84
Berdasakan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa materi yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan dan standar garmen.
4.2.1.8. Strategi atau Metode Pembelajaran pada Pelatihan Menjahit
Strategi pembelajaran pada pelatihan menjahit di LKP Eka Mulya yang digunakan dalam penyampaian materi yaitu berbagai strategi dikombinasikan
menurut kebutuhan dan materi yang disampaikan. Sesuai yang diungkapkan oleh SW peserta pelatihan kelas Liebra :
“Cara penyampaian berdasarkan materi yang diberikan, misalnya materi yang diberikan pengenalan mesin, instruktur menjelaskan, bagian dan
fungsinya setelah itu mempraktekkan bagaimana cara menggunakannya ”
Kamis, 2 Juni 2016 pukul 12.30 WIB. Hal ini berbanding lurus dengan yang disampingkan pak N :
“Materi disampaikan kepada peserta dengan cara mengelompokkan peserta sesuai dengan tingkatan, instruktur mengawasi dan memantau. Pada awal
pelatihan peserta dikenalkan mesin jahit highspeed, alat-alat jahit cara penggunaan fungsinya seperti jarum, sepatu, sekoci, spul, setelah peserta paham,
bergantian peserta mempraktekkan. Peserta yang sudah mengetahi mesin jahit, peserta belajar memasang benang, mengisi benang spul, setlah itu kami suruh
untuk menjahit, dengan pola garis lurus, pola kotak, pola zig-zag, pola bergelombang, dan pola lingkaran, sesuai dengan kemampuan. Senin, 6 Juni
2016 Pukul 14.30 WIB.
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara strategi pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan menjahit di LKP Eka Mulya yaitu strategi
pembelajaran langsung, strategi pembelajaran tak langsung, dan strategi pembelajaran mandiri. Untuk strategi yang tidak digunakan dalam pelatihan
menjahit yaitu strategi pembelajaran empiric dan interaktif. Metode pelatihan menjahit digunakan dalam penyampaian materi adalah
ceramah dan praktek, seperti pengenalan mesin. Metode ceramah sebagian digunakan pada instruktur dalam pelatihan menjahit. Setelah menyampaikan
85
materi dengan ceramah biasanya intruktur menyampaikan materi dengan cara praktek dan mendemostrasikan langsung ke peserta.
Sesuai yang diungkapkan oleh WNH peserta pelatihan kelas umum: “Waktu materi pengenalan mesin jahit instruktur menerangkan bagian dan
fungsi, selanjutnya instruktur memberikan contoh dan peserta diarahkan untuk mem
praktekkan secara langsung” Sabtu, 4 Juni 2016 Pukul 17.00 WIB.
Hal yang sama juga disampaikan oleh MSA peserta dari kelas umum :
“Untuk materi tentang pengenalan mesin, instruktur lebih menggunakan metode ceramah, untuk menjahit pola, instruktur lebih menggunakan
metode demostrasi”. Senin, 6 Juni 2016 Pukul 20.45 WIB” Berdasarkan observasi dan wawancara metode yang digunalan pada
pelatihan menjahit yaitu lebih banyak menggunakan praktek dibandingkan teori. Strategi pembelajaran tak langsung yang diterapkan di LKP Eka Mulya
yaitu setelah peserta melihat bagaimana teknik menjahit yang benar, peserta langsung mengambil bahan dan mempraktekkan sendiri secara berulang-ulang
sampai instruktur mengarahkan untuk mengikuti tes. Sesuai yang diuangkapkan oleh Bapak N instruktur pelatihan :
“Penerapan untuk strategi pembelajaran tak langsung seperti belajar menjahit secara berulang-ulang, dan bertanya kepada instruktur ketika ada yang belum
peserta pahami .” Senin 6 Juni 2016 Pukul 14.00 WIB
Hal ini juga dikuatkan oleh IH peserta pelatihan kelas umum :
“latihan dimesin jahit sendiri, sebanyak-banyaknya sampai hasil dan kualitas jahitan rapi, setelah itu diarahkan untuk mengikuti tes oleh instruktur” Sabtu, 4
Juni Pukul 16.45 WIB
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penerapan strategi pembelajaran tak langsung peserta setelah melihat apa yang dicontohkan oleh
instruktur peserta langsung belajar menjahit berulang-ulang.
86
Strategi pembelajaran interaktif yang diterapkan di pelatihan menjahit LKP Eka Mulya yaitu belum pernah diadakan diskusi selama pelatihan secara
formal, pembagian kelompok hanya berdasarkan level untuk mempermudah dalam pengawasan bukan untuk berdiskusi atau memecahkan masalah, untuk
saling berbagi antara peserta belum pernah, peserta hanya bertanya satu sama lain dan membantu menghitung dengan stopwatch saat mengadakan tes secara
mandiri. Seperti yang diungkap oleh SW peserta pelatihan kelas umum:
“Pembelajaran interaktif itu apa mbak ? setelah menjelaskan, untuk pelatihan menjahit kita belum mengadakan diskusi untuk pembahasan
materi, hanya pembagian kelompok berdasarkan tingkatan .” Senin, 6 Juni
2016 Pukul 16.30 WIB Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak N instruktur pelatihan :
“Kalau selama ini dalam pembelajaran di kelas saya kelompokan berdasarkan tingkatan dari menjahit dengan kertas, menjahit dengan kain,
jahit stik, pintak, kantong, hingga kerah saya kelompokan agar pengawasan lebih mudah, dan juga membuat kelompok kebersihan, akan
tapi untuk kelompok diskusi di kelas belum ada, saya sarankan kalau ada apa-apa s
ilahkan tanya langsung ke saya” Senin, 6 Juni 2016 Pukul 14.30 WIB
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi strategi pembelajaran interaktif tidak terlalu banyak diterapkan saat pelatihan, bertanya dengan peserta
yang lain juga tidak disarankan oleh instruktur. Serta belum ada pembagian kelopok khusus untuk berdiskusi. Pengumpulan peserta hanya untuk melihat
teknik yang menjahit yang rapi dan cepat. Strategi pembelajaran empirik yang diterapkan di LKP Eka Mulya tidak
hanya mementingkan proses, melainkan mengutamakan proses dan hasil karena
87
proses jahitan yang rapi, cepat, dan berkualitas membutuhakan usaha yang besar. Dan hasil yang dicapai akan mempengaruhi kenaikan level selanjutnya.
Sesuai yang disampaiakn oleh WNH peserta pelatihan: “selama latihan mementingkan hasil dan proses dalam menjahit, agar
kualitasnya bagus .”Selasa, 7 Juni 2016 Pukul 11.00 WIB
Hal yang sama disampaikan oleh Bapak N sebagai instruktur pelatihan “ “Kalau pembelajaran empirik lebih mengutamakan proses, kita dipelatihan
ini lebih mengutamakan dua-duanya proses dan hasil, tidak ada hasil tanpa ada suatu proses yang sungguh-sungguh, tapi untuk target kita ada, dimana
dalam waktu 20 hari mereka sudah siap pakai di perusahaan
.” Senin, 6 Juni 2016 Pukul 08.00 WIB
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, strategi pembelajaran empirik
yang diterapkan di LKP Eka Mulya tidak hanya mementingkan proses akan tetapi mementingkan hasil, karena pasca latihan, peserta langsung di tempatkan di
perusahaan. Ada perbedaan konsep antara peserta dan instruktur dalam memahami strategi pembelajaran empirik.
Strategi pembelajaran mandiri yang diterapkan di LKP Eka Mulya yaitu peserta belajar diluar jam pelatihan,
Sesuai yang diungkapkan SW peserta kelas liebra : “Pada waktu malam hari, diarahkan belajar tentang jenis-jenis jarum,
membersihkan kain yang telah digunakan sebelumnya dan mempersiapkan untuk latihan besok pagi” Selasa, 7 Juni 2016, Pukul 10.00 WIB
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Bapak N instruktur peserta
pelatihan : “Mereka sekarang sudah bisa mengatasi masalah atau hal-hal kecil seperti
spul habis, benang putus, mesin error, tapi untuk jahitan yang loncat-loncat kami bantu dengan adanya mekanik, atau biasanya kami juga bisa
membenarkan
.” Senin, 6 Juni 2016 Pukul 14.00 WIB
88
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara strategi pembelajaran mandiri yang diterapkan pada pelatihan menjahit di LKP Eka Mulya, peserta setiap sore
atau malam hari setelah latihan mendedel kain yang sudah dipakai, dan mempelajari jenis-jenis jarum, untuk saat ini belum ada yang latihan mandiri di
Lab. Menjahit meskipun instruktur membolehkan.
4.2.1.9. Evaluasi Hasil Pelatihan Menjahit