89
10. Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo telah mencapai kondisi efisiens sempurna secara teknis sistem sebesar 100 persen, akan tetapi secara teknis biaya masih dalam
kriteria efisiensi tinggi dengan capaian 98,79 persen. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis
biaya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo dari sisi
input telah efisien dalam penggunaan anggaran belanja kesehatan yang tersedia. Sedangkan dari sisi output, Kabupaten Sukoharjo perlu meningkatkan variabel
output sebesar 1,23 berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 16,10 menjadi 16,30 unit, rasio jumlah bidan dari 54,61 menjadi 55,28 bidan, dan rasio
jumlah tempat tidur dari 87,87 menjadi 88,95 unit per 100.000 penduduk.
11. Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Karanganyar telah mencapai kondisi efisien sempurna secara teknis sistem sebesar 100 persen, akan tetapi secara teknis biaya masih dalam
kriteria efisiensi tinggi dengan capaian 86,52 persen. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis
biaya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar dari sisi
input telah efisien dalam penggunaan anggaran belanja kesehatan yang tersedia. Sedangkan dari sisi output, Kabupaten Karanganyar perlu meningkatkan variabel
output sebesar 15,59 berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 12,85
90
menjadi 14,85 unit, rasio jumlah bidan dari 51,75 menjadi 59,82 bidan, dan rasio jumlah tempat tidur dari 67,55 menjadi 78,08 unit per 100.000 penduduk.
12. Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen telah mencapai kondisi efisien sempurna secara teknis biaya sebesar 100 persen, akan tetapi secara teknis sistem masih dalam kriteria
efisiensi tinggi dengan capaian 99,81 persen. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih berorientasi pada pencapaian efisiensi teknis sistem.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Sragen dari sisi input perlu mengurangi rasio jumlah puskesmas sebesar -17,72 dari jumlah aktual
14,39 menjadi 11,84 unit, dan rasio jumlah bidan sebesar -34,72 dari jumlah aktual 75,72 menjadi 49,43 bidan per 100.000 penduduk. Sedangkan dari sisi
output, Kabupaten Sragen perlu meningkatkan ABH dari 997,08 menjadi 998,96 per 100.000 kelahiran hidup, AIMS dari 107910,13 menjadi 109736,03 per
100.000 kelahiran hidup, dan AHH dari 75,31 menjadi 75,45.
13. Kabupaten Grobogan
Kabupaten Grobogan pencapaian secara teknis biaya maupun teknis sistem belum mencapai kondisi efisien yaitu baik teknis biaya dan teknis sistem
dengan capaian kriteria efisiensi tinggi 84,68 dan 98,55. Maka langkah perbaikan yang perlu dilakukan adalah berorientasi pada pencapaian efisiensi
teknis biaya dan teknis sistem. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Kabupaten Grobogan ditinjau
dari segi teknis biaya perlu meningkatkan variabel output sebesar 18,09 berupa rasio jumlah puskesmas dari jumlah aktual 9,67 menjadi 11,42 unit, rasio jumlah
91
bidan dari 54,69 menjadi 64,58 bidan, dan rasio jumlah tempat tidur dari 73,07 menjadi 86,29 unit per 100.000 penduduk.
Adapun dari segi teknis sistem, dari sisi input dengan mengurangi rasio jumlah bidan sebesar -24,02 dari 54,69 menjadi 41,55 bidan per 100.000
penduduk. Selain itu dari segi output perlu meningkatkan ABH dari 983,02 menjadi 997,45 per 100.000 kelahiran hidup, AIMS dari 109451,93 menjadi
111058,39 per 100.000 kelahiran hidup, dan AHH dari 74,07 menjadi 75,16.
14. Kabupaten Blora