Kabupaten Boyolali Kabupaten Klaten Kabupaten Sukoharjo

87

7. Kabupaten Wonosobo

Kabupaten Wonosobo pencapaian secara teknis biaya maupun teknis sistem belum mencapai kondisi efisien yaitu baik teknis biaya dan teknis sistem dengan capaian kriteria efisiensi sedang dan tinggi yaitu 76,53 dan 99,72. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis biaya dan teknis sistem. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Wonosobo ditinjau dari segi teknis biaya perlu meningkatkan variabel output sebesar 30,67 berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 12,93 menjadi 16,90 unit, rasio jumlah bidan dari 44,23 menjadi 57,79 bidan, dan rasio jumlah tempat tidur dari 63,11 menjadi 82,46 unit per 100.000 penduduk. Adapun dari segi teknis sistem, dari sisi input dengan mengurangi rasio jumlah puskesmas sebesar -30,56 dari 12,93 menjadi 8,98 dan rasio jumlah bidan sebesar -3,74 dari 44,23 menjadi 42,57 bidan per 100.000 penduduk. Selain itu dari segi output perlu meningkatkan ABH dari 998,91 menjadi 1001,73 per 100.000 kelahiran hidup, AIMS dari 108700,71 menjadi 109464,32 per 100.000 kelahiran hidup, dan AHH dari 70,82 menjadi 71,02.

8. Kabupaten Boyolali

Kabupaten Boyolali pencapaian secara teknis biaya maupun teknis sistem belum mencapai kondisi efisien yaitu baik teknis biaya dan teknis sistem dengan capaian kriteria efisiensi sedang 70,64 dan efisiensi tinggi 99,75. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis biaya dan teknis sistem. 88 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Boyolali ditinjau dari segi teknis biaya perlu meningkatkan variabel output sebesar 41,56 berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 11,07 menjadi 15,67 unit, rasio jumlah bidan dari 45,94 menjadi 65,03 bidan, dan rasio jumlah tempat tidur dari 96,05 menjadi 135,97 unit per 100.000 penduduk. Adapun dari segi teknis sistem, dari sisi input dengan mengurangi rasio jumlah puskesmas sebesar -4,30 dari 11,07 menjadi 10,59 per 100.000 penduduk. Selain itu dari segi output perlu meningkatkan ABH dari 995,35 menjadi 997,89 per 100.000 kelahiran hidup, AIMS dari 108102,90 menjadi 108379,15 per 100.000 kelahiran hidup, dan AHH dari 75,61 menjadi 75,80.

9. Kabupaten Klaten

Kabupaten Klaten telah mencapai kondisi efisien sempurna secara teknis biaya sebesar 100 persen, akan tetapi secara teknis sistem masih dalam kriteria efisiensi tinggi dengan capaian 99,98 persen. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis sistem. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Klaten dari sisi input perlu mengurangi rasio jumlah puskesmas sebesar -5,01 dari jumlah aktual 13,00 menjadi 12,35 unit, serta rasio jumlah bidan sebesar -1,44 dari 51,04 menjadi 50,30 bidan per 100.000 penduduk. Sedangkan dari sisi output, Kabupaten Klaten perlu meningkatkan AIMS sebesar 1,23 dari 107237,07 menjadi 108558,46 per 100.000 kelahiran hidup, dan AHH dari 76,54 menjadi 76,56. 89

10. Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo telah mencapai kondisi efisiens sempurna secara teknis sistem sebesar 100 persen, akan tetapi secara teknis biaya masih dalam kriteria efisiensi tinggi dengan capaian 98,79 persen. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis biaya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo dari sisi input telah efisien dalam penggunaan anggaran belanja kesehatan yang tersedia. Sedangkan dari sisi output, Kabupaten Sukoharjo perlu meningkatkan variabel output sebesar 1,23 berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 16,10 menjadi 16,30 unit, rasio jumlah bidan dari 54,61 menjadi 55,28 bidan, dan rasio jumlah tempat tidur dari 87,87 menjadi 88,95 unit per 100.000 penduduk.

11. Kabupaten Karanganyar

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

4 11 70

Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, sektor pendidikan dan jumlah penduduk miskin terhadap IPM di Provinsi Lampung (Periode 2003-2012)

4 60 86

EVALUASI PROGRAM KESEHATAN IBU DI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014.

0 3 11

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,Pengangguran, Pendidikan, UMR Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014.

0 4 8

ANALISIS EFISIENSI PERTAMBAHAN INVESTASIPROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2000 - 2013 Analisis Efisiensi Pertambahan Investasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000 - 2013.

0 2 14

ANALISIS EFISIENSI PERTAMBAHAN INVESTASI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2000 - 2013 Analisis Efisiensi Pertambahan Investasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000 - 2013.

0 1 19

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS INPUT OUTPUT (I-O) TAHUN 2004.

0 2 15

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PROVINSI JAWA TENGAH Analisis Sektor Unggulan Provinsi Jawa Tengah Analisis Input-Output Tahun 2008.

0 0 12

ANALISIS EFISIENSI BELANJA KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005 – 2007 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 125

PENGUKURAN TINGKAT EFISIENSI PENGELUARAN PEMERINTAH DI PROVINSI JAWA TENGAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 35