Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

3. Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 1512 Tahun 2007 tentang Penerapan Lokasi dan Luas Tanah untuk Kepentingan Pemangunan Jalan Arteri Akses Bandara Kuala Namu seluas ± 25 Ha yan terletak di Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. 4. Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 726 Tahun 2008 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Dei Serdang bagi Pelaksanaan Jalan Arteri Akses Bandara Kuala Namu seluas ± 25 Ha terletak di Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis dan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Dalam pelaksanaannya, tidak semua peraturan hukum tersebut diterapkan sesuai dengan yang tertulis. Banyak kendala-kendala yang menjadi faktor penghambat dalam penerapan peraturan tersebut.

a. Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Undang-undang No. 5 Tahun 1960 memberikan pengakuan kepada individu untuk berkedudukan sebagai subyek hak atas tanah. Individu atau perorangan dimungkinkan untuk memperoleh atau mendapatkan hak atas tanah. Hak atas tanah tersebut tidak bersifat absolut, tetapi mempunyai fungsi sosial, seperti yang disebutkan dalam Pasal 6 UUPA. Menurut Penjelasan Umum Angka II Nomor 4 UUPA disebutkan bahwa fungsi sosial dari hak atas tanah mempunyai arti sebagai berikut : 95 4. penggunaannya tidak saja bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan 1. tidak dibenarkan bahwa tanahnya akan dipergunakan tidak dipergunakan semata- mata untuk kepentingan pribadinya; 2. penggunaannya tidak boleh menimbulkan kerugian bagi masyarakat; 3. penggunaannya harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari haknya; dan 95 Penjelasan Umum Angka II Nomor 4 UUPA Universitas Sumatera Utara pemegang haknya, tapi juga bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Jika kemudian hak atas tanah tersebut dihadapkan dengan kepentingan masyarakat atau kepentingan umum, maka hak atas tanah perorangan tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja tapi harus mendapatkan ganti rugi. Sejalan dengan itu, Perpres No. 65 Tahun 2006 jo Perpres No. 36 Tahun 2005 menentukan bahwa pengadaan tanah dilakukan dengan mendasarkan prinsip penghormatan pada hak atas tanah. Prinsip penghormatan tersebut dilakukan dengan memberikan pengaturan pada bentuk dan besar ganti rugi serta prosedur atau musyawarah dalam menentukan bentuk dan besar ganti rugi. Ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 2 Tahun 2012 adalah: penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Ganti kerugian dimaksud diberikan berdasarkan ketentuan Pasal 33, Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian dalam pasal 33 UU Nomor 2 Tahun 2012 dilakukan bidang per bidang tanah, meliputi : 96 Perbandingan dengan ketentuan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang hal yang sama seperti bentuk-bentuk ganti kerugian yang dapat diberikan dalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun a. tanah; b. ruang atas tanah dan bawah tanah; c. bangunan; d. tanaman; e. benda yang berkaitan dengan tanah; f. kerugian lain yang dapat dinilai 96 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Bab 4, Pasal 33. Universitas Sumatera Utara 2006 adalah sebagai berikut : 97 Mengingat ganti rugi itu selalu dalam bentuk uang, kiranya dalam proses musyawarah perlu disampaikan pada mereka yang terkena proyek pengadaan tanah untuk dapat memilih dan menyepakati macam-macam bentuk ganti rugi yang ditawarkan. Jika pilihan bentuk ganti rugi tersebut jatuh pada ganti rugi berupa uang. Besarnya uang ganti rugi akan didasarkan pada penilaian. Pasal 15 Perpres No. 65 Tahun 2006 menentukan bahwa dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan pada : a. Dalam bentuk uang; danatau b. tanah pengganti; danatau c. pemukiman kembali danatau d. Gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana yang di maksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c. e. bentuk lain yang disetujui oleh pihak- pihak yang bersangkutan, sementara itu, dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, tidak senantiasa berjalan lancar terutama yang berkaitan dengan penentuan bentuk maupun jumlah ganti kerugian. 98 1. Nilai Jual Obyek Pajak NJOP atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak tahun berjalan berdasarkan penilaian LembagaTim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh Panitia; 2. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan; 3. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian. 97 Republik Indonesia, Perpres 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan untuk Kepentingan Umum, Pasal 13. 98 Republik Indonesia, Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan untuk Kepentingan Umum Universitas Sumatera Utara 90 Dari ketentuan tersebut dapat dinyatakan bahwa peran dari LembagaTim Penilai Harga Tanah hanya bertugas khusus terhadap tanah saja, sedangkan untuk bangunan dan tanaman, penilaiannya melalui penaksiran dari perangkat daerah yang terkait. Lembaga Penilai Harga Tanah seharusnya merupakan lembaga yang independen serta memiliki kompetensi di bidangnya, dan menurut Pasal 25 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 harus mendapat lisensi dari Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Mengingat Lembaga Penilai tersebut tidak selalu ada pada setiap daerah, maka daerah- daerah yang belum memiliki Lembaga Penilai, penilaian harga tanah dilakukan oleh Tim Penilai Harga Tanah. Keanggotaan Tim Penilai Harga Tanah menurut Pasal 26 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 terdiri dari : 99 Tugas dari Tim ini menurut Pasal 28 ayat 2 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 adalah melakukan penilaian harga tanah berdasarkan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, dan dapat berpedoman pada variabel-variabel sebagai berikut : 1. unsur instansi yang membidangi bangunan dan atau tanaman; 2. unsur instansi pemerintah pusat yang membidangi pertanahan nasional; 3. unsur instansi Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; 4. ahli atau orang yang berpengalaman sebagai penilai harga tanah; 5. akademisi yang mampu menilai harga tanah dan atau bangunan dan atau tanaman dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah; serta tidak menutup kemungkinan apabila diperlukan ditambah unsur Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. 100 99 Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007, Pasal 26 ayat 2 100 Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007, Pasal 28 ayat 2 1. lokasi dan letak tanah Universitas Sumatera Utara 91 2. status tanah; 3. peruntukan tanah; 4. kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada; 5. sarana dan prasarana yang tersedia; dan 6. faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah. Hasil penilaian dari Tim Penilai Harga Tanah ini diserahkan pada Panitia Pengadaan Tanah untuk digunakan sebagai dasar musyawarah antara instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemilik tanah. Dengan demikian, hasil penilaian dari tim penilai tersebut hanya berkedudukan sebagai pedoman semata dan tidak mempunyai kekuatan mengikat kepada para pihak instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dan pemilik tanah. Hasil dari tim penilai baru mempunyai kekuatan mengikat para pihak kalau para pihak sudah menyepakati dalam proses musyawarah yang difasilitasi dan dipimpin oleh Panitia Pengadaan Tanah. Kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi yang dihasilkan dalam musyawarah ini yang dipergunakan sebagai dasar dan pedoman dalam pelaksanaan pembayaran ganti rugi. Musyawarah dianggap telah mencapai kesepakatan, menurut Pasal 34 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007 jika paling sedikit 75 tujuhpuluh lima persen dari luas tanah yang diperlukan pembangunan telah diperoleh atau jumlah pemilik tanah telah menyetujui bentuk danatau besarnya ganti rugi. Untuk pemilik tanah yang belum menyepakati, Panitia Pengadaan Tanah mengupayakan musyawarah kembali sampai tercapai kesepakatan mengenai bentuk danatau besarnya ganti rugi. 101 101 Republik Indonesia , Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007, Pasal 34 Jika dalam pelaksanaan pemberian ganti rugi yang telah disepakati tadi, ternyata kemudian sebagian dari pemilik tanahnya tidak diketemukan, maka ganti rugi yang menjadi hak orang tersebut Universitas Sumatera Utara 92 dititipkan konsinyasi di Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.

b. Perlindungan Hukum dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

4 48 131

SKRIPSI KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI TANAH PERTANIAN YANG BERASAL DARI TANAH ABSENTEE DI KABUPATEN BANTUL.

0 4 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 1 7

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 26

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 26

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 4

Tinjauan Yuridis Terhadap Aspek Kepastian Hukum Dalam Proses Pendaftaran Tanah

0 3 5

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 28

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 20