4
bentuk kejahatan yang kebanyakan dilakukan oleh generasi yang kurang pemahamannya tentang akhlak, kurangnya pendidikan akhlak serta pembinaan
akhlak pada anak. Apabila anak telah memahami hikmah dan pentingnya mempelajari akhlak
dengan baik berarti mereka telah dibimbing untuk senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah Swt, yang akan membawa kepada ketenangan jiwa dan akan timbul
perasaan takut bila hendak melakukan perbuatan dosa karena ia telah yakin bahwa dirinya senantiasa berada dibawah pengawasan Allah Swt.
Lembaga pendidikan lanjutan pertama sangat dibutuhkan peranannya dalam membantu orang tua serta melanjutkan pemberian pemahaman akhlak serta
pembinaan akhlak pada anak didik remaja awal yang sudah mereka dapatkan dari sekolah dasar.
Karena periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih
dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja Namun, ciri utama masa ini adalah bergejolaknya dorongan seksual. Oleh karena itu, interaksi
mereka dengan kekuatan barunya ini tergolong salah satu problem yang paling berat.
6
Melihat fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti dan membahas dalam
penulisan penelitian
dengan judul
: “IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP AL-
ZAHRA INDONESIA”. B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa permasalahan akhlak khususnya, pada murid SMP yang sedang mengalami proses
pendewasaan diri, baik dari fisik maupun karakter harus lebih di tingkatkan lagi dalam hal pendidikan akhlaknya. Pembelajaran akhlak disekolah diharapkan
mampu membentuk kepribadian yang luhur bagi anak, dimanapun dia berada dan dalam situasi apapun.
6
Netty Hartati, Dkk. Islam Dan Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, h. 39
5
Berdasarkan persoalan pokok diatas, maka persoalan-persoalan yang mengitari kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Sebab dan akibat dari kemerosotan moral siswa masih kurang
mendapatkan perhatian lebih. 2.
Strategi dalam meningkatkan moral baik akhlakul karimah siswa, masih jarang digunakan baik dalam pembelajaran aqidah akhlak di
kelas maupun pembiasaan di luar kelas. 3.
Tujuan pembelajaran aqidah akhlak yang dinginkan belum tercapai secara maksimal.
4. Kurangnya bimbingan terhadap siswa dalam memahami hikmah dan
pentingnya mempelajari aqidah akhlak untuk di implementasikan di keluarga, di sekolah dan di lingkungan masyarakat.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan mempermudah pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut:
a. Implementasi yang penulis maksud yaitu penerapan prilaku akhlak baik
dan menjauhi prilaku buruk, sebagaimana telah di ajarkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di sekolah. Peneliti hanya membatasi pada
pembelajaran aqidah akhlak siswa Kelas VIII yang meliputi pembelajaran akhlakul karimah akhlak terpuji, antara lain: ikhtiar, syukur. Dan
akhlakul mazmumah akhlak tercela, antara lain: putus asa, takabur. Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Al-Zahra Indonesia.
b. Implementasi pembelajaran aqidah akhlak yang dimaksud disini di bagi
menjadi tiga, yaitu: akhlak siswa di lingkungan keluarga, akhlak siswa di lingkungan sekolah dan akhlak siswa di lingkungan masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Setelah membatasi masalah dalam penelitian ini, penulis memutuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana implementasi pembelajaran aqidah akhlak di SMP Al- Zahra Indonesia Pamulang?
6
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk implementasi pembelajaran aqidah akhlak di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini antara lain: 1.
Dari segi akademik, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam menerapkan pembelajaran aqidah akhlak di suatu
lembaga pendidikan. 2.
Penelitian ini juga berguna bagi sekolah yang di observasi, dalam hal ini SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang, dalam mengetahui
implementasi pembelajaran aqidah akhlak pada sisiwa kelas VIII. 3.
Adapun kegunaan penelitian ini untuk penulis, akan menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan starata satu S1 pada
jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Implementasi pembelajaran
1. Pengertian Implementasi
Implementasi berarti berasal dari Bahasa Inggris yang berarti “Pelaksanaan”.
7
Sedang dalam Kamus Ilmiyah Popular yang berarti Penerapan, Pelaksanaan.
8
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi, dalam suatu tindakakn praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dikemukakan bahwa implementasi adalah : “put something into effect”
penerapan sesuatu yang memberikan efek atas dampak.
9
Jadi Implementasi secara sederhana adalah pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan pengertian secara luas, implementasi adalah bukan sekedar aktivitas
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilaksanakan secara sunggu-sunggu berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
2. Pengertian Pembelajaran
Sebelum membahas pengertian pembelajaran, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertiaan pembelajaran secrara umum. Kata pembelajaran
berasal dari simulfiks pe-an dan ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian
“ajar” adalah pentunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui ditiru, “belajar” adalah “berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu”, “berlatih” atau bias juga “berubah tingkah laku atau tanggapan yang
dise babkan oleh pengalaman”.
10
Para ahli mengemukakan definisi belajar yang berbeda-beda. Namun nampaknya ada semacam kesepakatan diantara mereka yang menyatakan
7
Jhon M. Echols dan Hasan Sadzly, Kamus inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995 h, 313
8
Perum Penerbit dan Pencetak, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998, h. 327
9
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kopetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi, PT Remaja Rosda Karya : Bandung, Cet. I, h. 93
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 1989, Cet. Ke -2, h. 13
8
bahwa perbuatan “belajar” mengandung perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar. Perubahan itu sifat intensional, positif-aktif,
dan efektif-fungsional.
11
Sifat intensional berarti perubahan itu terjadi karena pengalaman atau praktik yang dilakukan pelajar dengan sengaja dan disadari
bukan kebetulan. Sifat positif berarti perubahan itu bermanfaat sesuai dengan harapan belajar, dsamping menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik
disbanding yang telah ada sebelumnya. Sifat aktif berarti perubahan itu terjadi karena usaha yang dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya seperti
karena proses kematangan. Sifat efektif berarti perubahan itu memberikan pengaruh dan manfaat bagib pelajar. Adapun sifat fungsional berarti perubahan
itu relativ tetap serta dsapat diproduksi atau dimanfaatkan setiap kali
dibutuhkan.
Secara umum, belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam
perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relative menetap sebagai hasil dari sebuah
pengalaman.
12
Kemudian, yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan
pembentukan kompetensi, yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku. Perubahan yang dimaksud menunjuk
pada adanya suatu proses yang harus dilalui. Proses tersebut adalah kegiatan pembelajaran suatu proses interaksi edukatif.
13
Pembelajaran atau disebut juga dengan pengajaran dalam pendidikan, ia harus merujuk pada proses member suasana terjadinya perubahan timgkah laku
individu yang terikat tujuan dengan kata lainproses pembelajaranpengajaran
11
direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, “Metodologi Pendidikan Agama Islam”.
Jakarta : Departemen Agama, 2002, h. 25
12
Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah BMPM, “Panduan Pembelajaran”, Jakarta :
Departemen Agama RI 2005, h. 2
13
Ibid.,h.2