A. 7 Gambaran reaksi Responden A terhadap depresi yang dialami

21 merasakan kesakitan yang menghancurkan sehingga bisa mempengaruhi seluruh tubuh baik fisik, emosi maupun spiritual. Depresi berpengaruh pada kondisi fisik Amir, dimana apabila ia larut dengan kesedihan yang mendalam maka Amir akan mengalami penurunan kondisi fisik dan proses penyembuhannya akan cenderung lebih lama. Sebaliknya, perawatan kemoterapi yang melelahkan juga dapat menyebabkan Amir depresi. Perawatan kemoterapi yang melelahkan membuat Amir merasa mual, muntah dan juga lemas karena energinya terkuras secara fisik dan juga emosi. Kondisi seperti ini membuat Amir merasa sangat tertekan. Bahkan apabila merasakan sakit yang teramat sangat, Amir menangis karena tidak tahan menahan rasanya. Keadaan ini membuat depresi karena harus dilakukan secara berkala dan berulang-ulang.

IV. A. 7 Gambaran reaksi Responden A terhadap depresi yang dialami

Penderitaan akibat kanker paru tidak hanya dirasakan secara fisik. Dampak yang lebih besar adalah secara psikis. Amir mengalami penderitaan depresi sebagai akibat penderitaan fisik yang dialaminya. Amir merasa sangat sedih dan menderita akibat kanker paru yang mempengaruhi hidupnya dan keluarganya. Pada awalnya Amir menarik diri dari pergaulan sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap situasi yang dianggapnya mengancam. Amir merasa lebih nyaman ketika menghindari pandangan negatif orang-orang di sekitarnya ketika ia menderita sakit. Hal ini bertentangan dengan harapannya, dimana ia berharap orang-orang di sekitarnya akan memberikan dukungan ketika ia mengalami masalah. Universitas Sumatera Utara 22 Dukungan sosial dari keluarga membantu Amir mengatasi depresi yang dirasakan. Amir merasa sangat diberkati karena memiliki keluarga yang mendukung, walaupun ia tidak bisa memendam rasa bersalah pada keluarganya. Amir juga masih memikirkan mengenai nasib anak dan istrinya apabila ia tinggalkan, namun intensitasnya berkurang karena ia memperoleh perhatian dan semangat dari keluarganya. Dukungan sosial keluarganya juga diwujudkan dalam mendukung pengobatan kemoterapi yang dijalani Amir. Dengan menjalani kemoterapi Amir berharap dapat sembuh dari penyakitnya. Kanker paru yang dideritanya membuat Amir lebih sering memikirkan kematian. Amir menjadi khawatir akan masa depannya dan juga keluarganya. Rasa khawatir dan cemas seperti ini berusaha diatasinya dengan semakin dekat pada Tuhan. Amir menjadi pasrah dan menyerahkan diri kepada Tuhan. IV.B Interpretasi Data Responden A Menurut Brehm dan Kassin dalam Dayakisni, 2003, kesepian adalah perasaan kurang memiliki hubungan sosial yang diakibatkan ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang ada. Kesepian merupakan masalah kejiwaan yang sering dialami oleh pasien kanker paru. Perasaan kesepian pada penderita kanker berasal dari perasaan tidak berpengharapan, tidak tertolong dan takut akan kematian yang muncul di dalam pikiran pasien dan kekurangan dukungan sosial dan emosional yang sangat dibutuhkan Cohen, Friedman, Florian dan Zernitsky Shurka, dalam Rokeach, 2000. Kesepian akibat kanker paru yang diderita oleh Amir dimulai ketika ia mengalami gejala batuk berkepanjangan yang membuatnya harus mengurangi Universitas Sumatera Utara 23 interaksi dengan teman-temannya. Amir mendapatkan tanggapan negatif setiap kali ia batuk di depan teman-temannya. Teman-temannya itu akan segera menjauh ketika ia batuk dan juga menutup mulut baik apabila Amir batuk maupun berbicara. Hal ini tentu saja membuat Amir menghindari kontak sosial karena merasa dikucilkan dan tidak diterima. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rubenstein Shaver 1982 yang menyimpulkan alasan mengapa seseorang tidak puas akan hubungannya, seseorang akan merasa kesepian karena mengalami pengasingan alienation; seseorang itu merasa berbeda, merasa tidak dimengerti, tidak dibutuhkan, dan tidak memiliki teman dekat. Alienation yang dialami Amir menyebabkan dirinya merasa malu dan berbeda sehingga akhirnya Amir mulai menjauh dan menghindari kelompok pergaulannya. Gejala batuk yang tidak kunjung sembuh membuat harga diri Amir rendah. Ia merasa tidak nyaman ketika harus berbicara dengan teman-temannya di depan umum. Ia merasa malu dengan kondisi kesehatannya dan pandangan orang lain. Hal ini membuatnya merasa tidak pantas berhubungan dengan teman- temannya. Amir merasa ketika teman-temannya menghindarinya sewaktu batuk adalah hal yang wajar. Amir merasa bersalah ketika harus batuk di depan teman- temannya, sehingga mulai menghindari teman-temannya. Hal ini berlangsung hingga hampir setahun dan membuat Amir merasa kesepian karena tidak memiliki teman. Kesepian yang dialami Amir berlanjut, tidak hanya ketika ia berada di lingkungan rumahnya namun juga ketika ia harus menjalani rawat inap di rumah sakit selama beberapa waktu karena divonis menderita kanker paru. Amir harus Universitas Sumatera Utara 24 terkurung di rumah sakit untuk beberapa waktu tanpa orang-orang yang dikenalnya. Amir merasa asing dengan suasana rumah sakit dan juga orang-orang di sana dan ia mau tidak mau harus berada di tempat itu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rubenstein Shaver 1982 yang menyatakan bahwa kesepian terjadi karena disebabkan forced isolation; dimana seseorang dikurung di dalam rumah, dirawat inap di rumahsakit, tidak bisa kemana-mana. Perasaan kesepian semakin dirasakan oleh Amir ketika ia merasa tidak tertolong lagi akibat vonis kanker paru yang diterimanya. Amir tidak memiliki pengharapan akan hidup dan juga nasib keluarganya. Amir takut dengan kenyataan bahwa sewaktu-waktu ia harus siap untuk dipanggil Tuhan dan meninggalkan anak dan istrinya. Saat merasa putus asa, anak-anaknya mencoba menghibur dan menguatkan Amir namun sayangnya rasa takut yang dirasakan Amir sangat besar sehingga ia merasa bahwa hidupnya tidak tertolong dan ia larut dalam kesedihannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cohen, Friedman, Florian dan Zernitsky Shurka, dalam Rokeach 2000 yang menyatakan bahwa perasaan kesepian pada penderita kanker berasal dari perasaan tidak berpengharapan, tidak tertolong dan takut akan kematian yang muncul di dalam pikiran pasien dan kekurangan dukungan sosial dan emosional yang sangat dibutuhkan. Kesedihan Amir karena penyakit kanker paru harus ditanggungnya sendiri. Amir sering menangis diam-diam karena tidak ingin membuat keluarganya sedih. Amir tidak ingin terlihat lemah di depan keluarganya sehingga ia merasa tertekan karena harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Universitas Sumatera Utara 25 Kanker paru yang dideritanya membuat Amir merasa tidak berdaya dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Ketidakmampuan ini membuat Amir menyalahkan diri sendiri karena membuatnya tergantung kepada orang lain. Kadang kala hal ini membuat Amir merasa lebih baik mati saja, apabila hidup tidak berguna lagi. Tidak memiliki pengharapan membuat semangat hidup Amir menurun. Saat semangat hidup semakin menurun, Amir mulai mengharapkan saudara dan kenalannya untuk menjenguknya di rumah sakit di Medan. Hal ini tentu saja bukan hal yang mudah untuk dilakukan mengingat jarak dari kampung halamannya, Aek Kanopan ke Medan. Hal ini ditanggapi Amir sebagai rasa tidak tidak peduli, ia merasa orang-orang yang dikenalnya meninggalkannya. Hal ini sesuai dengan Perlman Peplau dalam Brehm, 2002 yang menyatakan bahwa kesepian dapat terjadi karena perubahan dalam ide seseorang tentang apa yang diinginkan dalam suatu hubungan. Dalam hal ini ketika Amir sedang mengalami mood negatif karena beban yang diakibatkan penyakit kanker paru yang dideritanya, maka ia mulai menginginkan perhatian yang lebih dari orang-orang yang dikenalnya. Selama berada di rumah sakit yang asing membuat Amir merasa tidak nyaman dan harus menyesuaikan diri dengan situasi di rumah sakit. Amir harus berhadapan dengan situasi dan orang-orang yang baru ia kenal. Hal ini sempat membuat Amir merasa asing dan harus berusaha untuk membuat dirinya nyaman. Amir mencoba untuk dekat dengan dokter yang menanganinya untuk kesembuhannya, agar usaha penyembuhan yang dilakukannya tidak sia-sia. Universitas Sumatera Utara 26 Selama di rumah sakit yang dilakukan oleh Amir adalah beristirahat dan berbaring hampir sepanjang waktu. Hal ini membuatnya bosan dan gelisah, tidak sabar untuk segera pulang. Amir berharap dapat segera berkumpul dengan anak- anaknya, karena di rumah sakit ia tidak mempunyai kenalan. Dari pemaparan di atas dapat terlihat bahwa penyakit kanker paru menimbulkan kesepian bagi Amir. Untuk mengatasi kesepiannya, Amir melakukan berbagai cara. Usaha yang paling mudah dilakukan oleh Amir adalah menangis dan tidur. Selain itu biasanya Amir duduk dan berpikir mengenai hal- hal yang membuatnya lupa akan rasa sepi yang dialaminya. Bila Amir sedang berada di rumah, ia mengatasi rasa kesepian dengan bermain catur dengan anak- anaknya apabila mereka sudah pulang dari ladang. Selain itu, apabila ia rindu akan anak-anaknya, maka Amir akan menelpon dan menanyakan kabar anak- anaknya. Namun, seringnya Amir tidak melakukan apapun untuk mengatasi rasa kesepiannya. Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Amir melakukan respon terhadap kesepian yakni: social contact menelpon anak-anaknya dan active solitude melakukan hobi. Social contact merupakan kontak sosial yang dilakukan untuk mengatasi kesepian akibat kurangnya hubungan yang berarti dengan orang lain. Dengan melakukan kontak sosial maka kebutuhan akan hubungan yang berarti dapat terpenuhi dan mengurangi rasa kesepian. Sedangkan active solitude merupakan suatu bentuk kesendirian yang aktif, dimana dalam hal ini Amir melakukan suatu kegiatan yang disukainya, yakni bermain catur. Untungnya, hobinya bermain catur menuntutnya untuk melakukan interaksi Universitas Sumatera Utara 27 dengan orang lain, sehingga dapat mengurangi kesepian yang dirasakannya. Kedua hal ini merupakan respon konstruktif yang dapat membantu Amir untuk mengurangi rasa kesepian. Berbeda dengan respon sebelumnya, Amir juga melakukan respon negatif terhadap kesepian yang dirasakannya yakni sad passivity menangis, tidur, duduk dan berpikir serta tidak melakukan apa-apa. Amir sering menangis ketika ia merasa sendiri dalam menghadapi penyakit kanker paru yang dideritanya. Ia merasa tidak ada satupun yang mau menolongnya untuk keluar dari penderitaan yang disebabkan oleh penyakitnya. Amir lebih memilih untuk memendam perasaannya dengan tidak menunjukkan bahwa ia lemah dan menangis dengan sembunyi-sembunyi. Sesudah menangis biasanya Amir merasa lebih lega karena telah menumpahkan segala bebannya. Selain itu, ketika Amir merasa kesepian ia lebih memilih untuk tidur. Amir tidur untuk melupakan rasa kesepian yang dialaminya. Amir merasa setidaknya ia dapat melupakan segala permasalahannya ketika ia tidur. Amir merasa tubuhnya lepas dari segala kelelahan dan pikirannya dapat beristirahat sejenak dari penderitaan mendalam akibat penyakit kanker paru. Namun ketika Amir bangun, ia tetap merasa hampa dan kesepian. Duduk dan berpikir merupakan respon lainnya yang dilakukan ketika Amir merasa kesepian. Saat merasa kesepian biasanya Amir gelisah dan tidak tahu harus melakukan apa, sehingga akhirnya Amir lebih memilih untuk duduk. Sewaktu duduk-duduk, Amir biasanya akan melamun dan mulai memikirkan hal- hal yang dapat membuatnya lupa akan kesepian yang dirasakannya. Misalnya Universitas Sumatera Utara 28 adalah dengan memikirkan rumah di kampung halamannya dan juga anak- anaknya. Namun biasanya hal itu akan berujung dengan kesedihan dan menambah rasa kesepiannya. Ketika ia merasa kesepian seperti ini, akhirnya Amir memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Respon negatif sad passivity di atas merupakan respon negatif karena tidak memberikan solusi apapun bahkan berpotensi merusak diri Amir. Rasa kesepian yang dialaminya tidak berkurang sama sekali, bahkan ia semakin larut dengan rasa kesepian yang dialaminya. Menangis, tidur, duduk dan berpikir, dan tidak melakukan apapun tidak akan membuat kesepian yang dialaminya hilang maupun berkurang. Selain merasa kesepian, Amir juga merasa depresi akibat kanker paru yang dideritanya. Brehm 1990 menyatakan bahwa depresi dapat diakibatkan oleh adanya peristiwa-peristiwa negatif yang menyebabkan perubahan. Dalam hal ini Amir mengalami penyakit kanker paru yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya, baik secara individu maupun secara sosial. Depresi yang dialami Amir bermula sejak ia divonis menderita kanker paru, yang sama dengan kematian. Amir mengalami depresi karena kehilangan harapan untuk hidup. Amir merasa sangat sedih karena tidak dapat melaksanakan berbagai rencana yang telah dirancangnya untuk masa depannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Archibald Hart dalam Hadi, 2004 yang menyatakan bahwa kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Kehilangan yang dialami oleh Amir merupakan kehilangan yang sifatnya abstrak. Universitas Sumatera Utara 29 Kanker paru yang diderita Amir tidak hanya membuatnya kehilangan masa depan, namun juga membuat Amir merasakan dampak secara fisik. Gejala batuk dan sesak nafas kerap dirasakan menguras energi. Selain itu pengobatan kemoterapi yang dijalani juga membuatnya merasa mual, panas dan juga kelelahan yang amat sangat. Tenaganya terkuras baik secara fisik maupun emosi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi 2004 yang menyatakan bahwa depresi dapat disebabkan pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi. Berbagai sebab dapat memunculkan gejala depresi. Salah satu gejala depresi yang dialami Amir adalah sering menangis karena merasakan kesedihan yang mendalam akibat pengaruh penyakit kanker paru yang dideritanya. Amir merasa sangat sedih ketika harus dihadapkan dengan kematian. Ia merasa bersalah ketika menderita kanker paru karena sudah tidak dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Dalam hal ini Amir melakukan evaluasi diri self evaluation yang negatif. Amir cenderung merasa bertanggung jawab atas keadaan yang sebenarnya berada di luar kendalinya. Proses evaluasi diri negatif yang terjadi secara terus-menerus akan membuatnya semakin tenggelam di dalam depresi. Penderitaan karena depresi kadang-kadang membuat Amir merasa sedih tanpa alasan yang jelas. Amir menangis untuk menumpahkan segala kesedihan yang ia alami. Amir merasa sedih karena memikirkan nasib keluarganya, terutama anak perempuannya yang sedang duduk di bangku kuliah. Ia merasa sedih karena kondisi ekonomi yang semakin memburuk sehingga ia khawatir tidak sanggup Universitas Sumatera Utara 30 membiayai kuliah anaknya itu hingga selesai. Terlebih lagi ia merasa bersalah karena harus menghabiskan uang untuk membiayai pengobatan. Selama menjalani pengobatan, Amir harus beristirahat baik di rumah ataupun di rumah sakit. Ia pun harus mengurangi dan bahkan tidak melakukan aktivitas yang biasa dikerjakan sehari-hari. Hal ini membuat Amir merasa tidak berharga karena merasa sudah tidak mampu melakukan apa-apa lagi. Amir bahkan sudah tidak dapat berkumpul dengan teman-temannya di warung seperti biasanya. Hal ini menimbulkan rasa takut akan penolakan dari teman-temannya. Rasa takut ini membuatnya akhirnya tidak melakukan hobi. Amir menjadi enggan untuk melakukan hobi kesenangan bersama teman-temannya. Hal ini sesuai dengan teori Beck 1979 yang menyatakan bahwa individu yang depresi cenderung untuk menganggap diri secara negatif. Amir merasa bahwa dirinya sudah tidak menyenangkan bagi orang lain. Tidak melakukan aktivitas berarti selama sakit, membuat Amir bahkan enggan untuk melakukan tugas-tugas ringan. Ia hanya beristirahat untuk memulihkan kondisi kesehatannya. Amir merasa lelah dan kehilangan energi, padahal ia tidak melakukan kegiatan yang dapat membuatnya merasa lelah. Hal ini terkait dengan ketakutannya akan penyakit kanker paru yang dideritanya. Pikirannya terkuras dipenuhi dengan bayang-bayang akan kematian dan juga mengenai nasib keluarganya apabila ia mati. Amir menjadi berpikiran irasional, ia berpikir bahwa hal buruk tidak akan terjadi pada orang baik. Hal ini tentu akan membuatnya semakin depresi, karena mengambil kesimpulan yang salah dan Universitas Sumatera Utara 31 membuatnya semakin menyalahkan dirinya karena harus mati dan meninggalkan keluarganya. Pikiran mengenai kematian juga membuatnya tidak bisa tidur di malam hari. Amir tidak dapat tidur walaupun ia merasa lelah dan berusaha untuk memejamkan matanya. Kondisi ini terjadi berulang-ulang dan hampir setiap hari, sehingga membuat Amir merasa lelah. Pikiran-pikiran negatif juga membuat Amir mengalami penurunan konsentrasi. Pikirannya hanya dipenuhi dengan kematian, sehingga tidak dapat berkonsentrasi dengan aktivitasnya yang dijalaninya, bahkan Amir harus berkonsentrasi untuk mendengar pembicaraan orang lain. Selain itu, Amir juga mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Penyakit yang dideritanya membuat Amir tidak selera makan. Ia juga sering merasa mual ketika makan. Hal ini terjadi karena ia teringat kemoterapi yang dijalaninya. Sewaktu kemoterapi, Amir mengalami kelelahan dan juga rasa mual yang luar biasa sehingga setiap makanan yang masuk ke tubuhnya akan dimuntahkan. Universitas Sumatera Utara 32

IV. C Analisis Kasus Responden B