1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak setiap manusia yang menjadi warga negara Republik Indonesia. Namun, dalam kenyataannya banyak warga
ataupun masyarakat serta anak-anak yang ternyata masih belum tersentuh dunia pendidikan karena berbagai alasan dan kondisi yang
menyertai mereka salah satunya adalah masalah sosial ekonomi yang jelas sangat berkaitan dengan biaya pendidikan.
Menurut dari data hasil Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan MSBP tahun 2013, penduduk Indonesia berusia tujuh
sampai lima belas tahun yang masih sekolah sebanyak 42.581.266 orang, sekitar 763.605 orang diantarannya putus sekolah 1,79 dan
terdapat sebanyak 799.234 orang yang tamat sekolah tetapi tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya 1,88 dan yang masih
sekolah sebesar 40.623.767 95,40. 1 Sedangkan jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan
menurut Badan Pusat Statistik Tangerang Selatan yaitu.2
1 Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan MSBP tahun 2012 “Jenjang Pendidikan” artikel diakses pada 15 Februari 2015 dari
http:sirusa.bps.go.idindex.php?r=sdviewkd=2488th=2012
2 Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, “Jumlah Penduduk Miskin dan
garis Kemiskinan,”
artikel diakses
pada 13
February 2015
dari http:tangselkota.bps.go.idindex.php?hal=tabelid=161
Tabel 1 Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin 000 Persentase Penduduk
Miskin Garis Kemiskinan
Rp.KapBulan
2010 21 900
1.67 275 643
2011 20 144
1.50 317 887
2012 18 700
1.33 344 681
2013 25 400
1.75 378 303
keadaan bulan September 2013 Adapun Angka Partisipasi Sekolah Menurut Badan Pusat
Statistik Tangerang Selatan, yaitu.3
Tabel 2 Angka Partisipasi Sekolah
Tahun Kelompok Umur
7 -12 13 -15
16 – 18
19 - 24
2010 -
- -
- 2011
99.79 95.13
73.18 29.22
2012 99.61
93.58 68.85
28.32 2013
99.16 94.79
69.18 -
Penuntasan wajib belajar 9 tahun merupakan upaya untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah anak kelompok 7-12 tahun
sebesar 99,9 dan partisipasi sekolah anak kelompok 13-15 tahun sebesar 96 pada tahun 2013. Kegiatan penuntasan wajib belajar 9
tahun dapat didefinisikan sebagai upaya meminimalkan anak tidak
3 Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, “Jumlah Penduduk
Miskin dan garis Kemiskinan,” artikel diakses pada 13 February 2015 dari http: tangselkota.bps.go.idindex. php?hal=tabelid=161
pernah sekolah dan tidak sekolah lagi hingga sama atau lebih kecil dari 5 dari jumlah seluruh anak usia 7-15 tahun. Penuntasan wajib belajar 9
tahun akan lebih mudah dilaksanakan jika 15 tahun sudah teridentifikasi karena dengan pemahaman tentang kondisi tersebut, akan memudahkan
perumusan kebijakan yang sesuai dengan permasalahan nyata dilapangan. Untuk itu perlu dilakukan pengelompokan partisipasi
sekolah usia 7-15 tahun menurut karakteristik dengan berbagai faktor yang mempengaruhinnya.4
Sementara menurut Lengeveld, pendidikan itu adalah pemberian bimbingan atau bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. Dalam hal
ini Lengeveld menegaskan bahwa tidak semua pengaruh yang datangnya dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa itu dapat disebut
mendidik. 5 Strategi pemberdayaan dapat dilakukan dalam berbagai sektor terutama sektor pendidikan. Melalui pemberdayaan pendidikan
diharapkan masyarakat dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami dan memanfaatkan sebagai potensi
yang dimilikinya. Tujuan agar yang hendak dicapai dalam proses pendidikan itu sendiri adalah kesejahteraan manusia.6
4 Sri Nurhidayati, “Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa,” h.2.
5 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Press, 2005, h. 6.
6 Ismul Azham, Evaluasi Pelaksanaan Program Buku Bacaan Talking book di Yayasan Mitra Netra Lebak Bulus Jakarta Selatan, Skripsi S1
Jakarta:Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN 2011, h.3.
Tujuan dalam akhir pendidikan dalam islam adalah proses pembentukan diri peserta didik manusia agar sesuai dengan fitrah
keberadaanya. Islam telah mengajarkan agar mempersiapkan generasi yang memiliki aqidah yang kuat, berbadan sehat, berkeyakinan mantap,
dan memiliki penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan keahlian hidup. Al
– Qur’an menjelaskan dalam surah An – Nisa9:7
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang – orang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak
– anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”QS. An-Nisa :9.
Islam selalu mendorong umatnya untuk belajar. Menurut ilmu bagi setiap muslim bukan sekedar kewajiban sepanjang hayat long life
education, tapi di nilai juga sebagai ibadah, pendidikan pada dasarnya mempunyai dimensi keilahian, karena semua makhluk yang ada di alam
ini adalah murid Allah, dikatakn murid karena semua makhluk di alam ini di ajarkan dan di didik oleh Allah sebagai pendidik utama di jagad
ini. Oleh karena itu pendidikan pada awalnya adalah berasal dari Yang Maha Mendidik yaitu Rabb alam semesta ini. Tidak hanya itu selain
Allah mendidik, Allah juga memelihara makhluknya diantaranya dengan menurunkan kitab-kitab suci sebagai bahan bacaan, bahan referensi
dalam menyikapi berbagai kejadian dan fenomena alam raya. Maka dari
7 Al. Qur’an Online, “Surah An-Nisa Ayat 9”, artikel diakses pada 31
Desember 2014 dari http:m.alquranonline.web.idalquran.php
itu menurut Hadis HR Abu Daud dan Turmudzi yang mengatakan bahwa :
“…Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan bagi jalan ke surga. HR.Abu Daud dan
Turmudzi. Berkaitan dengan Ayat Al-
Qur’an dan Hadis diatas menjelaskan bahwa pendidikan sangat penting untuk anak-anak generasi penerus
bangsa untuk mengentaskan yang disebut dengan kemiskinan. Berbicara mengenai kemiskinan, tentu tidak akan lepas dari pendidikan. Menurut
World Bank, peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa
Indonesia sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yang bertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, menciptakan kehidupan bangsa, serta memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan. Perubahan abadi dan keadilan sosial.8
Lebih lanjut dalam batang tubuh UUD 1945 diamanatkan pentingkanya pendidikan bagi seluruh warga Negara seperti yang
tertuang dalam Pasal 28B Ayat1 yaitu bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan pasal 31
8 Word bank, peningkatat terhadap pendidikan, artikel diakses pda 17 Februari 2015 dari http:www.worldbank.org
Ayat1 yang mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.9
Pemerintah telah menganggarkan dana 20 persen dari APBN dan APBD untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebagaimana yang tertera
dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3. Berbagai program lain pun sudah diluncurkan pemerintah, seperti memberikan BOS, subsidi buku,
meningkatkan kualitas guru melalui program stratifikasi guru dan dosen, serta keringanan biaya bagi siswa yang kurang mampu atau beasiswa
bagi siswa yang berprestasi.10 Selain upaya yang dilakukan pemerintah, berbagai pihak pun
banyak yang mengusahakan pendidikan gratis. Namun, lembaga- lembaga yang sengaja didirikan untuk menampung anak-anak dari
keluarga menengah ke bawah itu tidak bertahan lama. Keterbatasan dana menjadi penyebab utama tidak berkembangnya lembaga tersebut.
Pendidikan merupakan salah satu pilar bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, seluruh warga negara harus mengenyam pendidikan dengan
baik. Sebagaimana yang termaktub dalam UUD 45, pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Dalam hal ini pemerintah
bertanggung jawab penuh untuk mewujudkan pendidikan yang
9 Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
10 Ju aidi “aleh, Pendidikan Gratis dan Badan Hukum Pendidikan Melacak Akar
Legalitas Privatisasi Pe didika di I do esia, diakses pada “epte ber , Dari
http:www.kompas.comkompas-cetak050418Didaktika1689073.htm
berkualitas. Selama ini upaya-upaya yang dilakukan pemerintah berjalan kurang maksimal.11
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa banyak keluarga tidak mampu di daerah Pondok Aren yang kurang memperhatikan pendidikan
anak-anaknya. Kesulitan ekonomi menyebabkan orang tua lebih terfokus mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
sehingga pendidikan anak tidak diutamakan. Kurangnya perhatian ini disebabkan oleh masalh biaya juga karena kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya pendidikan. Tidak sedikit remaja yang putus sekolah tidak melanjutkan pendidikan setellah lulus SD, SMP, dan SMA.
Mereka terpaksa bekerja dengan kemampuan dan keterampilan yang terbatas atau bahkan menikah muda. Keadaan ini menjadi siklus yang
tidak terputus karena terus menerus terbentuk dalam kondisi sama tanpa kesempatan untuk berubah kearah yang lebih baik.
Masa remaja merupakn masa peralihan menuju dewasa, pada masa ini perkembangan fisik, keadaan emosi, sosial, dan moral
berkembang cukup pesat, jika remaja kurang diberi arahan dan bekal yang memadai, mereka akan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas
perkembangannya atau bahkan terjerumus dalam kenakalan remaja. Menariknya suatu penelitian yang penulis akan lakukan akan
mengenai “Evaluasi Pelaksanaan Program Sekolah Gratis Bagi Keluarga Miskin d
i Yayasan Ibnu Sina Maleo Bintaro” Menyadari
11 Sri Nurhidaya h, “Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa.” November
2010, h. 8.
pentingnya memberikan kesempatan memperoleh pendidikan dan pembinaan
remaja, Yayasan
Ibnu Sina
Maleo Bintaro
ini menyelenggarakan program pendidikan yang difokuskan untuk remaja.
Sesuai dengan visi dan misi Yayasan yaitu ingin menciptakan siswanya agar menjadi generasi yang intelektual dan dapat menciptakan
mereka menjadi generasi mandiri dengan adannya pelatihan keterampilan dan pengembangan diri siswa sehingga kelak mereka
menjadi masyarakat mandiri yang mampu bersaing dikemudian hari. Yayasan ini juga mempunyai program yang dapat meningkatkan
keterampilan para siswa dan program kursus kepada siswa dimana nantinya setelah lulus SMA mereka dapat bekerja sesuai kemampuan
siswa, dan juga program les gratis seperti les music dan tambahan belajar Bahasa Inggris.
Yayasan Ibnu Sina Maleo Bintaro memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai baik dari segi sarana ataupun prasarananya. Yayasan
Ibnu Sina Maleo Bintaro ini setiap anak mempunyai orang tua asuh untuk membiayai iuran sekolah setiap bulannya serta memberikan
kebutuhan sekolah para siswa, selain itu guru-guru yang mengajar di Yayasan Ibnu Sina Maleo Bintaro ini secara sukarelarelawan, adapula
donatur tetap yang rutin memberikan iuran tiap bulan kepada para siswa dan adapula donatur tidak tetap yakni memberikan donasinya hanya
sesekali kepada pihak Yayasan dan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, selain itu yang membedakan sekolah gratis ini dengan sekolah
pemerintah yakni dari segi dana bantuan berbeda dengan sekolah
pemerintah, Yayasan Ibnu Sina Maleo Bintaro ini tidak dipungut biaya apapun baik untuk uang bangunan, seragam atau yang lain sebagainya.
Berbeda dengan sekolah pemerintah, biasanya pada sekolah pemerintah hanya mengratiskan uang bangunan saja tetapi tetap dikenakan biaya
untuk membeli seragam dan buku-buku. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca
terlebih tentang Evaluasi Program Sekolah Gratis Bagi Keluarga Miskin di Yayasan Ibnu Sina Maleo Bintaro. Oleh karena itu, melihat hal
tersebut penulis tertarik untuk mengambil tema skripsi dengan judul
“EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS BAGI KELUARGA MISKIN DI YAYASAN IBNU SINA MALEO
BINTARO”. 1.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.