Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa

46 pembelajaran dibuat setiap satu kompetensi dasar untuk beberapa kali pertemuan. Karena RPP itukan persiapan mengajar jadi harus dipersiapkan sebelum mengajar, istilahnya itu bagaikan kita mempersiapkan umpan sebelum memancing dan sedia payung sebelum hujan, ya begitulah ibaratnya RPP.” 47 Mengetahui dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan komponen yang ditunjukkan oleh guru mata pelajaran Aqidah Akhlak saat penelitian dilakukan, penulis menggunakan lembar observasi terhadap guru sebagai bahan perbandingan objektif. Mengacu kepada hasil lembar observasi dan dukomenter, rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. c. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran yang efektif dan bermakna akan tercipta ketika guru mampu memberdayakan segenap kemampuan dan kesanggupan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan belajar siswa. Pembelajaran yang terjadi di kelas pada dasarnya merupakan suatu kegitan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga aktivitas, proses dan hasil belajar siswa meningkat kearah yang lebih baik. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis ketika pelaksanaan pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII SMP Al- Zahra Indonesia Pamulang, diperoleh data berkaitan dengan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dalam mengajar. Deskripsi tentang kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup dalam mengajar dimaksud adalah sebagai berikut: 1 Kegiatan Pendahuluan Pada awal kegiatan pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan mengucap salam. Siswa menjawab salam dengan suara yang lantang. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pada awal kegiatan pembelajaran nampak terlihat bahwa 47 wawancara dengan pak Kamil Aripin selaku guru mata pelajaran aqidah akhlak, wawancara dilakukan di ruang guru pada tanggal 13 November 2014, jam 13.30 WIB 47 banyak siswa yang konsentarsi memperhatikan guru untuk mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak. Menyadari keadaan siswa yang terkondisi untuk belajar, kemudian guru menyuruh siswa untuk tenang dan segera untuk mengeluarkan buku pelajaran Aqidah Akhlak. Setelah kondisi kelas sudah dapat dikendalikan, guru segera melakukan cek daftar hadir siswa untuk mengetahui siapa yang tidak masuk pada pembelajaran hari ini. Tujuan lain dari absensi ini adalah untuk mendapatkan perhatian siswa. Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk menarik minat siswa dan memotivasi siswa dengan menjelaskan bahwa jika siswa mempelajari materi hari ini, maka mereka akan dapat mengimplementasikan Mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum menyampaikan tujuan pembelajaran guru mengadakan penilaian selama proses pembelajaran yakni dengan mengadakan pre test. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selain menyampaikan tujuan pembelajaran, guru juga memberikan penjelasan materi yang harus dipelajari. Oleh karena itu, siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan yang disampaikan. Mendengar apa yang disampaikan oleh guru, siswa memberi respon dengan duduk rapi, tenang dan membuka buku pelajarannya masing-masing. Untuk mengetahui apakah kegiatan awal sesuai dengan yang ditujukan disaat penelitian dilakukan, penulis menggunakan lembar observasi terhadap guru sebagai bahan perbandingan yang objektif. Mengacu kepada hasil lembar observasi, kegiatan pendahuluan pelajaran dapat dilihat pada lampiran. 2 Kegiatan inti Kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar learning experience siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 48 a Eksplorasi Dalam kegitan eksplorasi guru mempersilakan siswa untuk membuka buku pelajarannya, materi yang akan dipelajari halaman berapa dan tentang sub pokok bahasan apa. Guru tidak pernah lupa untuk memperintahkan hal yang demikian. Dan kalau tidak diperhatikan mareka kurang mempunyai inisiatif sendiri, bahkan sebagian mereka lupa sampai di mana materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru. Pada bagian inilah guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topiktema materi yang akan dipelajari. Guru juga sering mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran dan memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa, namun terkadang tidak ada reaksi dari siswa. Pada saat penyampaian materi guru berusaha untuk memberdayakan metode sebagai salah satu sarana pendekatan dalam pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak. Guru tidak menggunakan media pembelajaran, padahal seperti yang telah kita ketahui bahwa media pembelajaran adalah salah satu cara untuk mempermudah dan penyalur informasi terhadap pemahaman siswa, sehingga materi yang disampaikan guru dapat berjalan sesuai dengan rencana. Pada saat dua puluh menit pertama pelajaran berlangsung, siswa sangat antusias untuk memperhatikan walaupun guru kadang-kadang tidak mendapatkan respon dari siswa setelah itu ada beberapa siswa yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing tanpa memperhatikan guru yang ada di depan kelas. Pada saat seperti inilah guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jika kondisi seperti ini tidak dikendalikan maka suasana pembelajaran akan menjadi gaduh. Sehingga susah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, sebagaimana terlampir. 49 b Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru mempasilitasi siswa melalui diskusi, dengan jumlah 24 orang sehingga guru membentuklimat kelompok dengan jumlah tiap kelompok sebanyak lima sampai empat orang, kemudian guru memberikan masalah untuk diselesaikan dengan kelompok masing-masing. Guru terlihat mengembangkan metode dan strategi pembelajaran yakni menggunakan strategi pembelajaran STAD. Setiap kelompok membuat laporan eksplorasi yang dilakukan secara tertulis dengan teman kelompok. Setelah selesai memecahkan masalah yang diberikan guru, kemudian siswa diberikan kesempatan untuk menyajikan hasil kerja kelompok di papan tulis dengan perwakilan masing-masing kelompok. Pada saat pembelajaran siswa lebih senang dan termotivasi belajar dengan seringnya guru memberikan penguatan dan pujian, karena siswa senang jika guru memberikan perhatian kepadanya. Hal tersebut juga dapat terlihat dari hasil observasi penulis, pada saat guru membagikan kelompok mereka sangat antusias dengan teman kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru yakni dampak positif dan negatif, dapat dilihat pada lampiran. c Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik atas hasil kerja kelompok yang sudah diselesaikan dan mendiskusikan kembali secara bersama-sama untuk mendapatkan klarisifikasi jawaban yang telah ditemukan siswa. Dengan adanya umpan balik ini guru dapat memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi. Guru juga memberikan penguatan kepada siswa dalam bentuk lisan, tepuk tangan, acungan jempul dan hadiah terhadap keberhasilan siswa. Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Untuk mengetahui apakah kegiatan konfirmasi sesuai dengan yang ditujukan disaat penelitian dilakukan, penulis menggunakan lembar observasi terhadap guru sebagai 50 bahan perbandingan yang objektif. Mengacu kepada hasil lembar observasi, bisa di lihat pada lampiran. 3 Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru Mata pelajaran Aqidah Akhlak bersama- sama membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dan mengadakan post test. Namun terlihat untuk pelaksanaan post test tidak berjalan dengan lancar terkendala dengan waktu, sehingga guru menjadikan pekerjaan rumah. Menurut guru hal ini tergantung materi yang diberikan dan waktu yang tersedia. Guru juga merencanakan tindak lanjut untuk mempelajari materi berikutnya. Sebelum menutup pelajaran, guru Mata pelajaran Aqidah Akhlak memberikan nasehat atau pesan agar siswa mengulang pelajaran di rumah dan belajar lebih tekun, jangan terlalu banyak bermain-main dan guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdallah. Untuk mengetahui apakah kegiatan penutup sesuai dengan yang ditujukan disaat penelitian dilakukan, penulis menggunakan lembar observasi terhadap guru sebagai bahan perbandingan yang objektif. Mengacu kepada hasil lembar observasi, dapat di lihat pada lampiran. d. Metode Dalam sebuah pembelajaran, metode merupakan komponen yang sangat penting dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, seorang guru hendaknya terampil dalam menggunakan metode yang tepat dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan juga guru menggunakan metode yang bervariasi dan inovatif agar proses pembelajaran tidak membosankan sehingga dapat menarik perhatian siswa. Berdasarkan hasil wawancara, dalam penyampaian materi pelajaran aqidah akhlak, metode yang digunakan oleh guru Mata pelajaran Aqidah Akhlak secara umum guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Sebagaimana pernyataan beliau dalam hasil wawancara sebagai berikut “metode yang saya gunakan bervariasi, hal tersebut dimaksudkan agar para siswa tidak bosan mendengarkan materi yang sampaikan khususnya 51 dalam mata pelajaran aqidah akhlak yang saya ajarkan, biasanya sih saya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. ” 48 Berdasarkan hasil observasi guru lebih banyak menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak. Misalnya pada saat mempelajari materi Akhlak Terpuji kepada Sesama, guru membagi 5 kelompok untuk semua siswa yang berjumlah 5 sampai 4 orang dalam 1 kelompok. Mereka diberikan masalah untuk dijawab secara bersama-sama dengan kelompok mereka. Jika mereka sudah menemukan jawabannya maka mereka dipersilahkan untuk mengisi kolom jawaban yang telah guru siapkan di papan tulis. Sehingga semua kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengisi kolom jawaban yang telah tersedia dan siswa merasa senang belajar Mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan metode yang diberikan oleh gurunya. Berdasarkan hasil observasi, guru juga menggunakan metode gabungan antara metode ceramah dan metode tanya jawab. Misalnya ketika guru memberikan pelajaran pada materi Akhlak Terpuji kepada Sesama, guru terlebih dahulu memberikan tanya jawab sambil menjelaskan materi yang akan dipelajari. e. Media Dalam pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak kelengkapan media memiliki arti yang sangat penting. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat. Menurut guru bahwa media yang ada di sekolah sudah memadai untuk membantu proses pembelajaran namun masih perlu penambahan jumlah media karena masih sedikit media yang ada di sekolah sehingga dengan terpaksa mereka bergantian untuk menggunakan media tersebut seperti gambar praktik berbuat baik kepada sesama, media vcd dan sebagainya, berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru Mata pelajaran Aqidah Akhlak bahwa media yang digunakan adalah media yang sudah tersedia di sekolah seperti; gambar praktik berbuat baik kepada sesama, media vcd. Media yang 48 wawancara dengan pak Kamil Aripin selaku guru mata pelajaran aqidah akhlak, wawancara dilakukan di ruang guru pada tanggal 13 November 2014, jam 13.30 WIB 52 digunakan dapat menarik perhatian siswa, karena dapat memudahkan guru untuk menyampaikan isi materi yang akan disampaikan. Terkadang juga guru menyuruh siswa untuk mencari gambar yang akan dibahas pada pelajaran yang akan datang, misalnya tentang berbuat baik kepada sesama. Sebagaimana pernyataan beliau dalam hasil wawancara sebagai berikut “media yang saya gunakan adalah media yang sudah tersedia di sekolah seperti; gambar praktik berbuat baik kepada sesama, media vcd. Yang pasti yaitu semua media yang dapat menarik perhatian siswa, karena media berfungsi untuk memudahkan guru untuk menyampaikan isi materi yang akan disampaikan. Terkadang juga saya menyuruh siswa untuk mencari gambar yang akan dibahas pada pelajaran yang akan datang, misalnya tentang berbuat baik kepada sesama. Biasa saya menyuruh siswa untuk browsing diinternet. Yah dari pada mereka facebookan dan twitteran terus lebih baik kita sebagai seorang guru mengarahkan mereka untuk menggunakan internet sebagai sarana belajar dan pendidikan.” 49 f. Evaluasi Evaluasi merupakan alat penilaian bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan setelah proses pembelajaran berlangsung. Selain itu evaluasi adalah barometer untuk mengukur keberhasilan guru itu sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru bahwa pre test selalu digunakan dan guru juga sering melakukan tes dalam bentuk tes tertulis yang dilakukan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang diajarkan. Guru juga melaksanakan evaluasi pada saat proses pembelajaran berlangsung, pada saat itu dapat dilihat bagaimana reaksi siswa, sikap siswa, kecepatan dan kelambatan setiap siswa. Apabila ditemukan siswa yang lambat dibandingkan dengan siswa lainnya maka guru mengulang kembali atau penyederhanaan materi pelajaran. Namun post test atau tes akhir jarang dilaksanakan karena keterbatasana waktu yang tersedia dan banyaknya materi yang harus diberikan kepada siswa. Menurut guru Mata 49 wawancara dengan pak Kamil Aripin selaku guru mata pelajaran aqidah akhlak, wawancara dilakukan di ruang guru pada tanggal 13 November 2014, jam 13.30 WIB 53 pelajaran Aqidah Akhlak post test yang pernah beliau laksanakan adalah memberikan soal-soal tentang materi yang telah disampaikan, tetapi karena siswa sudah ingin keluar dari kelas untuk istirahat jadi siswa kurang konsentrasi lagi dan tidak terlalu dapat menjawab soal-soal yang diberikan guru. Guru juga melaksanakan tes setiap Kompetensi Dasar yang telah dipelajari setiap selesai dua atau tiga sub pokok bahasan dan juga melaksanakan tes akhir setiap semester, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran siswa dalam pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak, apakah memerlukan pengayaan atau program remedial. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak pada SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. a. Faktor Guru 1 Latar belakang pendidikan Berdasarkan hasil wawancara dan dokumenter dari TU bahwa guru pengajar pelajaran aqidah akhlak adalah lulusan dari perguruan tinggi dengan jurusan Pendidikan Agama Islam. Sehingga hal tersebut sudah linier dan tidak menjadi penghambat beliau dalam mengajar siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. 2 Pengalaman Mengajar Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Mata pelajaran Aqidah Akhlak yang mengajar di pada siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang, bahwa pengalaman mengajar guru aqidah akhlak adalah 5 tahun, yaitu sejak tahun 2009 sampai dengan 2014. Jadi, pengalaman guru yang mengajar Mata pelajaran Aqidah Akhlak ini cukup berpengalaman dalam mengajar dan menghadapi siswa. b. Faktor Siswa 1 Minat Minat merupakan aspek psikis yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak. Faktor minat merupakan hal yang harus diperhatikan, karena minat turut juga mempengaruhi dan menentukan prestasi belajar seseorang. Siswa yang 54 berminat tinggi terhadap pelajaran tertentu akan membuat ia senang mempelajari sehingga ia pun termotivasi untuk belajar sungguh-sungguh. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa minat peserta didik terhadap pelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak cukup baik apabila guru dapat mengajak siswa untuk berkomunikasi dan menggunakan metode yang guru sajikan. Ini dapat terlihat dari persiapan yang peserta didik lakukan pada saat pelajaran akan dimulai, siswa mempersiapkan buku paket dan catatan meskipun tanpa perintah daru gurunya. Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara dengan guru dan wawancara yang penulis lakukan dengan peserta didik, bahwa peserta didik pada siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. cukup berminat dalam belajar Mata pelajaran Aqidah Akhlak walaupun dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki. Sebagaimana pernyataan beliau dalam hasil wawancara sebagai berikut “… tetapi semua itu tergantung bagaimana kepemimpinan kita dikelas sebagai seorang guru untuk dapat me-manage kelas dengan baik, karena sebaik apapun metode yang digunakan apabila seorang guru tidak dapat me- manage kelas dengan baik maka hasilnya nihil.” 50 2 Motivasi Motivasi siswa terhadap belajar sangat berpengaruh pada setiap pembelajaran, tidak terkecuali pada pelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dari hasil observasi bahwa motivasi siswa terlihat kurang terhadap pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak, mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ribut pada saat guru menjelaskan pelajaran dan mengganggu teman saat mengerjakan tugas kelompok serta pada saat mengerjakan soal siswa merasa lelah dan bosan. Mereka beranggapan bahwa sudah ada teman yang lebih pintar untuk mengerjakan tugas kelompok sehingga yang lainnya sibuk dengan kegitannya sendiri, seperti mengganggu temannya dan lain sebaginya. 50 wawancara dengan pak Kamil Aripin selaku guru mata pelajaran aqidah akhlak, wawancara dilakukan di ruang guru pada tanggal 13 November 2014, jam 13.30 WIB 55 c. Faktor Fasilitas Faktor fasilitas merupakan salah satu yang mempengaruhi pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dari hasil observasi yang penulis lakukan dan didukung dengan wawancara dengan guru pengajar aqidah akhlak, dinyatakan bahwa fasilitas yang dimilik madrasah terbatas. Ruang kelas yang hanya ada 8 sementara kelas belajar ada 9, mengharuskan ruang kelas dibagi menjadi petakan yang relatif kecil. Kondisi ini menyebabkan proses pembelajaran kurang efektif karena suara di kelas juga terdengar di kelas lain. Hasil wawancara dengan guru pengajar aqidah akhlak di atas dilakukan cruss-ceck kepada kepala tata usaha. Berdasarkan observsi penulis di kantor tata usaha yang diperjelas pula dengan data dokumenter menunjukkan bahwa beberapa ruang dipetak menjadi kela- kelas yang relatif kecil. pada siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. sebenarnya memiliki LCD, namun peralatan ini masih jarang digunakan khususnya dalam pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini disebabkan materi pembelajarannya harus ditulis kembali sesuai dengan tujuan pembelajaran. Fasilitas yang saat ini digunakan cenderung terbatas pada papan tulis dan buku ajar. Merujuk kepada wawancara degan guru Mata pelajaran Aqidah Akhlak, fasilitas pendukung lainnya dalam proses pembelajaran Mata pelajaran Aqidah Akhlak, seperti vcd player belum tersedia. Buku paket Mata pelajaran Aqidah Akhlak yang digunakan untuk siswa lebih banyak menjadi sumber belajar satu- satunya. Hasil wawancara degan guru Mata pelajaran Aqidah Akhlak di atas yang kemudian di cross ceck dengan kepala tata usaha pada hari yang sama, menunjukkan bahwa perpustakan yang dimiliki madrasah hanya berupa ruangan yang berada di antara ruang kelas. Koleksi perpustakaan lebih banyak berisi modul, buku pelajaran, majalah dan surat kabar lokal. Sementara buku-buku yang berkaitan dengan Mata pelajaran Aqidah Akhlak masih sedikit sehingga harus bergantian untuk membacanya. d. Faktor Lingkungan sekolah Letak gedung sekolah dan keadaan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi terhadap pembelajaran. Dari hasil observasi bahwa keadaan 56 lingkungan sekolah SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. kurang mendukung terhadap pembelajaran, karena letaknya yang berada di kawasan padat dekat dengan Jalan Raya dan bengkel las dan bubut, sehingga suasana dalam pembelajaran kurang mendukung. Seperti halnya bunyi bel yang mengakibatkan siswa kebingungan apakah bunyi bel tersebut berasal dari sekolahnya atau dari kendaraan yang lewat karena ada anak-anak yang berjalan tidak hati-hati.

C. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada siswa kelas VIII SMP

Al-Zahra Indonesia Pamulang Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 4 siswa kelas VIII yaitu Adisya Al-Zahra AA, Muhammad Rafi MR, Ahmad Farhan AF, Mutia Rahma MtR dan guru mata pelajaran aqidah akhlak yaitu Pak Kamil Aripin KA di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang, maka diperoleh berbagai pernyataan yang terkait dengan Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. Dibawah ini penulis sajikan hasil penelitian dari hasil wawancara observasi dan telaah kurikulum disekolah SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. 1. Implementasi Pemebelajaran Aqidah Akhlak di Lingkungan Keluarga Berdasarkan hasil wawancara Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak harus dimulai sejak dini yaitu dilingkungan keluarga dalam hal ini siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia mempunyai pernyataan yang berbeda-beda mengenai implementasi pembelajaran aqidah akhlak dilingkungan keluarga, sebagai contoh bisa dilihat dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Adisya Al-Zahra AA. AA mengatakan bahwa biasa dia berprilaku baik kepada orang tuanya dan selalu membantu pekerjaan ibunya seperti memasak dihari libur dan pekerjaan rumah lainnya. Sebagai mana penuturan AA sebagai berikut “Biasanya saya selalu membantu pekerjaan orang tua, contohnya ketika ibu sedang memasak di hari libur saya membantu sebisa saya ya walaupun ngaduk-ngaduk sayur saja sih. Sebenarnya banyak prilaku baik yang biasa saya lakukan kepada orang tua dari mulai berangkat kesekolah saya 57 berpamitan, dan begitupun pulang sekolah dan biasanya apapun nasihat orang tua selama itu baik selalu saya iku ti.” 51 Hal yang senada juga diutarakan oleh Mutia Rahma MtR yang terkait dengan hal ini, bahwasanya MtR juga selalu berprilaku baik kepada orang tua terutama kepada ibunya, Sebagai coontoh dia pernah mengantarkan ibunya ketoko kue karena kebetulan saat itu akan diadakan acara arisan dengan teman- teman ibunya. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut “Saya pernah mengantarkan ibu ke toko kue karena waktu itu ada acara arisan teman-temannya ibu. ” 52 Disamping itu MtR pun menuturkan bahwasanya dia banyak sekali berbuat baik kepada ibunya selain perbuatan diatas karena dia mengatakan bahwa dia diajarkan untuk selalu berbuat baik kepada orang tua, khususnya kepada ibu. Perbuatan baik tersebut diantaranya adalah seperti mendengarkan nasihat orang tua, menyenangkan orang tua, dan dia pernah memberikan hadia kepada ibunya jika ibunya berulang tahun. Sebagaimana pernyatan MtR dalam hasil wawancara berikut ini “Iya, sebenarnya banyak sih seperti mendengarkan nasihat orang tua, menyenangkan orang tua dan saya pernah memberikan hadiah pada ibu ketika ibu ulang tahun. ” Begitu pun halnya dengan Muhammad Rafi MR bahwasanya MR telah dengan baik mengimplementasikan pelajaran aqidah akhlak dilingkungan keluarganya, dia selalu berprilaku baik kepada orang tua. Sebagai contoh dia selalu mencium tangan orang tuanya sebelum berangkat kesekolah dan mendengarkan nasihat orang tuanya, walaupun terkadang dia tidak mendengarkan nasihat orang tuanya apabila asyik bermain dengan teman- temannya. Sebagaimana pernyataan MR sebagai berikut “Setiap sebelum berangkat kesekolah saya selalu mencium tangan orang tua, dan saya mendengarkan nasihat orang tua tapi terkadang saya tidak 51 wawancara dengan Adisya Al-Zahra selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.00 WIB 52 wawancara dengan Mutia Rahma selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.10 WIB 58 mendengarkannya contohnya waktu asyik main bola bersama teman-teman saya disuruh pulang tapi saya pura-pura tidak mendengarkan ya itu saja sih pengalaman.” 53 Lainnya halnya dengan Ahmad Farhan AF, bawasanya AF kurang terlihat dalam mengimplementasikan pelajaran aqidah akhlak khususnya dilingkungan keluarga, mungkin hal ini dikarenakan ayah dan ibunya sibuk bekerja yang menyebabkan kurangnya intensitas pertemuan antara anak dan orang tua. AF mengatakan bahwa setiap pagi ketika akan berangkat kesekolah ayahnya masih tidur hanya ada ibunya yang membantu neyiapkan peralatan sekolah tetapi sepulang dari sekolah ayah dan ibunya belum ada dirumah karena terkadang biasanya ayah dan ibunya pulang larut malam sekitar jam 10 malam sedangkan AF sudah tidur. Sebagai pernyatan AF sebagai berikut “Tidak selalu, karena saya jarang bertemu dengan orang tua, ayah ibu dua- duanya kerja dikantor pagi-pagi ketika saya mau berangkat sekolah ayah masih tidur cuman ada ibu yang membantu saya menyiapkan peralatan sekolah. apalagi sepulang sekolah, ayah ibu belum pulang kerja kadang- kadang pulangnya jam 10 malam sedangkan aku sudah tidur.” 54 Semua hasil olahan wawancara dengan 4 siswa tersebut diatas disempurnakan dengan pernyataan guru mata pelajaran aqidah akhlak yaitu Bpk. Kamil Aripin, S.Ag. KA yang menuturkan bahwa ada beberapa laporan yang terkait dengan prilaku siswa dikeluarga atau dirumahnya. Salah satu contoh yaitu ada orang tua murid OTM yang melaporkan anaknya karena sering berkata- kata kotor atau mengumpat, dan dalam hal ini mereka OTM menyalahkan pihak sekolah yang lalai dalam mendidik anak-anak, padahal pembelajaran aqidah akhlak sudah tersampaikan dengan baik sekali dengan metode yang terbaik dan variatif dan disampaikan oleh guru yang berkompeten dibidangnya. Begitu juga dengan pembiasaan-pembiasaan diluar kelas yang mengajarkan 53 wawancara dengan Muhammad Rafi selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.20 WIB 54 wawancara dengan Ahmad Farhan selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.30 WIB 59 kepada siswa untuk selalu berprilaku islami. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh KA dalam wawancara sebagai berikut “sering sekali orang tua murid datang untuk menghadap ke saya untuk mengadukan permasalahan yang berkaitan dengan anaknya. Sebagai contoh pernah ada OTM orang tua murid yang melaporkan bahwa anaknyas sering berkata-kata kotor atau mengumpat dirumah contohnya yaitu: anjir plesetan dari kata anjing, sialan, bego dan sebagainya. Mereka OTM dalam hal ini menyalahkan pihak sekolah yang lalai dalam mengawasi dan mendidik anak-anak dalam berbicara, dan memang kami sebagai guru mengakui bahwa tidak setiap menit kami tidak mendapingi siswa dalam mendidik prilaku dan pembiasaan kalimat Toyyibahnya sebagai contoh ketika waktu istirahat saat mereka bermain dan berkumpul dengan teman sebayanya, yaitu saat mereka makan siang sambil mengobrol. Kami sebagai guru belum bisa dan belum terjadwal untuk mendampingi mereka, saat itulah mereka bertukar pikiran mencontoh prilaku dan kebiasaan teman mereka.” 55 2. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak di Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah mempunyai peran yang berpengaruh juga terhadap pembentukan karakter seorang siswa karena sebagian besar kegiatan seorang siswa dari pagi hingga siang dihabiskan dilingkungan sekolah. Oleh karena itu, disini penulis akan menyajikan hasil penelitian terhadap siswa kelas VIII di SMP Al-Zahra Indonesia. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan 4 orang siswa dan 1 orang guru, yaitu diantara adalah Adisya Al-Zahra AA, Muhammad Rafi MR, Ahmad Farhan AF, Mutia Rahma MtR, Kamil Aripin, S.Ag. KA, maka diperoleh hasil sebagai berikut. Pertanyaan pertama yang penulis ajukan kepada 4 responden yang merupakan siswa adalah tentang kedisiplinan datang tepat waktu kesekolah. Kebanyak dari siswa selalu diantar ke sekolah baik oleh jemputan maupun orang tuanya yang mengantar. AA mengatakan bahwa biasanya yang 55 wawancara dengan pak Kamil Aripin selaku guru mata pelajaran aqidah akhlak, wawancara dilakukan di ruang guru pada tanggal 13 November 2014, jam 13.30 WIB