Keputusan Panitia, Keputusan Gubernur Dan Usul Pencabutan Hak.

100

2. Keputusan Panitia, Keputusan Gubernur Dan Usul Pencabutan Hak.

Penyelesaian ketidaksepakatan mengenai ganti-rugi menurut Perpres No.36Tahun 2005 jo Perpres No.65Tahun 2006 pada dasarnya dilakukan dengan 3 tiga tahap, yakni: melalui keputusan Panitia, keputusan Gubernur dan Usul Pencabutan Hak. Adapun ketentuan Pasal 18 Perpres No. 36 tahun 2005 menyebutkan: 107 “Permintaan untuk melakukan pencabutan hak atas tanah tersebut disampaikan kepada Ayat 1 “Apabila upaya penyelesaian yang ditempuh BupatiWalikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri tetap tidak diterima oleh pemegang hak atas tanah dan lokasi pembangunan yang bersangkutan tidak dapat dipindahkan, maka BupatiWalikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri sesuai kewenangan mengajukan usul penyelesaian dengan cara pencabutan hak atas tanah berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya”: Ayat 2 “Usul penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan oleh BupatiWalikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri sesuai kewenangan kepada Kepala Badan Pertanahan NasionaI dengan tembusan kepada menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia”; Ayat 3 “Setelah menerima usul penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, Kepala Badan Pertanahan Nasional berkonsultasi dengan menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia”; Ayat 4 107 Republik Indonesia, Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 18. Universitas Sumatera Utara 101 Presiden oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional yang ditandatangani oleh menteri dari instansi yang memerlukan tanah, dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia”. Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimanakah hukumnya kalau mereka tidak mau menerima, tetapi tidak mengajukan keberatan? Apakah dengan keadaan yang demikian mereka dianggap menerima keputusan Panitia? Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah, pemilik bangunan, tanaman danatau benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan, yang tidak mengambil ganti-rugi setelah diberitahukan secara tertulis oleh Panitia sampai 3 tiga kali tentang Keputusan Panitia dianggap keberatan terhadap keputusan tersebut. Apabila menerima keberatan yang dinyatakan secara tegas oleh pihak yang tidak menyetujui ganti-rugi atau laporan keberatan bagi pihak yang hanya menolak saja, Gubernur meminta pertimbangan Panitia Pengadaan Tanah. Sebelum Panitia Pengadaan Tanah mengajukan usul penyelesaian terhadap keberatan atas keputusan Panitia, maka Panitia Pengadaan Tanah Propinsi meminta penjelasan kepada Panitia mengenai proses pelaksanaan pengadaan tanah terutama mengenai bentuk dan besarnya ganti-rugi dan bilamana dianggap perlu dapat melakukan penelitian ke lapangan. 108 Kemudian para pihak yang tidak menyetujui keputusan Panitia, menyampaikan pendapatnya secara tertulis kepada Gubernur mengenai keputusan yang mengukuhkan atau mengubah keputusan Panitia tersebut. Dan apabila masih terdapat pemegang hak atas tanah, pemilik bangunan, tanaman dan atau benda-benda lain yang keberatan terhadap 108 httpwww1.pu.go.iduploadsberitappw190906gt.html,diakses pada tanggal 21 Januari 2015, pukul 21.32 WIB. Universitas Sumatera Utara 102 keputusan Gubernur itu, instansi Pemerintah yang memerlukan tanah melaporkan keberatan tersebut dan meminta petunjuk mengenai kelanjutan rencana pembangunan kepada pimpinan DepartemenLembaga Pemerintah Non Departemen yang membawahinya. Tentunya, pimpinan DepartemenLembaga Pemerintah Non Departemen yang membawahi instansi Pemerintah yang membutuhkan tanah segera memberikan tanggapan tertulis mengenai bentuk dan besarnya ganti-rugi tersebut serta mengirimkannya kepada instansi Pemerintah yang memerlukan tanah, dengan tembusan kepada Gubernur yang bersangkutan. Apabila pimpinan DepartemenLembaga Non Departemen dari instansi Pemerintah yang memerlukan tanah menyetujui permintaan pemegang hak atas tanah, pemilik bangunan, tanaman danatau benda- benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan, Gubernur mengeluarkan keputusan mengenai revisi bentuk dan besarnya ganti-rugi sesuai kesediaan atau persetujuan tersebut. Dengan demikian, ada 2 dua keputusan Gubernur tentang penyelesaian keberatan mengenai ganti-rugi yang diputuskan Panitia yakni: 1. Keputusan yang mengukuhkan atau mengubah keputusan Panitia; 2. Keputusan mengenai revisi bentuk dan besarnya ganti-rugi sesuai dengan kesediaan atau persetujuan pimpinan DepartemenLembaga Pemerintah Non Departemen yang membawahi instansi Pemerintah yang memerlukan tanah. 3. Peran Pengadilan dalam Konsinyasi Ganti Rugi Atas Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu. Mekanisme musyawarah yang seharusnya menjadi sarana untuk mencari jalan tengah dalam menentukan besarnya ganti rugi seringkali tidak mencapai kata sepakat. Oleh karenanya dengan alasan kepentingan umum, maka pemerintah melalui panitia pengadaan tanah dapat menentukan secara sepihak besarnya ganti rugi dan kemudian Universitas Sumatera Utara 103 menitipkannya ke pengadilan negeri setempat melalui prosedur konsinyasi. Hal itulah yang kemudian menjadi permasalahan, bahwa konsinyasi yang diterapkan dalam Perpres ini berbeda dengan konsinyasi yang diatur dalam KUH Perdata, yaitu konsinyasi dapat dilakukan jika sebelumnya terdapat hubungan hukum antara para pihak. Secara teknis terjadi penolakan atas bentuk dan besaran ganti rugi dalam proses pengadaan tanah jalan arteri bandara kualamau, maka pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri Lubuk Pakam dalam waktu paling lama 14 hari kerja setelah ditandatangani berita acara hasil musyawarah. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 73 ayat 1 Perpres No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Dalam ayat 2 pasal tersebut diterangkan selanjutnya bahwa Pengadilan Negeri berhak memutus bentuk danatau besarnya ganti kerugian dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak diterimanya pengajuan keberatan. 109

4. Proses Eksekusi Tanah dalam Pengadaan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

4 48 131

SKRIPSI KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI TANAH PERTANIAN YANG BERASAL DARI TANAH ABSENTEE DI KABUPATEN BANTUL.

0 4 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 1 7

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 26

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 26

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 4

Tinjauan Yuridis Terhadap Aspek Kepastian Hukum Dalam Proses Pendaftaran Tanah

0 3 5

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 28

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 20