i. Bahan-bahan yang member petunjuk-petunjuk maupun penjelasan
terhadap hukum primer dan sekunder. ii.
Bahan-bahan primer, sekunder dan tertier diluar bidang hukum seperti kamus, ensiklopedia, majalah, Koran, makalah, dan
sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan.
d. Analisis Data
Analisis data dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis data yang secara jelas serta diuraikan ke dalam bentuk kalimat
sehingga dapat diperoleh gambaran jelas yang berhubungan dengan skripsi ini. Data dalam skripsi ini merupakan hasil wawancara kepada pihak pegawai bagian
pengadaan tanah BadanPertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang dan masyarakat jalan arteri bandara kualanamu.
1.6. Tinjauan Kepustakaan a. Konsepsi Mengenai Tanah
Tanah merupakan salah satu komponen hak asasi manusia, maka setiap orang harus diberi hak dan akses untuk memperoleh, memanfaatkan, dan mempertahankan bidang tanah
yang sudah atau yang akan dipunyainya. Sebagai hak dasar, hak atas tanah sangat berarti bagi eksietensi seseorang, kebebasan dan harkat dirinya sebagai manusia, sehingga pemenuhannya
harus selalu diupayakan, Setiap kebijakan dan tindakan pemerintah yang bermaksud untuk mengurangi dan meniadakan hak atas tanah dan hak-hak lain yang ada di atasnyamilik warga
masyarakat, akan mempengaruhi terhadap keberadaan dan keutuhan HAM.
11
Diatas sebidang tanah, manusia juga dapat membangun jalan, jembatan, dan kepentingan umum lainnya. Mengingat sangat terbatasnya kemampuan lahan menyediakan
11
Ibid, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
tata ruang, kebutuhan akan lahan ini dapat menimbulkan pembenturan kepentingan berbagai pihak, baik dalam hal kepemilikan maupun peruntukkannya. Masalah pencabutan,
pembebasan, dan pelepasan hak atas tanah sering menimbulkan persoalan yang kontroversial, dimana kebutuhan tanah, baik untuk pembangunan yang dilakukan pemerintah maupun
swasta terus meningkat, sedangkan persediaan tanah menjadi komoditas ekonomi yang tinggi sehingga nilai tukar tanah cenderung naik sesuai dengan permintaan pasar.
Di Indonesia, pengertian tanah dipakai dalam arti juridis sebagai suatu pengertian yang dibatasi dalam UUPA, yakni tanah hanya merupakan permukaan bumi saja. Dengan
demikian, jelas tanah dalam pengertian juridis adalah permukaan bumi Pasal 4 ayat 1. Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu dari permukaan bumi yang
memiliki batas dan dimensi. Jadi, tanah yang diberikan dengan hak-haknya tersebut penggunaannya hanya terbatas pada permukaan bumi saja.
Oleh karena itu,dalam pasal 4 ayat 2 UUPA dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya memberikan wewenang untuk menggunakan sebagian tertentu permukaan bumi
yang bersangkutan yang disebut tanah, tetapi juga tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang angkasa.
12
Dalam hal penyediaan tanah untuk kepentingan umum atau pembangunan, akan dialami kesulitan dalam mengejar lajunya pertumbuhan harga tanah tersebut.
Maka yang mempunyai hak-hak atas tanah tersebut adalah tanahnya sendiri.
13
12
Republik Indonesia, Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Bab 1, Pasal 4.
13
Syaffruddin Kalo, Loc cit.
Pada umumnya diperlukan proyek untuk pembangunan yang sudah dimiliki hak nya masing-
masing oleh masyarakat yang melakukan penguasaan tanah tanpa hak, dengan berbagai macam alas hak secara yuridis. Namun demikian, banyak pula warga masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
melakukan penguasaan tanah secara tanpa hak, baik untuk mendirikan pemukiman maupun untuk menggarap tanah tersebut sebagai tanah pertanian. Mereka ini melakukan tindakan
melawan hukum, akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak yang dibiarkan melakukannya secara bebas. Misalnya, di Sumatera Utara adalah penggarap-penggarap di
atas tanah perkebunan. Persoalannya baru timbul bilamana pihak penguasa ingin memerlukab tanah untuk suatu keperluan pembangunan ekonomi, di areal yang ditempati secara liar oleh
masyarakat. Maka para penghuni liar tersebut bisa juga menuntut hak sebagaimana selayaknya seorang pemegang hak atas tanah, walaupun sebenarnya ia tidak berhak karena
persoalan tanah bukan hanya sekedar persoalan hukum, akan tetapi merupakan suatu persoalan multidimensi, dan satu dianataranya “dimensi kemanusiaan” maka untuk
menyelesaikan persoalan ini, aspek manusia perlu untuk diperhatikan dan diperhitungkan.
b. Pengertian Pengadaan Hak Atas Tanah