Evaluasi program layanan kesehatan rumah bersalin gratis (RBG) bagi orang miskin di Jakarta Timur

(1)

EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN

RUMAH BERSALIN

GRATIIS

(RBG) BAGI ORANG

MISKIN DI JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh

Lidya Melawati

NIM: 107054102667

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 Juni 2011


(3)

EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN

RUMAH BERSALIN

GRATIIS

(RBG) BAGI ORANG

MISKIN DI JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh Lidya Melawati NIM: 107054102667

Pembimbing,

Ismet Firdaus, M.Si NIP: 150411196

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN

RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) BAGI ORANG MISKIN DI

JAKARTA TIMUR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 7 Juni 2011 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Penguji II,

Drs. Wahidin Saputra, M.A Ahmad Zaky, M.Si NIP: 19700903 1996031001 NIP: 150411158

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Nurul Hidayati, S.Ag., M.Pd Ahmad Zaky, M.Si

NIP: 19690322 1996032001 NIP: 150411158

Pembimbing,

Ismet Firdaus, M.Si NIP: 150411196


(5)

ABSTRAK Lidya Melawati

Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG) Bagi

Orang Miskin Di Jakarta Timur

Keluhan utama masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan adalah mahalnya biaya pengobatan dan perawatan. Keberadaan program layanan kesehatan untuk orang miskin yang berbasis zakat merupakan salah satu pranata filantropi Islam dalam bentuk instrument kreatif untuk memberikan keamanan dan perlindungan bagi kelompok mustahik dengan pemerataan kesejahteraan yang dilakukan oleh kelompok orang kaya (aghniya). Rumah Zakat juga menjalankan program kesehatan maka dalam hal ini penulis membatasi masalah pada salah satu program Senyum Sehat yaitu Rumah Bersalin Gratiis (RBG) di Jakarta Timur. Manfaat keberadaan rumah bersalin gratiis untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, memudahkan akses orang miskin untuk mendapatkan layanan kesehatan dan status kesehatan yang berdampak pada daya tahan mereka untuk bekerja mencari nafkah, dan kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang.

Evaluasi program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis bagi orang miskin di Jakarta Timur sebuah penilaian program. Layanan kesehatan adalah proses pemenuhan kebutuhan penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Adapun metode penelitian dalam penyusunan skripsi menggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara kepada 5 orang anggota dan 3 orang yang mewakili manajemen rumah bersalin gratiis. Dalam pemilihan informan menggunakan purposive sampling. Kesimpulan akhir menggunakan triangulasi.

Pelaksanaan program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis yaitu pengadaan fasilitas kesehatan gratis berupa rumah bersalin dan klinik umum yang berfungsi memberikan layanan kesehatan tingkat dasar bagi ibu dan anak serta masyarakat kurang mampu. Hasil evaluasi program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis yaitu relevansi tentang tujuan program perbaikan kualitas kesehatan dan aksesibilitas layanan kesehatan anggota pemberdayaan di wilayah Integrated Community Development (ICD). Efektifitas kemudahan dalam akses-akses kelompok untuk proses pengobatan dan persalinan keselamatan ibu dan anak yang didahulukan bukan administrasi dan biaya. Efisiensi ketelitian dan ketepatan pemeriksaan dokter dan bidan terhadap pasien. Dokter dan bidan tidak hanya memberikan obat saja tapi meluangkan waktu untuk penyuluhan masalah kesehatan. Kaji dampak kepuasan pasien, penurunan angka kematian ibu, penurunan angka kematian bayi dan balita, dan penurunan angka sakit khusus di daerah Jakarta Timur. Berdasarkan kaji kesinambungan rumah bersalin gratiis dapat bertahan jika tetap fokus pada kaum fakir dan miskin. Evaluasi ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi seluruh pihak sehingga model Rumah Bersalin Gratiis yang menjadi salah satu solusi permasalahan kesehatan masyarakat dapat lebih tumbuh dan berkembang di masyarakat luas.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillãhirrahmãnirrahĩm dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas rahmat dan pertolongan Allah S.W.T sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH BERSALIN GRATIIS BAGI ORANG MISKIN DI JAKARTA TIMUR.

Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial Islam jenjang pendidikan strata satu Program Studi Kesejahteraan Sosial pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Dekanat.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A sebagai Ketua Sidang Munaqasyah dan Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris merangkap Penguji II dalam Sidang Munaqasyah.

3. Ibu Nurul Hidayati, M.Pd sebagai Penguji I dalam Sidang Munaqasyah. 4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi yang membimbing

penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Ibu Siti Napsiyah, M.SW sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial dan Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.

6. Segenap Dosen Pengajar pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

7. Bapak Mamit dan Ibu Rohaya sebagai Orang Tua yang selalu memotivasi dan memberikan semangat serta doa kepada penulis.

8. Keluarga Bapak Prof. Dr. dr. Amir S Madjid, SpAN. KIC dan Ir. Lola Nursalim Madjid yang telah menjadi Orang Tua Asuh membantu biaya perkuliahan dari semester pertama sampai semester akhir.

9. Keluarga Besar Rumah Bersalin Gratiis yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

10. Keluarga Besar BPZIS (Badan Pengelola Zakat, Infak, dan Shadaqah) Mandiri yang telah membantu secara financial untuk penyusunan skripsi. 11. Abdurrahman dan Mardiana sebagai kakak dan Siti Rahma Vara Dilla selaku

adik.

12. Sahabat dan teman-teman terdekat yang selalu memberikan dukungan dan masukkan dalam penyusunan skripsi.


(7)

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah S.W.T memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana pemikiran bagi kita semua.

Jakarta, 7 Juni 2011 Penulis,

Lidya Melawati


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERNYATAAN ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

LEMBAR PENGESAHAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 10

1. Pembatasan Masalah 10

2. Perumusan Masalah 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 11

1. Tujuan Penelitian 11

2. Manfaat Penelitian 11

D. Tinjauan Pustaka 12

E. Sistematika Penulisan 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Program 14

1. Pengertian Evaluasi Program 14

2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi 17

3. Pendekatan Evaluasi 18

4. Desain Evaluasi 20

5. Indikator Evaluasi 22

B. Layanan Kesehatan 24

1. Pengertian Jasa, Layanan dan Pelayanan 24

2. Kesehatan 24

3. Ciri-Ciri Jasa/Layanan 26

C. Kemiskinan 27

1. Definisi Miskin 27

2. Paradigma Kemiskinan 29

3. Ciri-Ciri Kemiskinan 30

4. Indikator Kemandirian Individu dan Komunitas 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian 32

1. Jenis Penelitian 32

2. Pendekatan Penelitian 32

3. Waktu dan Tempat Penelitian 34

4. Pemilihan Subjek, Informan dan Objek Penelitian 35


(9)

B. Metode Penelitian 35 1. Teknik Pemilihan Informan dan Objek 35

2. Instrumen dan Alat Bantu 37

3. Teknik Pengumpulan Data 38

4. Sumber dan Data 40

5. Teknik Analisis Data 42

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 43

7. Teknik Penulisan 45

BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN

RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) BAGI ORANG MISKIN DI

JAKARTA TIMUR

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 46

1. Profil Rumah Bersalin Gratiis 46

2. Latar Belakang Rumah Bersalin Gratiis 46

3. Tujuan Rumah Bersalin Gratiis 47

4. Struktur Rumah Bersalin Gratiis 48 5. Sasaran Program Rumah Bersalin Gratiis 49 6. Penerima Manfaat Program Rumah Bersalin Gratiis 49 7. Cara Pengajuan Bantuan Program RBG 50 8. Jenis Layanan Rumah Bersalin Gratiis 50 9. Fasilitas Pasien Rumah Bersalin Gratiis 51 10. Sumber Dana Rumah Bersalin Gratiis 52 11. Tenaga Kerja Rumah Bersalin Gratiis 52

B. Penemuan dan Pembahasan 53

1. Relevansi Program RBG dengan Kebutuhan Masyarakat 53 2. Efektifitas Program Rumah Bersalin Gratiis 60 3. Efisiensi Rumah Bersalin Gratiis 63 4. Dampak Pelaksanaan Program Rumah Bersalin Gratiis 70 5. Kesinambungan Rumah Bersalin Gratiis 73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 77

1. Pelaksanaan Program Layanan Kesehatan RBG 77 2. Hasil Evaluasi Program Layanan Kesehatan RBG 77

B. Saran 82

1. Rumah Bersalin Gratiis 82

2. Untuk Anggota 82

3. Mahasiswa 83

DAFTAR PUSTAKA 84

LAMPIRAN 88


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Persentasi Penyaluran Dana ZIS Tahun 2010 8 2. Tabel 2 Indikator Kemandirian Individu dan Komunitas 31

3. Tabel 3 Informan Penelitian 36

4. Tabel 4 Objek Penelitian 37

5. Tabel 5 Jumlah Anggota RBG Tahun 2007-2011 49

6. Tabel 6 Jenis Layanan RBG 51

7. Tabel 7 Jumlah Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin 53

8. Tabel 8 Bidang dan Jumlah Pekerja 53

9. Tabel 9 Jumlah Anggota RBG Tahun 2007-2011 60 10. Tabel 10 Jumlah Anggota RBG Tahun 2007-2011 66 11. Tabel 11 Data Angka Kematian Ibu dari Tahun 2008-2010 70


(11)

DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)

1. Gambar 1 Skema Alur Tindakan Pengobatan 67


(12)

xii


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan kebodohan merupakan potret sosial yang selama ini sering kali dipertontonkan di media massa, bahkan fenomena itu kerap menimbulkan kegelisahan pemerintah sehingga mereka membuat program-program penanggulangan kemiskinan sebagai bentuk upaya mengurangi jumlah kemiskinan tersebut. Berbagai program-program tersebut diantaranya bantuan langsung tunai, pemberian beras masyarakat miskin, program pemberdayaan masyarakat kelurahan, kredit usaha rakyat dan bahkan dari kesehatan kini ada upaya orang miskin memperoleh jaminan asuransi kesehatan.1

Namun dalam pelaksanaan program-program itu hasilnya jauh dari harapan, meskipun dalam tataran konsep program-program pemerintah memiliki korelasi pada pengentasan kemiskinan. Hal ini karena koordinasi dan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat ada perbedaan, program-program tersebut sering kali tidak tepat sasaran, membentuk karakter penerima bantuan pasrah, program-program tersebut memiliki keterbatasan waktu dan tempat. Dari masalah ini sebaiknya dilakukan evaluasi program untuk menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain terjadi di luar rencana.

Sedangkan program-program pemberdayaan zakat bukanlah sekedar bantuan sewaktu-waktu untuk meringankan penderitaan hidup orang miskin

      

1

Gus Yul, Peran LAZ Menghapus Cerita Kemiskinan, artikel diakses pada 30 November 2010 dari www.pkesinteraktif.com/.../185-peran-laz-menghapus-cerita-kemiskinan.htm.


(14)

2

dan selanjutnya tidak diperdulikan lagi bagaimana nasib mereka, tetapi zakat bertujuan menanggulangi kemiskinan, menginginkan agar orang-orang miskin itu mampu memperbaiki sendiri kehidupan mereka.2 Zakat merupakan salah satu pranata filantropi Islam yang merupakan instrument kreatif untuk memberikan keamanan dan perlindungan bagi kelompok mustahik dengan pemerataan kesejahteraan yang dilakukan oleh kelompok orang kaya (aghniya).3

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana yang dijelaskan dalam Sûrah al-Baqarah/2:267 dan Hadis Riwayat Bukhari berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

      

2

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Jakarta: PT Mitra Kertajaya Indonesia, 2010), h. 89. 3

Nana Sutisna, Zakat & Empowering, Model Pengelolaan Zakat di Putukrejo: Sinergi Pengelolaan Zakat Melalui Tiga Pilar Komunitas Untuk Kesejahteraan Kaum Miskin (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 3, September 2010), h. 36.


(15)

3

Rasulullah S.A.W bersabda: “Engkau akan melihat orang-orang yang beriman dalam kasih sayang mereka, dalam kecintaan mereka dan dalam keakraban mereka antar sesamanya adalah bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya merasakan sakit, maka sakitnya itu akan merembet ke seluruh tubuhnya, sehingga (semua anggota tubuhnya) merasa sakit, dan merasakan demam (karenanya).” (H.R. Bukhari)

Dalam al-Qur’an keharusan setiap orang untuk melindungi keluarga atau kerabat keturunannya dari kesulitan hidup, sebagaimana yang dijelaskan dalam Sûrah an-Nisā’/4:9 berikut:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Dalam pasal 16 ayat 1 dan 2 undang-undang no. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, secara eksplisit dinyatakan bahwa pendayagunaan zakat untuk memenuhi kebutuhan hidup para mustahik sesuai dengan ketentuan agama (delapan golongan ashnaf) dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif. Keputusan Menteri Agama (KMA) nomor 373 tahun 2003 pasal 28 ayat 2 dijelaskan bahwa pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila zakat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup para mustahik dan ternyata masih terdapat kelebihan.

Jadi zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), terutama infaq dan shadaqah, dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha produktif apabila terdapat usaha-usaha


(16)

4

nyata yang berpeluang menguntungkan. Dengan demikian, secara garis besar dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) dapat didistribusikan pada dua jenis kegiatan yaitu kegiatan-kegiatan konsumtif dan produktif. 4

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa zakat, infaq dan shadaqah merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, institusi ekonomi dan sebagainya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Sûrah at-Taubah/9:71 berikut:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Lembaga zakat berkewajiban mengembangkan program-program bagi golongan mustahik sebagai sarana pemecahan masalah mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Secara umum lembaga zakat harus dapat mencegah (preventif), pemulihan (rehabilitatif), dan pengembangan (developmental) mustahik agar dapat memaksimalkan kesempatan untuk berkembang sesuai kemampuan.

      

4


(17)

5

Manfaat lembaga zakat adalah kepastian muzakki membayar zakat, menghilangkan rasa rendah diri mustahik, efisiensi dan efektifitas (pengumpulan dan penyaluran), syiar Islam. Perlu dilakukan sinergi antar lembaga zakat, terutama dalam praktek pendistribusian zakat dengan lembaga keuangan syari’ah. Potensi ini akan bisa diaktualkan manakala langkah-langkah dan upaya sistematis dilakukan dengan amanah, profesional dan penuh tanggungjawab. Langkah-langkah tersebut antara lain sosialisasi, kelembagaan dan pendayagunaan.

Fenomena yang terjadi pada lembaga zakat secara tidak langsung berkaitan erat dengan ilmu kesejahteraan sosial5 yaitu suatu ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat antara lain melalui pengelolaan masalah sosial, pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dan memaksimalkan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang.

Pada mulanya, usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan oleh kelompok keagamaan.6 Usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan melalui pelayanan sosial yang bersifat amal (charity). Usaha-usaha kesejahteraan sosial pada dasarnya berasal dari nilai-nilai humanitarianisme yang percaya bahwa kondisi kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat adalah sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Kemudian muncul kelompok-kelompok (relawan) yang mengupayakan pengembangan usaha kesejahteraan sosial

      

5

Adi Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Jakarta: UI Press, 2005), h. 17.

6

Charles Zastrow, Introduction to Social Work and Social Welfare (Sixth Edition. Pasific Grove: Brooks/Cole Publishing Company, 1996). Page 15.


(18)

6

untuk memperbaiki kondisi tersebut. Usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh relawan yang didasari semangat filantropis selanjutnya berkembang menjadi lebih terarah dan terorganisir.7

Filantropi sosial yang mempromosikan kesejahteraan sosial antara penyediaan barang pribadi dan pelayanan kepada orang yang membutuhkan. Ada beberapa karakteristik pendekatan filantropi sosial, diantaranya:8

1. Amal, dimana pendekatan ini tidak memiliki kesinambungan. Artinya, tidak ada lagi interaksi dengan penerima bantuan ketika bantuan selesai diberikan.

2. Penerima pasif, menggunakan pandangan bahwa masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka, sehingga dalam penyelenggaraannya tidak melibatkan partisipasi penerima.

3. Acak, tidak memiliki metode atau tahapan khusus dalam pelaksanaannya. 4. Kemauan, ketergantungan upaya pada kemauan baik dari para donor dan

kemauan pemerintah untuk menggunakan uang pembayar pajak demi mendukung kegiatan-kegiatan amal.

Pemanfaatan dan pendayagunaan alokasi dana zakat dapat digolongkan sebagai konsumtif tradisional (zakat, infaq dan shadaqah dimanfaatkan dan digunakan langsung oleh mustahik untuk pemenuhan kebutuhan hidup), konsumtif kreatif (zakat, infaq dan shadaqah yang diwujudkan dalam bentuk lain dari jenis barang semula contohnya beasiswa), produktif tradisional (zakat, infaq dan shadaqah yang diberikan dalam bentuk barang-barang

      

7

Isbandi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 1-10. 8

James Migley, Social Development:The Developmental Perspective in Social Welfare


(19)

7

produktif), produktif kreatif (pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah diwujudkan dalam bentuk modal).9

Rumah Zakat adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf secara profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan, pembinaan komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran program unggulan. Selain menerima titipan zakat, infaq dan shadaqah, Rumah Zakat juga menjalankan beberapa program yaitu Senyum Juara (pendidikan), Senyum Sehat (kesehatan) dan Senyum Mandiri (kemandirian, kewirausahaan).10

Rumah Zakat telah hadir di 44 jaringan kantor, di 38 kota besar dari Aceh hingga Papua. Dengan dukungan teknologi informasi, kini semua kantor (pusat-regional-cabang-kantor kas) telah terkoneksi secara online. Membuat pengelolaan lembaga lebih terintegrasi, transparan dan cepat. Dalam pengembangan keempat rumpun programnya Rumah Zakat mengembangkan program pendampingan dan pemberdayaan intensif berbasis komunitas yang disebut integrated community development (ICD) baik per kecamatan maupun kelurahan.11

Untuk setiap integrated community development dikelola oleh satu orang atau lebih mustahik relation officer yang tinggal di tengah-tengah masyarakat yang dibinanya sehingga pemantauan dan keberlangsungan program lebih

      

9

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1988), h. 61-63.

10

Wikipedia, Rumah Zakat Indonesia, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari www.wikipedia.id.org/wiki/Rumah_Zakat_Indonesia.

11

Mengenal Lebih Dekat Rumah Zakat, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari www.rumahzakat.org.


(20)

8

terjaga. Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzakki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya.12

Realisasi dana penyaluran zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) Rumah Zakat pada tahun 2010 sebagai berikut: 13

Tabel 1.

Persentasi Penyaluran Dana ZIS Tahun 2010

Jenis Penyaluran Persentasi

Kesehatan 20% Pendidikan 23% Ekonomi 23% Bencana 7%

Penyaluran Langsung 3%

Ramadhan 5% Qurban 17% Lain-lain 1%

Masyarakat miskin menghadapi masalah keterbatasan akses layanan kesehatan dan rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan mereka untuk bekerja mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang, dan rendahnya derajat kesehatan ibu. Penyebab utama dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin selain kurangnya kecukupan pangan adalah keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, rendahnya pendapatan

      

12

Mengenal Lebih Dekat Rumah Zakat, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari www.rumahzakat.org.


(21)

9

dan mahalnya biaya jasa kesehatan, serta kurangnya layanan kesehatan reproduksi.14

Menurut data dari Human Development Indeks (HDI) pada tahun 2010, Indonesia berada pada peringkat 108 di dunia dari segi kualitas sumber daya manusia. Harapan hidup manusia di Indonesia adalah 71.5 tahun, pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia adalah 1,2% dari gross domestic product (GDP) Indonesia, sehingga penanggulangan dan pencegahan penyakit di Indonesia sangat rendah hal ini dibuktikan dengan tingkat keselamatan ibu dari 100.000 kelahiran adalah 420 ibu meninggal saat melahirkan.15

Dalam kesempatan itu Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa menjelaskan bahwa laporan pembangunan manusia telah mengubah cara pandang bangsa-bangsa, yaitu bahwa peningkatan pendapatan penduduk bukan satu-satunya yang sangat penting karena yang bermakna akhirnya adalah apakah penduduk berumur panjang, sehat dan mempunyai kehidupan yang produktif. Pengukuran lain dalam laporan ini adalah multidimensional measure of poverty index, yang menambahkan ukuran multiple deprivation, atau faktor-faktor lain yang berpengaruh pada tingkat rumah tangga, meliputi kebutuhan dasar, pendidikan, air bersih dan pelayanan kesehatan serta hal-hal lain dibandingkan hanya pada ukuran yang berbasis pendapatan semata.16

Sedangkan dari data di Sudin Kesehatan Jakarta Timur sepanjang tahun 2010 ini, jumlah kematian ibu hamil tercatat 4 orang dari total ibu hamil

      

14

Tim, Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (T.tp.: Tim Penyusun Komite Penanggulangan Kemiskinan, t.t.), h. 15.

15

Kualitas SDM Indonesia di Dunia, artikel diakses pada 19 Maret 2011 dari www.ekonomi.kompasiana.com.

16

Human Development Report, artikel diakses pada 19 Maret 2011 dari Human Development Report | Bataviase.co.id.


(22)

10

sebanyak 42.288 orang. Pada tahun 2009, jumlah kematian ibu hamil sebanyak 5 orang dari total ibu hamil sebanyak 46.346 orang. Sedangkan tahun 2008 silam, jumlah kematian ibu hamil lebih tinggi lagi yaitu 11 orang dari jumlah total ibu hamil sebanyak 60.061 orang.17

Sehingga dapat saya simpulkan, beberapa keluhan utama masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan adalah mahalnya biaya pengobatan dan perawatan, perilaku hidup yang tidak sehat, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar disebabkan oleh terbatasnya tenaga kesehatan, kurangnya sarana kesehatan lainnya, kecenderungan penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata, dan rendahnya anggaran yang tersedia bagi pembangunan pelayanan kesehatan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa Rumah Zakat mempunyai program pemberdayaan yaitu senyum juara, senyum mandiri dan senyum sehat. Namun karena keterbatasan penulis, maka dalam hal ini membatasi masalah yang akan diteliti pada salah satu program senyum sehat yaitu Rumah Bersalin Gratiis (RBG) di Jakarta Timur diantaranya:

a. Pelaksanaan program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG).

b. Evaluasi program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG).

      

17

Rodin Daulat, Posyandu Tekan Angka Kematian Ibu Hamil di Jaktim, artikel diakses pada 3 Mei 2011 dari Pencanangan Pengembangan Hutan Kota Di Kawasan Industri Pulogadung...http://www.timur.jakarta.go.id/v10/?page=Berita&id=664.


(23)

11

2. Perumusan Masalah

Selanjutnya berdasarkan batasan masalah di atas penulis merumuskan permasalahan yaitu bagaimana pelaksaan dan evaluasi program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG) di Jakarta Timur dengan rincian:

a. Bagaimana pelaksanaan program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG)?

b. Bagaimana evaluasi program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG) di Jakarta Timur. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG).

b. Untuk mengetahui hasil evaluasi program layanan kesehatan dari aspek relevansi, efektifitas, efisiensi, dampak dan kesinambungan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menilai kinerja program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG).


(24)

12

2) Dapat memberikan masukkan buat Rumah Zakat dari evaluasi program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG) untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. b. Manfaat Akademis

1) Bagi UIN, sebagai bahan referensi atau tambahan pustaka tentang lembaga zakat dan kesejahteraan sosial.

2) Dapat menambah khazanah keilmuan baru dalam program pelayanan masyarakat melalui lembaga dan kesejahteraan sosial bagi mahasiswa jurusan konsentrasi kesejahteraan sosial.

3) Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis secara langsung dilapangan melalui penelitian ini.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi berjudul evaluasi program telah banyak dilakukan oleh beberapa mahasiswa namun masing-masing dari mereka memiliki perbedaan dalam metodologi penulisannya, seperti skripsi karya Izur Suryadi yang melakukan penelitian evaluasi program comdev Indonesia dalam pemberdayaan masyarakat peternak domba di desa Srogol, kec. Cijeruk, kab. Bogor. Berbeda dengan skripsi karya Muhammad Hasanuddin yang melakukan penelitian evaluasi program kampung ternak dompet dhuafa dalam mengembangkan potensi ternak lokal di desa Lebak Sari Sukabumi Jawa Barat.

Pada intinya penulis sangat tertarik pada salah satu program pelayanan yang dilakukan lembaga zakat menyalurkan bantuan sesuai dengan kebutuhan


(25)

13

mustahik dan keluarganya. Perbedaan dari skripsi yang lain biasanya evaluasi dilakukan pada bidang ekonomi sedangkan peneliti akan fokus pada program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG). Berdasarkan hasil uraian di atas maka penulis merasa tertarik dan menelaah untuk mengevaluasi program secara menyeluruh mulai dari input, proses, output, dan impact. Dan judul yang digunakan dalam penelitian adalah:

EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH

BERSALIN GRATIIS (RBG) BAGI ORANG MISKIN DI JAKARTA

TIMUR.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penyusunan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab yaitu:

BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori terdiri dari evaluasi program, layanan kesehatan,

kemiskinan.

BAB III Metodologi Penelitian terdiri dari ruang lingkup penelitian, metode

penelitian.

BAB IV Analisis Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratiis

(RBG) Bagi Orang Miskin di Jakarta Timur terdiri dari gambaran umum objek penelitian, penemuan dan pembahasan.


(26)

14


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi secara etimologi dalam kamus ilmiah populer adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan dan penentu nilai.18 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata evaluasi diartikan dengan penilaian.19

Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu evaluasi terus-menerus (on-going evaluation) dan evaluasi akhir (ex-post evaluation).20

Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval periode waktu tertentu, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau rencana. Evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.21

      

18 Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry,

Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), h. 163.

19

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 238.

20

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 119.

21

Ibid.,h. 119.


(28)

15

Menurut Suharsimi Arikunto (2004) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi yang berguna bagi decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.22

Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Fungsi evaluasi formatif yaitu evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi evaluasi sumatif yaitu evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan.23

Kemudian Stufflebeam juga membedakan evaluasi sesuai di atas yaitu proactive evaluation untuk melayani pemegang keputusan dan retroactive evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.24

      

22

Nana Mintarti, dkk., Zakat & Empowering, Kajian Perumusan Performance Indicator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009), h. 23.

23

Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen, Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 4.

24


(29)

16

Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran-sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum. Segala bentuk program apapun baik itu dalam bentuk profit dan non profit (nirlaba) dalam pelaksanaan manajerialnya sangatlah disyaratkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengawasan dalam suatu organisasi pada umumnya terkait dengan proses pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation).25

Definisi evaluation (evaluasi) menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)/Development Assistance Committee (DAC) adalah penilaian sistematis dan objektif terhadap sebuah proyek, program atau kebijakan yang telah selesai atau masih berlangsung, serta rancangan, implementasi dan hasilnya. Tujuannya adalah untuk menentukan relevansi dan realisasi tujuan, efisiensi pembangunan, efektivitas, dampak dan keberlanjutan.26

Menurut John L Herman dalam Tayibnapis (1989) program adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat. Menurut Suharsimi Arikunto (2004) program dapat dipahami dalam dua makna yaitu secara umum dan khusus.27

Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian secara khusus dari program biasanya

      

25

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta: FEUI Press, t.t.), h. 187.

26

Purwa Udiutomo, dkk., Zakat & Empowering, Evaluasi dan Kaji Dampak Program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009), h. 70.

27


(30)

17

dikaitkan dengan evaluasi yaitu suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.28

Menurut Kirkpatrick (1996) Evaluasi program dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya melalui rangkaian informasi yang diperoleh evaluator.29

Dari dapat di atas dapat saya simpulkan bahwa evaluasi program berguna untuk menentukan apakah keluaran dan hasil dari pelaksanaan program bisa terealisasikan dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan:30

a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.

b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.

c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.

d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri.

      

28

Ibid., h. 23. 29

Udiutomo, dkk., Zakat & Empowering, Evaluasi dan Kaji Dampak, h. 70. 30


(31)

18

e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.

f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.

g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.

h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.

i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.

j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.

3. Pendekatan Evaluasi

Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain tujuan dan prosedur evaluasi.

Pendekatan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)31 mengembangkan evaluasi ini dengan logical framework sebagai alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan rancangan pelaksanaan program yang melibatkan pengidentifikasian

      

31


(32)

19

unsur-unsur strategis (masukan, keluaran, hasil, dampak) dan hubungan sebab-akibat unsur-unsur strategis tersebut, berbagai indikator dan asumsi atau risiko yang mungkin mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan. Secara sederhana, evaluasi ini memuat lima kriteria evaluasi yaitu:

a. Relevansi (relevance) didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana (tujuan) suatu program sejalan dengan persyaratan penerima manfaat, kebutuhan, prioritas, kebijakan mitra dan donor. Pada dasarnya relevansi merupakan jawaban dari kebermanfaatan dan kedayagunaan.

b. Efektifitas (effectiveness) ialah jangkauan sejauh mana tujuan dan target program tercapai, atau diharapkan tercapai, dengan mempertimbangkan arti penting relatifnya. Secara eksplisit, efektifitas adalah hubungan antara output (produk dan jasa) dengan outcome (manfaat dan diharapkan dari sasaran atau penerima manfaat).

c. Efisiensi (efficiency) adalah ukuran tentang bagaimana sumber daya/masukan secara ekonomis (dana, keahlian, waktu dan sebagainya) dikonversikan menjadi hasil. Secara sederhana, efisiensi dapat diukur dengan membandingkan antara hasil (output) dengan asupan (input) yang digunakan (waktu, SDM, alat, dan sebagainya). d. Dampak (impact) merupakan efek primer dan sekunder dalam jangka

panjang, baik positif maupun negatif, yang dihasilkan sebuah program, langsung atau tidak langsung, dikehendaki maupun tidak


(33)

20

dikehendaki. Dalam evaluasi dampak program, beberapa hal yang perlu ditanyakan adalah perubahan apa yang terjadi sebagai hasil dari pelaksanaan program, apa perubahan nyata yang dirasakan penerima manfaat dari pelaksanaan program dan berapa banyak orang yang merasakan pengaruhnya.

e. Kesinambungan (sustainability) adalah kesinambungan manfaat dari suatu program setelah bantuan program besar diselesaikan atau kemungkinan berlanjutnya manfaat dalam jangka panjang. Atau didefinisikan juga sebagai daya tahan manfaat-bersih (net benefit) terhadap risiko sepanjang waktu.

4. Desain Evaluasi

Desain evaluasi program (Carol Tayler Fitz Gibbon & Lynn Lyons Morris, 1987), suatu desain ialah rencana yang menunjukkan bila evaluasi akan dilakukan dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan selama proses evaluasi. Alasan utama memakai desain yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Semua orang yang terlibat dalam evaluasi adalah orang yang tepat, dilakukan pada waktu yang tepat, dan ditempat yang tepat seperti yang telah direncanakan.32

Pada dasarnya suatu desain ialah bagaimana mengumpulkan informasi yang komparatif sehingga hasil program yang dievaluasi dapat

      

32


(34)

21

dipakai untuk menilai manfaat dan besarnya program apakah akan diperlukan atau tidak.33

a. Desain dalam evaluasi sumatif.

Biasanya desain dihubungkan dengan evaluasi sumatif, evaluator sumatif diharapkan membuat kesimpulan umum, menyingkat dan membuat laporan tentang keberhasilan program. Karena laporan tersebut dapat mempengaruhi keputusan tentang masa depan program atau nasib orang lain, maka evaluator perlu mendukung penemuannya dengan data yang cukup terpercaya.

Biasanya desain dibuat sebagai metode untuk melakukan eksperimen ilmiah, metode dimana orang dapat membuat dampak secara logika pada hasil sesuatu perlakuan yang dibuatnya, misalnya evaluasi pendidikan dan perlakuannya. Evaluasi sumatif sebaiknya memakai eksperimen apabila meneliti program yang akan di evaluasi dengan hasil evaluasinya.

b. Desain dalam evaluasi formatif.

Menggunakan desain formatif dalam program berarti karyawan program akan berkesempatan melihat dengan seksama keefektifan program dan komponen yang ada didalamnya. Hal ini memungkinkan evaluator menjalankan fungsinya yang utama, menganjurkan orang-orang program mengamati terus-menerus dengan cermat kegiatan-kegiatan dalam program.

      

33


(35)

22

Dalam hal ini saya menggunakan desain evaluasi sumatif pada analisis program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis untuk menilai keberhasilan program apakah keluaran dan hasil bisa terealisasikan dan dapat dipertanggungjawabkan.

5. Indikator Evaluasi

Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukkan suatu keadaan.34

Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan, yaitu:35

a. Indikator ketersediaan. Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada, misalnya dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga. Maka perlu dicek (dilihat), apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada.

b. Indikator relevansi. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan dimana diperkenalkan kompor teknologi yang biasa

      

34

Suharto, Membangun Masyarakat, h. 126. 35


(36)

23

mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila dibandingkan dengan kompor biasa mereka gunakan.

c. Indikator efisiensi. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan, misalnya suatu layanan yang dijalankan dengan baik hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan 10 tenaga lapangan dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan terjadi adalah under employment (pengangguran terselubung).

d. Indikator keterjangkauan. Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya apakah puskesmas yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian warga desa mudah datang ke puskesmas.

Dari penjelasan di atas saya simpulkan bahwa dalam mengevaluasi program harus memilih pendekatan/desain untuk melakukan penilaian secara sistematis dan objektif terhadap pelaksanaan program.


(37)

24

B. Layanan Kesehatan

1. Pengertian Jasa, Layanan dan Pelayanan

Jasa dan layanan merupakan hal yang sama untuk lebih memperjelas berikut ini dipaparkan beberapa definisi jasa/layanan.

Pada bukunya Rambat Lupiyoadi mengutip definisi Lethtinen mengenai jasa adalah satu atau lebih rangkaian aktivitas pada interaksi antara seseorang atau peralatan fisik yang menyediakan kepuasan pelanggan.36 Moenir (2008) menjelaskan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung.37

Pelayanan yang dikatakan berwujud tersebut berarti bahwa pelayanan itu hanya dapat dirasakan, oleh sebab itu lebih jauh Normann (1991:14) memberikan karakteristik tentang pelayanan sebagai pelayanan merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat tidak dapat diraba, berbeda dengan barang produksi lain (barang jadi atau barang industri yang berwujud). Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya kejadian bersamaan dan terjadi di tempat yang sama.38

      

36

Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta; Salemba 4, 2006), hal. 5-6.

37

H. A. S Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1st ed), hal. 17.

38

Usep Mulyana, Manajemen Pelayanan Umum, artikel diakses pada 27 Maret 201 dari www.usepmulyana.files.wordpress.com/2009/02/mpu-kp-1.pdf.


(38)

25

2. Kesehatan

Definisi sehat dari Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) yaitu kesehatan bukan hanya bebas penyakit, melainkan mencakup kesejahteraan fisik, mental, sosial dan spiritual. Pemahaman tentang arti sehat ini sangat mempengaruhi bentuk perawatan, termasuk hubungan antara tenaga medis dengan pasien, tindak lanjut perawatan, usaha-usaha penunjang yang antara lain mencakup rehabilitasi, pencegahan dan diagnosa dini.39

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.40

Menurut undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan undang-undang no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran yaitu kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap

      

39

Mary Johnston, Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial dengan Klien Dalam Setting Rumah Sakit (Surakarta: Tim Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Orthopaedi dan Prothese, 1988), h. 6.

40

Wikipedia, Kesehatan, artikel diakses pada 16 April 2010 dari Kesehatan Menurut Undang-Undang - Tujuan Kesehatan Dalam Segala ...

 

www.wikipedia.id.org/wiki/Kesehatan.


(39)

26

orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.41

Sehingga dapat saya simpulkan, layanan kesehatan adalah proses pemenuhan kebutuhan penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

3. Ciri-ciri Jasa/Layanan

Ciri-ciri Jasa/layanan diantaranya:42 a. Tangible

Merupakan sarana dengan fasilitas yang dapat langsung dirasakan oleh penerimanya. Hal ini dapat dilihat dari:

1) Kebersihan, kerapihan, kenyamanan dan keamanan ruangan. 2) Penataan interior dan eksterior, termasuk didalamnya tempat

parkir baik yang berada didalam maupun yang diluar. 3) Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat medis. 4) Penampilan petugas yang bersih dan rapi.

b. Reliability

Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan handal. Hal ini dapat dilihat dari:

      

41

Wikipedia, Kesehatan. 42

Fajriyah Ch. Sudjudi, Pengaruh Layanan Kesehatan RS. Hospital Cinere Terhadap Loyalitas Konsumen, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2008).


(40)

27

1) Prosedur administrasi penerimaan, pendaftaran dan pembayaran pasien.

2) Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan pasien secara cepat dan tepat.

3) Jadwal pelayanan tepat, waktu pemeriksaan di rumah bersalin gratis dan pelayanan di bidang kesehatan.

4) Prosedur layanan tidak berbelit. c. Responsiveness

Kemampuan untuk memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat dan tepat. Hal ini dapat di lihat dari:

1) Dokter cepat tanggap dalam melayani keluhan pasien. 2) Perawat dan petugas lainnya cepat tanggap.

3) Petugas memberikan informasi yang jelas. 4) Tindakan diberikan secara cepat.

C. Kemiskinan

1. Definisi Miskin

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata “miskin” diartikan sebagai tidak berharta benda atau serba kekurangan (berpenghasilan rendah).43 Dari bahasa aslinya Arab kata miskin berasal dari kata sakana yang berarti diam atau tenang, tetap, dan statis. Al-Raghib al-Ashfahani

      

43

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, artikel diakses pada 29 April 2011 dari


(41)

28

mendefinisikan miskin adalah seorang yang tidak memiliki sesuatu apa pun.44

Imam Syafii berpendapat orang miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan tetap tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. K.H Ali Yafie menjelaskan bahwa orang miskin adalah orang memiliki harta atau memiliki pekerjaan atau memiliki keduanya, tetapi harta atau hasil dari pekerjaannya itu hanya mencukupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokoknya.45

Menurut sosiolog Soerjono Soekanto, kemiskinan merupakan suatu keadaan ketika seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisik dalam kelompoknya tersebut.46 Sedangkan menurut antropolog Parsudi Suparlan, masyarakat miskin adalah sekelompok manusia yang kehidupan serta pendapatan sehari-harinya tidak dapat memenuhi kebutuhan yang paling pokok sehingga kehidupan mereka serba kekurangan.47

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Sosial (Depsos) (2002:4) kemiskinan merupakan kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100

      

44

Asep Usman Ismail, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial: Perspektif al-Qur’an tentang Perlindungan terhadap Anak dan Fakir Miskin dalam Pengembangan Masyarakat

(Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006), h. 134. 45

Ibid., h. 136. 46

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), h. 349. 47

Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), h. 76.


(42)

29

kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.48

Sehingga dapat saya simpulkan orang miskin adalah seseorang yang tidak berharta benda, tidak memiliki pekerjaan tetap, dan penghasilannya itu tidak mencukupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokoknya.

2. Paradigma Kemiskinan

Ada dua teori dalam memandang kemiskinan:49

Pertama teori neo-liberal adalah kemiskinan absolut merupakan persoalan individual yang disebabkan oleh kelemahan-kelemahan dan pilihan-pilihan individu yang bersangkutan seperti lemahnya pengaturan pendapatan dan lemahnya kepribadian (malas, pasrah dan bodoh). Strategi penanggulangan kemiskinan dengan cara penyalurkan pendapatan terhadap orang miskin secara selektif dan memberikan pelatihan keterampilan pengelolaan keuangan melalui inisiatif masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Kedua teori demokrasi-sosial adalah kemiskinan relatif merupakan ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat tersumbatnya akses-akses kelompok tertentu terhadap berbagai sumber-sumber kemasyarakatan. Strategi penanggulangan kemiskinan dengan cara penyaluran pendapatan secara universal dan perubahan fundamental dalam pola-pola pendistribusian pendapatan melalui intervensi negara dan kebijakan sosial.

      

48

Suharto, Membangun Masyarakat, h. 133-134. 49


(43)

30

3. Ciri-ciri Kemiskinan

Kemiskinan mempunyai beberapa ciri diantaranya:50

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan).

b. Ketidakadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).

c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.

e. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.

f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

g. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar,

wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

      

50


(44)

31

4. Indikator Kemandirian Individu dan Komunitas

Indikator kemandirian individu dan komunitas merupakan indikator yang dibuat oleh Rumah Zakat untuk memberikan akses dan jaminan di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan kepada mustahik.

Tabel 2.

Indikator Kemandirian Individu dan Komunitas51

Aspek Individu Komunitas

Ekonomi -Fakir tidak berpenghasilan. -Miskin penghasilan $1.25

per jiwa/hari.

-Mandiri penghasilan lebih dari $ 1.25/jiwa per hari – 15% di atas nishab zakat. -Muzzaki lebih dari 15% di

atas nishab zakat.

Munculnya lembaga keuangan dengan alternatif lembaga formal (mis: Lembaga Keuangan Syari’ah) atau lembaga informal (mis: arisan).

Pendidikan -Terpenuhi pendidikan dasar.

-Mendapat vocational (non formal) training.

-Meningkatnya tingkat partisipasi warga binaan dalam pembiayaan pendidikan dasar di komunitas.

-Munculnya aktivitas pengembangan potensi anak (formal maupun non formal).

Kesehatan Implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga warga binaan.

Munculnya dan/atau meningkatnya kuantitas dan kualitas aktivitas usaha kesehatan berbasis

masyarakat yaitu posyandu, implementasi

PHBS di tatanan rumah tangga warga binaan, menurunnya angka kematian ibu dan anak warga binaan, dan aktivitas dan output program posyandu di wilayah pengembangan masyarakat terpadu.

      

51

Mengenal Lebih Dekat Rumah Zakat, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari


(45)

(46)

32


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah jenis penelitian metode evaluasi.

Metode evaluasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program atau untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan suatu program. Manfaat metode evaluasi adalah untuk memberikan rekomendasi pelaksanaan program yang lalu dan untuk memperbaiki pelaksanaan program yang akan dilaksanakan berikutnya.52

Jadi, metode evaluasi sangat dibutuhkan untuk menilai keberhasilan dan keefektifan pelaksanaan suatu program. Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini akan menggambarkan tentang evaluasi program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis bagi orang miskin di Jakarta Timur.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kualitatif.

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan

      

52

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 144.


(48)

33

pengukuran tingkatan (perhitungan atau angka) suatu ciri tertentu. Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.53

Sedangkan dalam penelitian sosial, dikenal adanya dua metodologi (proses, prinsip dan prosedur yang ditempuh seorang peneliti dalam mendekati permasalahan dan mencari jawabannya) yang dikenal dengan istilah kualitatif dan kuantitatif.54

Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.55

Menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun

      

53

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 2.

54

Monasse Mallo, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Penerbit Karunika, 1986), h. 31. 55


(49)

34

praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.56

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam Metode Penelitian Pendidikan mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif (kualitatif), dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.57

Dari penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat penelitian di Rumah Bersalin Gratiis yang beralamat di Jalan Pulo Asem Timur Raya No. 18, Jakarta Timur. Peneliti memilih

      

56

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h. 209.

57

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D


(50)

35

tempat penelitian tersebut dengan alasan lokasi tempat yang letaknya strategis dari rumah peneliti sehingga memudahkan dalam pengumpulan data lapangan, menghemat waktu dan dana dalam melakukan penelitian. Untuk tempat wawancara penulis melakukan di tempat yang berbeda yaitu rumah bersalin gratiis dan rumah anggota yang menerima layanan kesehatan secara gratis di daerah Jakarta Timur. Sedangkan waktu penelitian dimulai sejak tanggal 1 April 2011 dan penelitian ini akan berakhir pada tanggal 30 Mei 2011.

4. Pemilihan Subjek, Informan dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek adalah evaluasi program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis bagi orang miskin di Jakarta Timur. Untuk informan dalam penelitian adalah dokter, bidan dan pegawai rumah bersalin gratiis. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian adalah 5 (lima) orang anggota penerima manfaat layanan kesehatan secara gratis di Rumah Bersalin Gratiis.

B. Metode Penelitian

1. Teknik Pemilihan Informan dan Objek

Pemilihan informan bertujuan untuk mempermudah peneliti sehingga tidak perlu menjadikan keseluruhan populasi sebagai informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, orang tersebut harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.58

      

58


(51)

36

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, dalam memilih responden ini penulis menggunakan teknik nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh dan snowball.59

Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu:60

a. Emergent sampling design/sementara.

b. Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju. c. Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan

dengan kebutuhan.

d. Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.

Berikut ini tabel informan dan objek yang terpilih dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.

Tabel 3. Informan Penelitian

No Nama Jabatan Alasan Memilih

1) dr. Hilmi Sulaiman R

Kepala Cabang

Mengetahui keseluruhan program dan pelaksanaan layanan kesehatan rumah bersalin gratiis dengan dana ZIS.

      

59

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 122-123 60


(52)

37

2) Dwi Laksmi

General Administrasi

Mengetahui data anggota dan rutinitas layanan kesehatan rumah bersalin gratiis.

3) Nurzakiah Bidan Kriteria ibu hamil yang mendapat layanan bersalin gratis dan layanan pengobatan umum selama tiga tahun.

Tabel 4. Objek Penelitian No Nama Status

Pasien

Alasan Memilih 1) Ibu Dianti Anggota

tahun 2010

Anggota yang sedang berobat umum untuk anak kedua di rumah bersalin gratiis.

2) Ibu Marlina Anggota tahun 2010

Anggota yang sedang berobat umum untuk anak ketiga di rumah bersalin gratiis.

3) Ibu

Sitisa’diah

Anggota tahun 2010

Rujukan dari bidan yang lokasi rumahnya dekat dengan rumah bersalin gratiis dan peneliti. 4) Ibu

Triwiyanti

Anggota tahun 2010

Rujukan dari bidan karena kondisi ekonomi yang memprihatinkan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. 5) Ibu Caturwiyanti Anggota tahun 2007

Rujukan dari bidan untuk menilai perbedaan program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis tahun 2007 dengan 2011.

2. Instrumen dan Alat Bantu

Dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.61

Instrumen diperlukan untuk mengevaluasi program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis bagi orang miskin. Bentuk instrumen

      

61


(53)

38

adalah pertanyaan. Untuk itu dapat digunakan sebagai pedoman wawancara dan observasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi yaitu:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak.62

Menurut Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.63

Menurut Esterberg (2002) wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.64

      

62

Moleong, Metodologi Penelitian, h. 135. 63

Ibid., h. 135. 64

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: CV Alfabeta, 2008), h. 231.


(54)

39

Dalam wawancara penulis melakukan tanya jawab terhadap lima orang anggota, dokter, bidan dan pegawai rumah bersalin gratiis secara langsung.

b. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala penelitian.65

Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshall (1995) menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.66

Notoatmodjo mendefinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Rangsangan tadi setelah mengenai indra menimbulkan kesadaran untuk melakukan pengamatan. Dalam penelitian yang dimaksud pengamatan tidak hanya sekedar melihat saja melainkan juga perlu keaktifan untuk meresapi, mencermati, memaknai dan akhirnya mencatat.67

Dalam hal observasi penulis melakukan pengamatan dan pencatatan data dalam proses pelaksanaan program layanan kesehatan di Rumah Bersalin Gratiis pada tanggal 12 Mei 2011.

      

65

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 52.

66

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 226. 67

B Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), h. 141.


(55)

40

c. Dokumentasi

Guba dan Lincoln (1981:228) mendefinisikan dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.68

Dalam hal dokumentasi penulis pengumpulan berupa sub copy data asli tentang rumah bersalin gratiis dari data tulisan dan data gambar.

4. Sumber dan Data

Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau flim. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.69

Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat

      

68

Moleong, Metodologi Penelitian, h. 161. 69


(56)

41

dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.70

Sumber yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

a. Sumber primer adalah para anggota yang menerima manfaat layanan kesehatan secara gratis dan manajemen rumah bersalin gratiis.

b. Sumber sekunder adalah pencatatan dokumentasi dan observasi di rumah bersalin gratiis.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Relevansi yaitu need assessment, tujuan-visi-misi rumah bersalin gratiis, input (sumber daya manusia dan fasilitas) dan eksplorasi terkait konsistensi rumah bersalin gratiis dalam mencapai tujuan. b. Efektifitas yaitu target rumah bersalin gratiis, SOP, eksplorasi dan

observasi kondisi aktual.

c. Efisiensi yaitu output rumah bersalin gratiis (layanan, tindakan medis dan jumlah anggota) dan input (tenaga medis, waktu dan pendanaan).

d. Dampak yaitu program rumah bersalin gratiis, output program, analisa perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota.

e. Kesinambungan yaitu keterjaminan pendanaan, penerimaan masyarakat dan segenap stakeholder, evaluasi teknis dan kualitas, ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas, kebijakan publik di

      

70


(57)

42

sektor ekonomi, kesehatan dan politik yang mempengaruhi pelaksanaan program, respon dari masyarakat.

5. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data adalah proses mencari dan mengatur data secara sistematis transkrip interview, catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain yang didapatkan, yang kesemuanya itu dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti (terhadap suatu fenomena) dan membantu peneliti untuk menginterpretasikan penemuannya kepada orang lain.71 Didalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan bersamaan atau hampir bersamaan dengan pengumpulan data, berikut ini adalah prosedur analisis data penelitian kualitatif menurut Irawan yang digunakan dalam penelitian ini.72

a. Pengumpulan data mentah

Tahap pengumpulan data mentah dilakukan melalui wawancara, observasi lapangan dan kajian pustaka.

b. Transkrip data

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh dari pengumpulan data mentah diubah ke bentuk tertulis seperti yang diketik persis seperti apa adanya (verbatim).

c. Pembuatan koding

Pada tahap ini, bagian-bagian tertentu dari transkrip yang sudah dibuat sebelumnya, dimana merupakan hal-hal yang penting dan dapat menjadi kata kunci diberikan kode.

      

71

Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Depok: FISIP UI, 2006), h. 73.

72


(58)

43

d. Kategorisasi data

Yang dimaksud dengan kategorisasi data adalah peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan kategori.

e. Penyimpulan sementara

Sampai tahap ini, peneliti sudah boleh mengambil kesimpulan, meskipun masih bersifat sementara, dimana kesimpulan tersebut sepenuhnya harus berdasarkan data.

f. Penyimpulan akhir

Untuk sampai pada tahap ini, ada kemungkinan peneliti akan mengulangi langkah satu sampai langkah enam berkali-kali, sebelum peneliti mengambil kesimpulan akhir dan mengakhiri penelitiannya. Kesimpulan akhir diambil ketika peneliti sudah merasa bahwa data sudah jenuh (saturated) dan setiap penambahan data baru hanya berarti ketumpangtindihan (redundant).

Dari hasil analisis tersebut akan didapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian ini serta mampu memberikan penilaian layanan kesehatan rumah bersalin gratiis bagi orang miskin di Jakarta Timur.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik


(59)

44

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.73

a. Menurut Patton (1987:331) triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

b. Menurut Patton (1987:329) triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu:

1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.

      

73


(60)

45

2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

c. Triangulasi penyidik ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya.

d. Menurut Lincoln dan Guba (1981:307) triangulasi dengan teori berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Sedangkan menurut Patton (1987:327) berpendapat lain, yaitu bahwa triangulasi dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival expalanations).

7. Teknik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2007.74

      

74


(61)

46


(1)

Pulang dianter pake ambulance. Supir ambulance yang anter, saya mau kasih uang rokok buat ucapan terima kasih namun ditolaknya alasannya takut dosa. Mungkin karena saking tulusnya kali yah. Ya Allah saya baru heran dan nga percaya kok ada zaman sekarang persalinan sampe 100% gratis. Sampe-sampe kemarin saya nazar untuk ngasih parsel buah ke bidannya sebagai ucapan terima kasih.

Dapat makan, minum susu dan teh, obat, terus dapat tas bingkisan dari RBG diantar dengan Ambulance ke rumah.

g. Berapa kali anda, melakukan imunisasi untuk anak anda? Apa saja jenis imunisasinya? Apakah bidan/perawat memberitahu waktu imunisasi? Persalinan, Imunisasi lengkap, kemarin sih anak sunat dapat gratis di RBG. Karna kartu saya masa aktif sampai 5 tahun.

h. Apakah yang membedakan RBG dengan layanan kesehatan yang lain? Kalo ada uang untuk ongkos yah saya milih ke RBG karena meriksanya teliti dan lebih cocok aja dari segi obat. Kalo nga ada yang kepuskesmas aja dibelakang sini biayanya Rp.2000,-. Kalo persalinan pelayanannya bagus di RBG pasien ditangani terlebih dahulu baru administrasi beda banget sama RS. Persahabatan waktu melahirkan anak pertama administrasi dulu kelar baru deh ditangani pasiennya. Pegawai RBG ramah-ramah lain dengan kalo berobat ke lain tempat kadang pegawainya kurang ramah padahal kita dah bayar.

3. Indikator Impact/Dampak

a. Bagaimana perasaan ibu setelah mendapat layanan kesehatan gratis? Mendapat layanan kesehatan gratis sangat senang sekali. Menurut saya ni ya sangat menolong banget dan sangat membantu buat keluarga saya. Mendapat layanan kesehatan gratis aku merasa ditolong banget. b. Manfaat apa yang ibu rasakan tentang RBG?

Meringankan beban saya dalam pengobatan. Kalo selama ini sih pengobatan aja untuk pencegahan belum.


(2)

PROFIL LEMBAGA RUMAH ZAKAT

A. Nama Lembaga

Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf secara profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan, pembinaan komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran program unggulan.

Lembaga yang memulai kiprah sejak Mei 1998 di Bandung, awalnya bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ) dan mengalami perubahan nama menjadi Rumah Zakat semakin menguatkan eksistensinya sebagai lembaga amil zakat.

Legalitas formal mulai dari Akta Notaris No. 31 Tanggal 12 Juli 2001 oleh DR. Wiratni Ahmadi, SH; SK Menkeh Y.A. 7/37/22; LAZDA 451.12/Kep.478-Yansos/2002; LAZNAS Kep. Menag No. 157 Tahun 2003 direvisi LAZNAS menjadi No. 42 Tahun 2007; Dir. Sospol 280/LK-YAYAS/2000; Depag W.i/I/BA/03.2/4386/2000; Izin Domisili 19/DM/VIII/2001; NPWP 02.083.957.7-424.000; Keputusan Menkumham RI No. C-1490.HT.01.02.TH 2006 tercatat pada lembaran berita Negara RI No. 68 Tanggal 22-08-2003; Perubahan Akta Yayasan No. 01 Tanggal 05-02-2010 kini lembaga yang dipelopori oleh Ustadz Abu Syauqi dan tim namanya menjadi Rumah Zakat Indonesia.

B. Latar Belakang

Hingga awal 2006, Rumah Zakat Indonesia yang dipelopori oleh Ustadz Abu Syauqi dan tim, telah memiliki kantor pusat di Bandung dan 28 titik kantor pelayanan di 12 propinsi utama di Indonesia. Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzakki dan mustahiq. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya.


(3)

Harmoni ini semakin hangat dengan telah bergabungnya 28.220 donatur (per Agustus 2006).

Merekalah yang menjadi tiang penyangga lembaga, selain tentu dukungan doa anak yatim dan para mustahik yang menyuburkan gerakan sosial ini dilakukan. Selain menerima titipan zakat, infaq dan shadaqah, Rumah Zakat juga menjalankan beberapa program yaitu Senyum Juara (pendidikan), Senyum Sehat (kesehatan) dan Senyum Mandiri (kemandirian, kewirausahaan).

Rumah Zakat Indonesia telah hadir di 44 jaringan kantor di 38 kota besar dari Banda Aceh NAD hingga Jayapura, Papua. Dengan dukungan teknologi informasi, kini semua kantor (pusat-regional-cabang-kantor kas) telah terkoneksi secara online. Membuat pengelolaan lembaga lebih terintegrasi, transparan dan cepat. Dalam pengembangan keempat rumpun programnya Rumah Zakat Indonesia mengembangkan program pendampingan dan pemberdayaan intensif berbasis komunitas yang disebut Integrated Community Development (ICD) baik per kecamatan maupun kelurahan. Untuk setiap ICD dikelola oleh satu orang atau lebih Mustahik Relation Officer (MRO) yang tinggal di tengah-tengah masyarakat yang dibinanya sehingga pemantauan dan keberlangsungan program lebih terjaga.

Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzakki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya. Harmoni ini semakin hangat dengan dukungan para muzakki dan mitra lembaga. Merekalah yang menjadi tiang penyangga lembaga, selain tentu dukungan doa anak yatim dan para mustahik yang menyuburkan gerakan sosial ini dilakukan.

C. Tujuan Visi

Menjadi lembaga amil zakat bertaraf internasional yang unggul dan terpercaya.


(4)

Misi

- Membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara produktif.

- Menyempurnakan kualitas pelayanan masyarakat melalui keunggulan insani.

D. Brand Value Trusted

Menjalankan usaha dengan professional, transparan dan terpercaya. Progressive

Senantiasa berani melakukan inovasi dan edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih.

Humanitarian

Memfasilitasi segala upaya humanitarian dengan tulus secara universal pada seluruh umat manusia.

E. Lingkup Karya

ZIS Consultant Human Capital

Management

Program and Project Monev Report Management Volunteer Relationship

Management

Superinfak Consultant

Volunteer Rumah Juara Internet Marketing

International Philanthropy

Strategic Development Finance

Rumah Sehat Marketing

Management Inf. System Rumah Mandiri

Service Quality Management

F. Sumber Daya Optimalisasi

Jenis Jumlah Amil/SDM 405

Kantor Cabang dan Pusat 46

Donatur Aktif 84221

Penerima Manfaat 653462

Wilayah Integrated Comm. Dev (ICD) 121

Sekolah Juara 11

Rumah Bersalin Gratiis 7

Klinik Sehat 1

Layanan Bersalin Gratis 17

Armada Kesehatan dan Mobil Jenazah Gratiis 40


(5)

G. Program

PROGRAM RUMAH ZAKAT

SENYUM SEHAT - Rumah Bersalin

Gratiis.

- Layanan Bersalin Gratiis.

- Siaga Sehat. - Armada Sehat

Keluarga. - Ambulances

Ringankan Duka. - Siaga Gizi Balita. - Revitalisasi

Posyandu. - Program Khitanan SENYUM MANDIRI

- Kelompok Usaha Kecil Mandiri (KUKMI).

- Empowering Centre. - Sarana Usaha

Mandiri. - Water Well. - Pelatihan Skill dan

Pemberdayaan Potensi Lokal.

- Budidaya Agro. SENYUM JUARA

- SD Juara. - SMP Juara. - Beasiswa Ceria

SD-SMA.

- Beasiswa Mahasiswa. - Beasiswa Juara

SD-SMP. - Lab Juara. - Mobil Juara. - Gizi Sang Juara. - Kemah Juara.

SuperQurban Ramadhan

SEASONAL PROGRAM


(6)

H. Struktur Organisasi

DEWAN PEMBINA

H. Asep Lu'lu'iddin, S.Ag Muhammad Rachmadi

AUDITOR INDEPENDEN

KAP Bambang Mudjiono KAP Ahmad Toha KAP Kanaka Puradiredja

KONSORSIUM KONSULTAN AHLI

Konsultan Legal : Yayan Sutarna, SH., MH Konsultan Marketing : AM. Adhy Trisnanto Konsultan Pajak : Arif Muhlasin, Ak. BKP Konsultan Keuangan : Muhammad Sunusi, SE., Akt

Konsultan Pemberdayaan : Hendrati Dwi Mulyaningsih, SE., MM

DEWAN PENGURUS

Chief Executive Officer (CEO) : Rachmat Ari Kusumanto Chief Strategic Relationship Officer (CSRO) : Rachmat Noviar Bustari Chief Funding Officer (CFO) : Nur Efendi

Area Jakarta Raya dan Sumatera R.Herry Hermawan

Area Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua

Chief Operating Officer (COO) : Sri Nurmiyati Chief Program Officer (CPO) : Asep Mulyadi

DEWAN PENGAWAS SYARIAH

Kardita Kintabuwana, Lc., MA Referensi Syariah

Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc., MM

DEWAN PENGAWAS

Emryas Imsak Soelaiman

I. Penghargaan

1. Social Entreneurship Achievement 2010 dari majalah SWA. 2. LAZ terbaik 2010 Versi Majalah SWA.

3. IMZ AWARD 2010 kategori Best Fundraising Growth and Best Empowerment In Education Program