kanker ini menyebar apalagi kalau dada saya ini berdenyut-denyut. Saya pasti berpikir yang sudah mau matinya saya ini?” Suatu kali Amir terbangun dari tidur dan ia tidak melakukan apapun dan merasa bahwa tubuhnya kaku dan tidak dapat bergerak. “Saya terbangun, perasaan engga enak gitu, kayak ada beban di dadaku. Saya mencoba bergerak, engga yakin apa yang berusaha ku lakukan, tetapi Universitas Sumatera Utara 18 aku engga bisa melakukan apapun, tidak bisa bergerak. Saya merasa ketakutan.” Penyakit yang dideritanya membuat kondisi fisik Amir menurun dan mudah lelah sehingga mempengaruhi minatnya terhadap aktivitasnya sehari-hari. Amir merasa sangat mudah lelah, sepanjang hari ia merasa lelah padahal sepanjang hari ia hanya beristirahat. Amir mau tidak mau harus mengurangi aktivitas dan juga hobinya, selain karena kondisi fisik yang memang tidak kuat Amir juga tidak ingin memperparah kondisi kesehatannya hanya kerana ingin bersenang-senang. ”Sekarang ini saya harus sadar bahwa saya sakit, tidak boleh capek. Mau engga mau saya harus mengurangi aktivitas saya. Saya tidak mau hanya karena hobi saya main catur di luar, saya jadi sakit karena kena angin luar. Lebih baik saya istirahat supaya tidak sakit.” Amir sering merasa lelah karena gejala batuk dan sesak yang dirasakan hampir setiap malam. Ia sering terbangun hanya karena batuk dan merasa dadanya panas dan sesak, sehingga pola tidurnya menjadi berubah. Waktu tidur di malam hari menjadi berkurang. Kondisi ini menjadi berulang dan membuat Amir terbiasa tidur larut malam. Apabila Amir tidak bisa tidur ia memikirkan mengenai nasibnya dan juga keluarganya apabila ia mati. Amir menjadi lebih sering memikirkan kematian yang membuatnya merasa hampa dan enggan menjalani esok hari. Sebaliknya Amir juga tidak bisa tidur karena pikirannya kosong dan tidak dapat memejamkan matanya. “Saya tidak bisa tidur karena batuk itu pula kan..sesak kali dada saya. Jadi setiap kali batuk, terbangun. Gitulah terus..jadi capek memang tapi capek gitupun saya engga bisa tidur. Entah apa yang bikin. Saya rasa karena kepikiran sakit saya ini terus. Susah memang biar engga mikiri sakit saya ini.” Universitas Sumatera Utara 19 ”Capek aja bawaan badan ini terus..engga tahu kenapa mungkin karena batuk sama sesak di sini menunjuk dada. Kalau dipikir-pikir saya engga ngapa-ngapai tapi bisa capek. Mungkin karena mikiri sakit saya ini...kapanlah saya mati. Memang betullah kata orang, pikiran ini yang bikin kita sakit.” Kondisi kesehatan sangat mempengaruhi nafsu makan Amir. Ketika berada dalam kondisi tubuh yang buruk, nafsu makannya menurun bahkan tidak bernafsu sama sekali. Amir tidak mau makan ketika ia merasakan sakit yang teramat sangat. Rasa sakit dan sesak di bagian dada membuatnya tidak mau makan. Amir juga mengalami penurunan nafsu makan jika sedang sedih dan murung. Ia merasa enggan untuk makan, bahkan lupa makan. Untungnya istrinya selalu menyediakan makan setiap harinya. Biasanya mood Amir menjadi jelek apabila ia memikirkan mengenai penyakitnya dan juga kemungkinan sembuh yang kecil. Pikiran-pikiran ini membuatnya enggan untuk menyentuh makanan yang disediakan. Bahkan melihat makanan membuatnya mual karena teringat akan kemoterapi yang dijalaninya. ”Aneh memang tapi pernah waktu saya mau makan, saya mual karena ingat kemoterapi tempoh hari. Kalau abis kemo kan mual, jadi ingat waktu makan pas abis kemo jadi terbayanglah engga enaknya makan waktu pas kemo. Mau muntah bawaannya.” Menurunnya nafsu makan sejalan dengan menurunnya berat badan Amir. Amir terlihat semakin kurus. Bobotnya berkurang hingga 5 kg selama 1,5 bulan terakhir. Hal ini tentu saja menjadi perhatian Amir, sehingga ia berusaha menaikkan nafsu makan dan juga berat badannya. Hal ini juga bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan dan juga pemulihan selama proses pengobatan. Universitas Sumatera Utara 20

IV. A. 6 Faktor-faktor penyebab Depresi yang dialami Responden A