92
dititipkan konsinyasi di Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.
b. Perlindungan Hukum dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
Hukum tanah nasional memberikan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah bahwa penggunaan dan pengawasan tanah oleh siapapun dan untuk apapun harus
dilandasi dengan hak atas tanah yang disediakan oleh hukum pertanahan nasional. Penguasaan dan penggunana tanah dilindungi hukum terhadap gangguan-gangguan pihak
manapun, baik sesama anggota masyarakat maupun pihak penguasa sekalipun, jika gangguan tersebut tidak berdasarkan landasan hukum. Dengan kata lain, apabila tanah dikuasai oleh
pemegang hak secara sah, jika diperlukan untuk pembangunan harus didahului dengan musyawarah terlebih dahulu. Apabila musyawarah tidak mencapai kesepakatan maka proyek
tersebut tidak boleh dipaksakan dan dilaksanakan di lokasi tersebut. akan tetapi kalau proyek tesebut bersangkutan dengan kepentingan umum, maka menurut peraturan perundang-
undangan dapat dilaksanakan pencabutan hak, dengan tetap memperhatikan prinsip penghormatan pada pemilik hak atas tanah.
102
Perlindungan hukum terhadap masyarakat dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 yang semula dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang ketentuan-ketentuan mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah, yang telah dirubah oleh Peraturan Presiden Nomor
36 Tahun 2005 juncto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 junto UU Nomor 2 Tahun 2012. Perubahan ini meliputi arti kepentingan umum, pengertian hak atas anti kerugian.
Perubahan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tersebut adalah perubahan
102
Kumpulan Tulisan dalam rangka memperingati 60 tahun Prof. Arief Sukanti Hutagalung. Pergulatan Pemikiran dan aneka gagasan seputar hukum tanah nasional Suatu Pendekatan
MultidisipinerBadan Penerbit FHUI, Depok, 2011, hlm 171.
Universitas Sumatera Utara
93
penyempurnaan substansi. Perubahan dan penyempurnaan tersebut bertujuan untuk mencapai hal-hal yang lebih baik dari yang diatur sebelumnya, dalam arti, paling tidak diharapkan
dapat lebih menjamim keadilan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait, dalampembangunan infrastruktur, dan menyempurnakan landasan filosofi yang terdapat
dalam suatu Undang-Undang. Untuk kebersamaan tersebut dalam pasal 6 UUPA tentang fungsi sosial,dimana
kepentingan bersama harus didahulukan. Kepentingan perseorangan harus tunduk pada kepentingan umum dan dapat menjamim keadilan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak
yang terkait. UU tentang HAM Nomor 39 Tahun 2009 menyebutkan bahwa HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati, universal melekat pada diri manusia dan harus
dihormati, dipertahankan, tidak boleh diabaikan.
103
Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindari. Semakin maju masyarakat, maka semakin banyak diperlukan tanah
untuk kepentingan umum. Sebagai konsekuensi dari kemajuan masyarakat tersebut, jika hak Dalam perubahan kedua UUD 1945, dimuat dalam Bab XA tentang HAM, pasal 28 H
Ayat 4. Secara implisit UUD 1945 mengakui eksistensi hak milik sebagaihal yang bersifat asasi. Hal yang bersifat asasi, yaitu hak yang harus ada pada setiap orang untuk hidup secara
wajar sebagai individu yang sekaligus juga sebagai anggota masyarakat, selaras dengan harkat dan martabatnya sebagai pribadi yang terhormat. Demikian hak yang bersifat asasi ini
ialah hak yang dipunyai setiap orang yang pada hakikatnya tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun dengan alas an apapun, selama orang tersebut tidak menyalahgunakan haknya atau
berbuat sesuatu yang membahayakan atau merugikan orang lain.
103
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
94
milik individu berhadapan dengan kepentingan umum maka kepentingan umum yang harus didahulukan. Dua pihak yang terlibat, yaitu pemerintah dan masyarakat harus sama-sama
memperhatikan dan menaati ketentuan yang berlaku tentang pengadaan tanah untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum agar tidak terjadi konflik atau sengketa
di bidang pertanahan. Konflik pengadaan tanah juga terjadi antara pemrintah dan rakyat, antara rakyat
dengan swasta yang membutuhkan tanah, disebabkan adanya kurangnya koordinasi antara instansi yang terkait di bidang pertanahan. Misalnya, tidak ada sinkronisasi antar suatu sektor
dengan sektor lainnya. Banyak sekali peraturan-peraturan yang tidak berjalan,atau saling bertabrakan dengan peraturan lannya. Peraturan hukum mengenai pencabutan, pembebasan
atau pelepasan hak-hak atas tanah untuk keperluan pemerintah maupun swasta dalam praktik, pelaksanaan oeraturan tersebut belum berjalan sesuai dengan isi dan jiwa dari ketentuan-
ketentuannya. Sehingga pada stau pihak timbul kesan seakan-akan hak dan kepentingan rakyat pemilik tanah tidak mendapat perlindungan hukum.
Untuk upaya hukum dalam memberikan perlindungan terhadap konflik pengadaan tanah, maka dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum diatur mengenai penolakan dari pihak yang berhak terhadap penetapan lokasi pembangunan dimana pihak yang berhak dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Sedangkan dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk danatau besarnya ganti kerugian, pemegang hak
atas tanah yang tidak menerima keputusan panitia Pengadaan tanah mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi berdasarkan ketentuan Pasal 73 Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri setempat.
Universitas Sumatera Utara
95
4.3. Data Yuridis Proses Pelaksanaan Pengadaan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu