j. memiliki  kemampuan  dalam  menyelesaikan  konflik  masalah  baik
bersifat internal dalam diri sendiri maupun orang lain. k.
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Nurihsan  2003;9  menyatakan  tujuan  bimbingan  pada  akhirnya membantu individu dalam mencapai:
1. Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,
2. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,
3. Hidup bersama dengan individu-individu lain, dan
4. Harmoni  antara  cita-cita  mereka  dengan  kemampuan  yang
dimilikinya.
Dapat  disimpulkan  tujuan  bimbingan  pribadi  pribadi  sosial  yang  harus dikembangkan  dalam  program  layanan  bimbingan  dan  konseling  adalah
memfasilitasi  siswa  dalam  mengarahkan  pemantapan  kepribadian  serta mengembangkan  kemampuan  dalam  mengatasi  masalah-masalah  pribadi
dan sosial siswa.
4. Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial
Fungsi  dalam  bimbingan  pribadi-sosial  yang  diungkapkan  oleh  Totok Puspita, 2007:47-49, yaitu :
1. Berubah  menuju  pertumbuhan.  Pada  bimbingan  pribadi-sosial,
konselor  secaraberkesinambungan  memfasilitasi  individu  agar mampu menjadi agen perubahan agent of change bagi dirinya dan
lingkungannya.  Konselor  juga  berusaha  membantu  individu sedemikian  rupa  sehingga  individu  mampu  menggunakan  segala
sumber daya yang dimilikinya untuk berubah.
2. Pemahaman  diri  secara  penuh  dan  utuh.  Individu  memahami
kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan  tantangan  yang  ada  diluar  dirinya.  Pada  dasarnya  melalui
bimbingan  pribadi  sosial  diharapkan  individu  mampu  mencapai tingkat  kedewasaan  dan  kepribadian  yang  utuh  dan  penuh  seperti
yang  diharapkan,  sehingga  individu  tidak  memiliki  kepribadian yang  terpecah  lagi  dan  mampu  mengintegrasi  diri  dalam  segala
aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi dan seimbang. 3.
Belajar berkomunikasi  yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial dapat  berfungsi  sebagai  media  pelatihan  bagi  individu  untuk
berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya. 4.
Berlatih  tingkah  laku  baru  yang  lebih  sehat.  Bimbingan  pribadi- sosial  digunakan  sebagai  media  untuk  menciptakan  dan  berlatih
perilaku baru yang lebih sehat. 5.
Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui bimbingan  pribadi-sosial  diharapkan  individu  dapat  dengan
spontan,  kreatif,  dan  efektif  dalam  mengungkapkan  perasaan, keinginan, dan inspirasinya.
6. Individu  mampu  bertahan.  Melalui  bimbingan  pribadi-sosial
diharapkan  individu  dapat  bertahan  dengan  keadaan  masa  kini, dapat  menerima  keadaan  dengan  lapang  dada,  dan  mengatur
kembali kehidupannya dengan kondisi yang baru.
7. Menghilangkan  gejala-gejala  yang  disfungsional.  Konselor
membantu  individu  dalam  menghilangkan  atau  menyembuhkan gejala yang menggangu sebagai akibat dari krisis.
2. Bullying
a. Pengertian Bullying
Istilah  bullying  sulit  dicari  padanannya  dalam  bahasa  Indonesia. Masyarakat  Indonesia  sendiri  belum  begitu  akrab  dengan  istilah
bullying. Namun istilah bullying terkadang digunakan untuk bentuk- bentuk  perilaku  senioritas  yang  dilakukan  oleh  siswa  senior  kepada
juniornya seperti menghina, memukul, mengumpat, dan lain-lain. Randal  dalam  Parson,  2009:9  merumuskan  perilaku  bullying
sebagai  “perilaku  agresif  yang  muncul  dari  suatu  maksud  yang disengaja  untuk  mengakibatkan  tekanan  kepada  orang  lain  secara
fisik dan psikologis”.
Sedangkan Rigby dalam Astuti, 2008:3 mengemukakan bahwa:
“Bullying  adalah  sebuah  hasrat  untuk  menyakiti,  hasrat  ini diperlihatkan  ke  dalam  aksi,  menyebabkan  seseorang  menderita.
Aksi  ini  dilakukan  secara  langsung  oleh  seorang  atau  kelompok yang lebih kuat, tidak bertangung jawab, biasanya berulang-ulang,
dan dilakukan dengan perasaan senang”. Selain  itu,  Nusantara  2008:2  mengungkapkan  definisi  yang  tidak
jauh  berbeda  mengenai bullying,  “yaitu  sebuah  situasi  dimana
terjadinya penyalahgunaan kekuatankekuasaan yang dilakukan oleh seseorangsekelompok”.
Berdasarkan  pendapat  beberapa  definisi  di  atas  maka  dapat disimpulkan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan
secara langsung oleh seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat sehingga mengakibatkan tekanan kepada orang lain baik secara fisik
maupun psikologis. Pihak yang kuat di sini tidak hanya berarti kuat dalam  ukuran  fisik,  tapi  bisa  juga  kuat  secara  mental.  Korban
bullying  tidak  mampu  membela  atau  mempertahankan  dirinya karena  lemah  secara  fisik  atau  mental.  Selain  itu  yang  sangat
penting  diperhatikan  adalah  bukan  sekedar  tindakan  yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi korban.
b. Bentuk-bentuk Perilaku yang dikategorikan Bullying
Bullying  merupakan  tindakan  agresif  yang  bertujuan  untuk menyakiti  orang  lain  baik  sacara  fisik  maupun  psikis.  Pelaku  akan
menggunakan berbagai cara agar tujuannya itu tercapai. Oleh karena itu  ada  banyak  perilaku  yang  dapat  dikategorikan  pada  bullying,
begitu  luasnya  hingga  para  ahli  mengelompokkannya  dalam beberapa bagian.
Parson  2009:25  mengelompokkan  jenis-jenis  perilaku  bullying dalam  tiga  kelompok,  yaitu  “verbaltertulis,  fisik,  dan  sosial”.
Verbaltertulis  meliputi  perilaku  mengatai,  ledekan,  menakut-nakuti lewat  email,  dan  sms  yang  menyakitkan.  Fisik  meliputi  perilaku
yang  termasuk  yaitu  memukul,  menendang,  menginjak,  menyerang, mengancam dengan kekerasan dan paksaan. Sosial meliputi perilaku