Pengertian Hak Asuh Anak

29 Untuk kepentingan anak dan pemeliharaanya diperlukan syarat- syarat bagi hadhonah dan hadhin. Syarat-syarat itu ialah: 1. Tidak terkait dengan sesuatu perekerjaan yang menyebabkan ia tidak melakukan hadhanah denga baik, seperti hadhonah terikat dengan perkerjaan yang berjauahan tempatnya dengan tempat sie anak, atau hampir seluruh waktunya dihabiskan unutk berkerja. 2. Hendaklah ia orang yang mukalaf, yaitu telah baligh, berakal dan tidak terganggu ingatanya. Hadhanah adalah suatu perkrjaan yang penuh dengan tanggung jawab, sedangkan orang yang bukan mukallaf adalah orang yang tidak dapat mempertanggung jawabkan perbuatan. 3. Hendaklah mempunyai kemampuan melakukan hadhanah. 4. Hendaklah dapat menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak, terutama yang berhubungan dengan budi pekerti. Orang yang dapat merusak budi pekerti anak, seperti zina, pencuri, tidaklah pantas melakukan hadhanah. 5. Hendaklah hadhonah tidak bersuamikan laki-laki yang tidak ada hubngan mahram dengan sang anak. Jika ia kawin dengan laki-laki yang ada hubungan mahram dengan sang anak, seperti kawin dengan paman sie anak dan sebagainya. 30 6. Hadhonah hendaklah orang yang tidak membenci sang anak. Jika hadhinah orang membenci sang anak dikhawatirkan anak berada dalam proses kesengsaraan. 22 Undang-undang tidak secara khusus membicarakan pemeliharaan anak sebagai akibat putusnya perkawinan, apa lagi dengan mengunakan nama hadhanah. Namun UU secara umum dalam pasal 5 sebagai berikut: Pasal 45 1 Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak mereka sebaik-baiknya. 2 Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai anak anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban nama berlaku terus meskipun perkawinan antara keduanya orang tua putus. Pasal 46 1 Anak wajib menghormati orang tua dan menanti kehendak mereka yang baik. 2 Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuanya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila mereka itu memerlukan bantuanya. Pasal 47 1 Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belom pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak di cabut dari kekuasaanya. 2 Orang tua memwakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan diluar pengadilan. Pasal 48 Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau mengadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur delapan belas tahun atau belum pernak melangsungkan perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinhya. Pasal 49 22 Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana, 2010, h. 181 31 1 Salah seorang atau kedua orang tua dapat di cabut kekuasaanya terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang, dengan keputusan pengadilan dalam hal-hal: a. Ia sanagat melalaikan kewajibanya terhadap anaknya. b. Ia berkelakuan buruk sekali. 2 Meskipun orang tua dicabut kekuasaanya, mereka masih berkewajiban untuk memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut. Hadhanah sebagai salah satu akibat putusnya perkawinan diatur secara panjang lebar oleh KHI dan mentrinya hampir keseluruhanya mengambil dari fiqih menurut jumhur ulama, khususnya syafiiyah dengan rumusan berikut: Pasal 158 Mut ’ah sunnah diberikan oleh bekas suami tanpa syarat tersebut pasal 158. Pasal 160 Besarnya mut’ah disesuaikan dengan kepatutan suami. 23 Dari pasal-pasal yang membahas tentang akibat perceraian,dapat di simpulkan akibat putusnya perkawinan anak mendapatkan hak dan kewajiban dari atau kepada kedua orang tua sebagaimana pasal dinatas.

D. Hak-hak Anak Di dalam Keluarga

Fungsi sosial budaya keluarga adalah mengembangkan potensi seluruh anggota keluarga sebagai makhluk sosial dan berperilaku dalam kesepakatan masyarakat. Pengembangan kepribadian saling menghormati, bertoleransi, kemampuan hidup bersama dalam keberagaman, peka terhadap 23 Lihat Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 32 kebutuhan sosial, memahami hak dan kewajiban serta menjadi bagian dari pemegang tatanilai masyarakat. Keluarga adalah masyarakat terkecil, artinya bagaimana tatanan kehidupan keluarga berkembang akan mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat. Ada banyak anak yang saat ini hidup di jalanan, mengikuti norma-norma yang berlaku dijalan. Kehidupan sosial dan budaya yang berkembang dipelajari adalah tata nilai jalanan, di jalan yang ada adalah aturan lalu lintas dan karena mereka merasa tidak berlalu lintas tidak merasa dikenai aturan, padahal mereka sudah mengambil hak pejalan kaki dan mengambil hak pengendara merasa aman di jalan. Kehidupan di jalan tidak dikenal aturan terstruktur seperti dirumah, kehidupan sangat bebas sehinga sulit sekali membuat anak jalanan masuk ke panti asuhan karena di panti mereka harus mentaati aturan sosial. Mereka tidak mengenal batas waktu, anak-anak berkeliaran dari sejak bangun tidur sampai orang-orang lain sudah tidur. Pada sisi lain fungsi sosial budaya keluarga juga tidak berfungsi karena memaksa anak untuk menikah dalam usia sangat muda sehingga tingkat perceraian sangat tinggi yang akhirnya menjebak anak menjadi anak yang ditelantarkan. Resiko pernikahan dini lain yang mengerikan adalah tingginya tingkat kematian ibu dan balita. Hak anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia yang mendapat jaminan dan perlindungan hukum, baik hukum internasional maupun hukum nasional. Hak asasi anak bahkan harus diperlakukan berbeda dengan orang dewasa, yang diatur secara khusus dalam konvensi-konvensi khusus. Hak 33 asasi anak diperlakukan berbeda dari orang dewasa karena anak sejak masih dalam kandungan lahir, tumbuh, dan berkembang sampai menjadi orang dewasa masih dalam keadaan tergantung pada keluarga dan lingkungannya, belum mandiri dan memerlukan perlakuan khusus baik dalam gizi, kesehatan, pendidikan, pengetahuan, agama, keterampilan, pekerjaan, keamanan, bebas dari rasa ketakutan, bebas dari kekhawatiran maupun kesejahteraannya 24 . Perlakuan khusus tersebut berupa perlindungan hukum dalam mendapatkan hak sipil, hak politik dan ekonomi, hak sosial maupun hak budaya yang lebih baik sehingga begitu anak tersebut menjadi dewasa, ia akan lebih mengerti dan memahami hak-hak yang dimilikinya serta akan mengaplikasikan hak-haknya tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang telah ditetapkan. Dengan demikian, anak yang telah dewasa tersebut akan menjadi tiang dan fondasi yang sangat kuat, baik bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara 25 . Anak agar bisa menjadi generasi penerus keluarga dan bangsa yang kuat, maka hak-hak mereka haruslah dilindungi oleh pihak-pihak yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan perlindungan anak seperti orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan juga negara. Kerangka konseptual, 24 Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, Jakarta : 2007, Restu Agung, h. 1. 25 Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, h. 4. 34 a. Menurut pasal 1 konvensi hak anak, anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 Tahun, kecuali berdasarkan UU. Yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. b. Pasal 1 Angka 1 UU. No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan anak mengatakan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 Tahun dan belum pernah kawin. c. Pasal 1 Angka 5 UU. No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia menyatakan anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 Tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. d. Pasal 1 angka 5 UU. No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan tindak Pidana perdagangan orang yang menyatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan. e. Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa, mereka memiliki peran strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara pada masa yang akan datang. Anak f. agara kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka mereka perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya, perlu dilindungi dan