43
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Unsur Intrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk
1. Tema
Tema yang diangkat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah
kehidupan seorang ronggeng di Dukuh Paruk, yang dimulai dari proses menjadi seorang ronggeng, tugas seorang ronggeng hingga citra ronggeng
dalam masyarakat. Proses untuk menjadi seorang ronggeng dimulai ketika tokoh Srintil kemasukan
indang ronggeng, lalu melalui tahapan upacara pemandian di makam Ki Secamenggala dan upacara
bukak klambu. Novel ini berisi tentang bagaimana kehidupan seorang ronggeng dalam
kebudayaan Banyumas yang sarat dengan kepercayaan-kepercayaan maupun mitos-mitos yang terdapat dalam kehidupan warga Dukuh Paruk.
Tokoh Srintil mengalami banyak pengalaman ketika menjadi seorang Ronggeng, dia sadar betul bahwa seorang ronggeng adalah milik
umum, sehingga Srintil tidak boleh memikirkan kepentingan pribadinya, seperti keinginan mempunyai anak dan keinginan untuk hamil. Hal itu
tidak boleh terjadi selama indang ronggeng masih terdapat di dalam tubuh
Srintil. Tokoh Rasus dalam novel ini juga mempunyai peranan yang cukup
penting yakni proses yang dilalui oleh Srintil untuk menjadi seorang ronggeng berimbas pada kerenggangan hubungannya dengan Srintil, serta
harus membuang jauh-jauh bayangan akan Emak pada diri Srintil. Rasus merasa kecewa dengan adat dan proses-proses yang harus dilalui seorang
ronggeng. Hal ini sangat merendahkan derajat perempuan, tetapi Rasus tidak bisa berbuat apa-apa karena saat itu ia masih sangat kecil dan warga
Dukuh Paruk sangat bersuka-cita menerima penobatan ronggeng Srintil. Rasus yang merasa kecewa memilih untuk pergi meninggalkan desanya.
Pada intinya, novel ini menggambarkan tentang ronggeng dalam kebudayaan Banyumas dalam menghadapi kehidupannya sebagai seorang
ronggeng. Sebagai ronggeng yang menjadi milik umum, membawa keberkahan sehingga memiliki kedudukan yang cukup tinggi di Dukuh
Paruk. Srintil harus dengan senang hati menerima konsekuensi yang terjadi apabila menjadi seorang ronggeng, serta harus menyadari tugas
Srintil sebagai ronggeng. Penggambaran tema dalam novel ini dapat dilihat ketika Srintil
kerasukan indang ronggeng, dan harus melalui beberapa tahapan untuk
menjadi seorang ronggeng. Dan penggambaran tema ini terlihat ketika Srintil jatuh hati pada Rasus dan menginginkan untuk menikah dengan
Rasus. Jika hal itu terjadi, tentu pernikahan Srintil dengan Rasus tidak akan berjalan dengan lancar selama Srintil masih memiliki
indang ronggeng. Hal ini yang menyebabkan mau tidak mau, dan suka tidak suka
Srintil harus menerima peranannya sebagai ronggeng. Hal ini dapat dilihat dari kutipan dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk, sebagai berikut: “….Aku percaya indang ronggeng masih tetap bersemayam pada
diri sampean. Hati sampean yang buntu akan terobati bila sampean melupakan dia…. Selagi indang masih tinggal dalam diri, sampean
tidak mungkin mendapatkan lebih dari itu. Tidak mungkin Jadi sekali lagi, lupakan
Rasus demi kebaikan sampean sendiri.”
1
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Srintil kecewa karena untuk menjadi seorang ronggeng berarti dia tidak bisa mendapatkan Rasus
selama indang ronggeng masih terdapat di dalam dirinya. Semenjak itu dia
menyadari bahwa ronggeng adalah milik umum, milik Dukuh Paruk dan dia harus menjalankan peranannya sebagai ronggeng selama
indang ronggeng masih terdapat dalam dirinya. Rasus pun tidak dapat berbuat
apa-apa dan memilih untuk pergi meninggalkan Srintil.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam sebuah novel mempunyai peranan penting, para tokoh dapat menjelaskan bagaiamana kejadian dalam sebuah novel
1
Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012,
cet 9, h. 165-166.
dipaparkan. Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari,
tokoh utama dalam novel ini adalah Srintil dan Rasus. Mereka mempunyai peranan penting dalam novel, sehingga kejadian dan peristiwa yang terjadi
di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk banyak dipaparkan melalui kedua
tokoh utama tersebut. a.
Srintil Tokoh utama dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari adalah Srintil. Srintil adalah seorang yatim piatu, sisa sebuah
malapetaka, yang membuat banyak anak Dukuh Paruk kehilangan ayah- ibu. Sebelum membahas terkait dengan sifat dan karakter Srintil, peneliti
terlebih dahulu membahas tentang makna yang terkandung dari nama “Srintil”. Ali Imron Al-Ma’ruf dalam Novi Anoegrajekti menyatakan
mengenai makna nama Srintil, meskipun dari namanya terdengar tidak istimewa bahkan terkesan rendah, sebenarnya memiliki makna yang
dalam, simbolis, dan filosofis. Nama Srintil memiliki fungsi sebagai identitas seorang perempuan desa juga memiliki fungsi simbolik. Kata
“Srintil” dalam bahasa Jawa berarti kotoran kambing yang wujudnya kebulat-bulatan berwarna hijau tua kehitam-hitaman dan berbau tidak
sedap. Mes kipun baunya busuk dan wujudnya menjijikan, “Srintil” dapat
menjadi pupuk yang mampu menyuburkan tumbuhan-tumbuhan di sekitarnya di tanah yang gersang sekalipun. Artinya, meskipun kotoran
kambing itu wujudnya menjijikan dan baunya busuk, Srintil tetap dibutuhkan dan dicari oleh manusia. Jadi, nama Srintil dalam
Ronggeng Dukuh Paruk mengandung makna filosofis yang tinggi.
2
Begitu kuat pesona ronggeng Srintil bagi masyarakat Dukuh Paruk. Sehingga membuat perempuan atau para istri pun bukannya cemburu atau
2
Novi Anoegrajekti, dkk ed, Ideosinkrasi Pendidikan Karakter melalui Bahasa dan
Sastra: “Kearifan Lokal pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari”, Yogyakarta: Keppel Press, 2010.
marah melihat suaminya bertayub, melainkan justru bangga jika suuaminya dapat bertayub dengan Srintil.
“Nanti kalau Srintil sudah dibenarkan bertayub, suamiku menjadi laki-
laki pertama yang menjamahnya,” kata seorang perempuan.
“Jangan besar cakap,” kata yang lain. “Pilihan seorang ronggeng akan jatuh pertama pada lelaki yang memberinya uang
paling banyak. Dalam hal ini suamiku tak bakal dikalahkan.” “Tetapi suamimu sudah pikun. Baru satu babak menari
pinggangnya akan terkena encok….”
3
Nama Srintil sebagai tokoh utama sengaja digunakan pengarang sebagai nama yang memiliki makna simbolik sesuai dengan sifatnya yang
khas sebagai ronggeng. Srintil menggambarkan perempuan kelas bawah yang dibutuhkan banyak orang baik laki-laki maupun perempuan karena
superior Srintil di kalangan warga Dukuh Paruk yang menganggap bahwa Srintil pembawa berkah dan merupakan titisan dari arwah Ki
Secamenggala. Srintil digambarkan sebagai seorang gadis yang bercambang halus
di pipi, berambut hitam pekat, kulitnya bersih dan berlesung pipi. Gambaran Srintil yang seperti ini menegaskan bahwa Srintil adalah
seorang gadis yang cantik baik untuk ukuran Dukuh Paruk maupun luar Dukuh Paruk. Seperti pada kutipan sebagai berikut:
“…. Dalam waktu sebulan telah terlihat perubahan pada diri Srintil. Rambutnya yang tidak lagi terjerang matahari menjadi
hitam pekat dan lebat. Kulitnya bersih dan hidup. Sisik-sisik halus telah hilang. Pipinya bening sehingga aku dapat melihat jaringan
halus urat- urat berwarna kebiruan….”
4
Srintil juga digambarkan sebagai ronggeng Dukuh Paruk yang sangat menggoda. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut:
3
Op.Cit., h. 38.
4
Ibid., h. 36.