yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail.
4
Novel sebagai karya fiksi, merupakan sebuah cerita yang di dalamnya mengandung tujuan yang memberikan hiburan kepada para
pembacanya di samping adanya tujuan estetik. Meskipun berupa khayalan, karya fiksi bukan berasal dari hasil lamunan semata, melainkan merupakan
karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai sebuah karya seni.
2. Jenis-Jenis Novel
Ada beberapa jenis novel dalam karya sastra. Jenis novel mencerminkan keberagaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak
lain adalah pengarang novel. Burhan Nurgiyantoro membedakan novel menjadi novel populer dan novel serius.
5
a. Novel Populer
Kayam dalam Nurgiyantoro menyatakan bahwa sebutan novel populer, atau novel pop, mulai merebak sesudah suksesnya novel
Karmila dan Cintaku di Kampus Biru pada tahun 1970-an. Sesudah itu, novel-novel hiburan, tidak peduli mutunya, disebut juga sebagai novel
“novel pop”.
6
Novel populer adalah novel yang popular pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja.
Novel populer lebih mudah dinikmati karena bertujuan untuk memberikan hiburan dari cerita yang disampaikan dalam novel
tersebut. Novel populer bersifat sementara dan cepat ketinggalan zaman. Oleh karena itu, ia lebih cepat dilupakan dengan munculnya
berbagai novel populer lainnya.
4
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 90.
5
Burhan Nugiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2005, h. 20.
6
Ibid,. h. 20.
b. Novel Serius
Berbeda dengan novel populer, untuk memahami novel serius dibutuhkan daya konsentrasi yang tinggi dan disetai dengan kemauan
untuk itu. Permasalahan yang diungkapkan dalam novel serius disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat
universa l. Nurgiyantoro mengungkapkan “Hakikat kehidupan dapat
bertahan sepanjang masa, tidak pernah zaman. Oleh karena itu, novel yang pada umumnya sastra serius tetap menarik sepanjang masa, dan
tetap menarik untuk dibicarakan.”
7
Contoh novel serius adalah Belenggu karya Armijn Pane dan Ronggeng Dukuh Paruk karya
Ahmad Tohari.
3. Unsur-Unsur Pembangun Novel
Salah satu unsur pembangun novel adalah unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur intrinsik juga dapat diartikan sebagai unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri.
8
Soedjiono dalam Endah Tri Priyatni menyatakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang
berkaitan dengan eksistensi sastra sebagai struktur verbal yang otonom.
9
Unsur intrinsik dalam sebuah novel terdiri dari tema, alur plot, penokohan perwatakan, latar
setting, sudut pandang, dan amanat.
Berikut ini penjelasannya.
a. Tema
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperanan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan
yang diciptakannya.
10
Aminudin yang dikutip oleh Siswanto mengatakan bahwa seorang pengarang memahami tema cerita yang
akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan,
7
Ibid., h. 21.
8
Ibid., h. 22.
9
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, Jakarta: Bumi
Aksara, 2010, h. 109.
10
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT Grasindo, 2008, h. 161.
sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur yang menjadi media pemapar tema
tersebut, menyimpulkan makna yang dikandungnya serta mampu menghubungkan dengan tujuan penciptaan pengarangnya.
11
b. Alur Plot
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa pada sebuah cerita.
12
Terdapat lima bagian tahapan alur menurut Tasrif.
13
Tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1
Tahapan situation atau tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh
cerita. 2
Tahap generating circumstances atau tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya
konflik mulai dimunculkan. 3
Tahap rising action atau tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang
dan dikembangkan kadar intensitasnya. 4
Tahap climax atau tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan- pertentangan yang terjadi, yang dilakui dan atau ditimpakan kepada
para tokoh cerita mencapai titik intesitas puncak. 5
Tahap denouement atau tahap peyelesaian, tahap yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.
c. Penokohan Perwatakan
A novelist may use a character for purposes quite other than characterization. A character may do ‘uncharacteristic’ things in
order to further the plot for the author; a character may be than we learn something about him which pages of description could not give
11
Ibid., h. 161.
12
Stanton, Op. Cit, h. 26.
13
Nurgiyantoro, Op. Cit, h. 209-210.