merasa hidup kembali dan mempunyai semangat kembali setelah Srintil ronggeng. Orang-orang menganggap bahwa dengan Srintil menjadi
ronggeng akan membawa keberkahan bagi Dukuh Paruk.
3. Fungsi Ronggeng di Masyarakat
Seorang ronggeng merupakan milik umum yang memiliki status yang tinggi di masyarakat Dukuh Paruk. Ronggeng dapat menarik laki-laki
atau masyarakat dengan susuk dan jimat-jimat tertentu yang digunakan. Susuk emas yang dipasang di beberapa bagian tubuh Srintil dan keris Kyai
Jaran Guyung yang merupakan keris pekasih yang selalu menjadi jimat bagi para ronggeng. Maka dari itu, seorang ronggeng dapat dengan mudah
mendapat perhatian umum. Dengan segala pandangan negatif terhadap ronggeng, nyatanya dalam masyarakat seorang ronggeng mempunyai
peranan atau tugas yang harus dilakukan. Ronggeng yang menjadi superior dalam warga Dukuh Paruk dan menjadi inferior dalam dunia luar Dukuh
Paruk. Kedudukan ronggeng yang superior mengharuskan seorang ronggeng menjadi
gowok. Hal ini mendeskripsikan bahwa kedudukan rongggeng yang tinggi akan membawa keberkahan apabila Srintil menjadi
gowok. Sedangkan, dianggap sebagai sundal, penghibur, dan pelacur merupakan inferior dari kedudukan seorang ronggeng di mata warga luar
Dukuh Paruk. Hal ini mendeskripsikan bahwa seorang ronggeng tidak lebih dari seorang sundal dan pelacur yang dianggap sebagai perusak
rumah tangga suami-istri di luar Dukuh Paruk. Seorang ronggeng selalu dapat menarik perhatian masyarakat tentu
tidak terlepas dari pengikat yang ada di dalam diri seorang ronggeng.
Seperti dalam novel ini, Srintil ketika ingin menjadi seorang ronggeng, Srintil dipasangkan susuk emas dan mantra pekasih
agar orang-orang tertarik padanya dan orang-orang melihat bahwa Srintil seorang ronggeng
yang cantik. Seperti pada kutipan berikut: “Satu hal disembunyikan oleh Nyai Kertareja terhadap
siapa pun. Itu ketika dia meniupkan mantra pekasih ke ubun-ubun
Srintil. Mantra yang di Dukuh Paruk dipercaya akan membuat siapa saja tampak lebih cantik dari sebenarnya;
uluk-uluk perkutut manggung teka saka ngendi,
teka saka tanah sabrang pakanmu apa,
pakanku malu tawon, ora manis kayu patuku, Srintil
Konon bukan hanya itu. Beberapa susuk emas dipasang oleh Nyai Sakarya di tubuh
Srintil.”
63
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Nyai Sakarya selaku dukun ronggeng Srintil telah memasukkan beberapa susuk emas dan
membacakan mantra pekasih agar Srintil dapat terlihat lebih cantik sehingga menarik perhatian penonton. Sehingga, tidak mengherankan jika
seorang ronggeng mempunyai jimat tertentu agar terlihat lebih menarik dari biasanya. Kecantikan dan keakuannya sebagai seorang ronggeng,
Srintil mempunyai tugas yang harus dilakoninya sebagai seorang ronggeng Dukuh Paruk. Seperti Srintil seorang ronggeng menjadi
gowok. Gowok adalah seorang perempuan yang disewa oleh seorang ayah bagi anak
lelakinya yang sudah menginjak dewasa. Dan menjelang kawin. Seorang gowok akan memberi pelajaran kepada Waras tentang kehidupan berumah
tangga. Dari keperluan dapur sampai bagaimana memperlakukan seorang istri secara baik. Misalnya, bagaimana mengajak istri pergi kondangan dan
sebagainya. Selama menjadi gowok dia tinggal hanya berdua dengan anak
laki-laki tersebut dengan dapur yang terpisah. Masa pergowokan biasanya
berlangsung hanya beberapa hari, paling lama satu minggu. Satu hal yang perlu diterangkan tetapi harus diketahui oleh semua orang adalah hal yang
menyangkut tugas inti seorang gowok, yaitu mempersiapkan seorang
63
Ibid., h. 18-19.
perjaka agar tidak mendapat malu pada malam pengantin baru.
64
Sebagai seorang ronggeng yang dianggap membawa keberkahan Srintil diyakini
dapat menjadi gowok yang bisa mengubah Waras menjadi laki-laki
seutuhnya, sehingga laik untuk menikah dan berumah tangga. Seperti pada kutipan di bawah ini:
“…. Bila menjalani peran sebagai gowok adalah hal yang baru bagi Srintil, maka melayani laki-laki yang berusia lebih muda
adalah hal baru lainnya. Dua hal baru sekaligus. Bagaimana juga Srintil merasa ditantang…. Akhirnya Srintil bangkit. Sambil
mengusap matanya dia berkata lirih. “Nyai, sekarang ajari aku bagaimana menjadi gowok. Ajari
aku” “Eh, Jenganten sudah mau menjadi gowok? Tetapi aku tak
bisa mengajari sampean. Aku sendiri tak pernah menjadi gowok
.” “Kira-kira saja.”
“Nanti dulu, Jenganten. Mengapa baru sekarang sampean menyatakan kesediaan menjadi
gowok ?”
65
Kutipan di atas menggambarkan tentang kesiapan Srintil untuk menjadi
gowok karena Srintil sadar dari hatinya bahwa dirinya adalah perempuan yang dapat mengubah Waras menjadi laki-laki yang laik dan
pantas untuk berumah tangga, sehingga Srintil harus mampu berperan atau bertugas banyak di hadapan seorang laki-laki muda yang nyaris tersingkir
dari identitasnya. Hal ini dikarenakan ketika Srintil melihat seorang Waras yang bersikap laiknya seorang anak kecil diusianya yang telah menginjak
tujuh belas tahun. Hal inilah yang membuat kesadaran baru dari dalam diri Srintil akan tugasnya sebagai seorang ronggeng yang merupakan milik
umum. Selain itu, gambaran akan seorang ronggeng sebagai cerminan dari
keperempuanan yang mengharuskan Srintil mengemban tugas sebagai pengganti wanita di Dukuh Paruk agar dapat memenuhi hasrat laki-laki
64
Ibid., h. 201.
65
Ibid., h. 211.
yang tidak bisa dilayani oleh istrinya pada saat-saat tertentu. Seperti pada kutipan berikut:
“Tetapi Dukuh Paruk sungguh tidak ada masalah kerumahtanggaan. Tak ada seorang istri pun yang merasa rugi oleh
kecantikan Srintil. Boleh jadi karena semua orang di sana masih terikat dalam tatanan nilai yang tersendiri. Sudah biasa di sana
seorang istri yang sedang hamil tua atau baru melahirkan menyuruh suaminya meminta jasa kepada Srintil. Nasihat dukun
bayi kepada para suami juga bernada sama. “Awas, jangan dulu menjamah istrimu sebelum seratus hari. Mintalah kepada Srintil
bila tak bisa menahan diri.”
66
Kutipan tersebut menggambarkan peranan atau tugas seorang Srintil sebagai seorang ronggeng di Dukuh Paruk. Seorang ronggeng
selain mempunyai tugas menari dalam pentas, dia juga harus bisa memberikan jasa kepada laki-laki di Dukuh Paruk jika istri laki-laki
tersebut sedang hamil tua atau baru melahirkan. Memang tugas itu tidak sepenuhnya dilaksanakan karena orang Dukuh Paruk tentu belum punya
keberanian untuk mendekati Srintil. Srintil pun melakukan itu hanya sebagai kesadaran primordial yang dengan rela memberikan jasa. Srintil
yang merupakan seorang ronggeng yang memiliki kedudukan serta dianggap membawa berkah, sehingga warga Dukuh Paruk tidak keberatan
apabila suaminya yang tidak dapat dilayani oleh istrinya, mereka dapat memintanya kepada Srintil. Mereka menganggap suatu keberkahan apabila
seorang suami Dukuh Paruk dapat tidur dan dilayani oleh Srintil. Tetapi karena orang Dukuh Paruk sadar bahwa Srintil seorang ronggeng yang
bermartabat. Srintil tidak sama dengan ronggeng-ronggeng sebelumnya, yang menjadikan uang satu-satunya nilai tukar. Srintil hanya akan
melayani laki-laki yang dia sukai atau catatan lain yang istimewa; Srintil senang menerima lelaki yang beristri cantik.
66
Ibid., h. 226-227.