Kabupaten Blora Kabupaten Rembang

91 bidan dari 54,69 menjadi 64,58 bidan, dan rasio jumlah tempat tidur dari 73,07 menjadi 86,29 unit per 100.000 penduduk. Adapun dari segi teknis sistem, dari sisi input dengan mengurangi rasio jumlah bidan sebesar -24,02 dari 54,69 menjadi 41,55 bidan per 100.000 penduduk. Selain itu dari segi output perlu meningkatkan ABH dari 983,02 menjadi 997,45 per 100.000 kelahiran hidup, AIMS dari 109451,93 menjadi 111058,39 per 100.000 kelahiran hidup, dan AHH dari 74,07 menjadi 75,16.

14. Kabupaten Blora

Kabupaten Blora pencapaian secara teknis biaya maupun teknis sistem belum mencapai kondisi efisien yaitu baik teknis biaya dan teknis sistem dengan capaian kriteria efisiensi sedang 77,36 dan efisiensi tinggi 99,36. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis biaya dan teknis sistem. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Blora ditinjau dari segi teknis biaya perlu meningkatkan variabel output sebesar 29,26 berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 12,14 menjadi 15,69 unit, rasio jumlah bidan dari 51,98 menjadi 67,19 bidan, dan rasio jumlah tempat tidur dari 63,53 menjadi 82,12 unit per 100.000 penduduk. Adapun dari segi teknis sistem, dari sisi input dengan mengurangi rasio jumlah bidan sebesar -16,35 dari 51,98 menjadi 43,48 per 100.000 penduduk. Selain itu dari segi output perlu meningkatkan ABH dari 991,99 menjadi 998,38 per 100.000 kelahiran hidup, AIMS dari 111819,08 menjadi 112539,26 per 100.000 kelahiran hidup, dan AHH dari 73,84 menjadi 74,32. 92

15. Kabupaten Rembang

Kabupaten Rembang telah mencapai kondisi efisien sempurna secara teknis sistem sebesar 100 persen, akan tetapi secara teknis biaya masih dalam kriteria efisiensi tinggi dengan capaian 85,32 persen. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis biaya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar dari sisi input telah efisien dalam penggunaan anggaran belanja kesehatan yang tersedia. Sedangkan dari sisi output, Kabupaten Karanganyar perlu meningkatkan variabel output sebesar 17,21 berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 16,77 menjadi 19,66 unit, rasio jumlah bidan dari 42,66 menjadi 50,00 bidan, dan meningkatkan rasio jumlah tempat tidur sebesar 141,48 dari jumlah aktual 53,41 menjadi 128,97 unit per 100.000 penduduk.

16. Kabupaten Pati

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

4 11 70

Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, sektor pendidikan dan jumlah penduduk miskin terhadap IPM di Provinsi Lampung (Periode 2003-2012)

4 60 86

EVALUASI PROGRAM KESEHATAN IBU DI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014.

0 3 11

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,Pengangguran, Pendidikan, UMR Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014.

0 4 8

ANALISIS EFISIENSI PERTAMBAHAN INVESTASIPROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2000 - 2013 Analisis Efisiensi Pertambahan Investasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000 - 2013.

0 2 14

ANALISIS EFISIENSI PERTAMBAHAN INVESTASI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2000 - 2013 Analisis Efisiensi Pertambahan Investasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000 - 2013.

0 1 19

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS INPUT OUTPUT (I-O) TAHUN 2004.

0 2 15

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PROVINSI JAWA TENGAH Analisis Sektor Unggulan Provinsi Jawa Tengah Analisis Input-Output Tahun 2008.

0 0 12

ANALISIS EFISIENSI BELANJA KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005 – 2007 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 125

PENGUKURAN TINGKAT EFISIENSI PENGELUARAN PEMERINTAH DI PROVINSI JAWA TENGAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 35