melakukan penguasaan tanah secara tanpa hak, baik untuk mendirikan pemukiman maupun untuk menggarap tanah tersebut sebagai tanah pertanian. Mereka ini melakukan tindakan
melawan hukum, akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak yang dibiarkan melakukannya secara bebas. Misalnya, di Sumatera Utara adalah penggarap-penggarap di
atas tanah perkebunan. Persoalannya baru timbul bilamana pihak penguasa ingin memerlukab tanah untuk suatu keperluan pembangunan ekonomi, di areal yang ditempati secara liar oleh
masyarakat. Maka para penghuni liar tersebut bisa juga menuntut hak sebagaimana selayaknya seorang pemegang hak atas tanah, walaupun sebenarnya ia tidak berhak karena
persoalan tanah bukan hanya sekedar persoalan hukum, akan tetapi merupakan suatu persoalan multidimensi, dan satu dianataranya “dimensi kemanusiaan” maka untuk
menyelesaikan persoalan ini, aspek manusia perlu untuk diperhatikan dan diperhitungkan.
b. Pengertian Pengadaan Hak Atas Tanah
Dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 dan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, pengadaan hak atas Tanah
adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar
musyawarah. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah
tersebut.
14
Di dalam mengenai besarnya ganti rugi, Panitia Pembebasan Tanah harus mengadakan musyawarah dengan para pemilikpemegang hak atas tanah danatau benda
tanaman yang ada di atasnya berdasarkan harga umum. Panitia Pembebasan Tanah berusaha agar dalam menentukan besamya ganti rugi terdapat kata sepakat di antara para anggota
14
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan, Bab 1, Pasal 1 angka 3.
Universitas Sumatera Utara
Panitia dengan memperhatikan kehendak dari para pemegang hak atas tanah. Jika terdapat perbedaan taksiran ganti rugi di antara para anggota Panitia itu, maka yang dipergunakan
adalah harga rata-rata dari taksiran masing- masing anggota. Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan setelah mempertimbangkan dari segala segi, dapat mengambil keputusan yang
bersifat mengukuhkan putusan Panitia Pembebasan Tanah atau menentukan lain yang ujudnya mencari jalan tengah yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
c. Konsepsi Kepentingan Umum
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum ini diatur bahwa kepentingan umum adalah
kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Lebih lanjut, dalam Pasal 10 diatur
mengenai jenis pembangunan yang dapat dikategorikan sebagai Kepentingan Umum, yaitu:
15
1. pertahanan dan keamanan nasional;
2. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan
fasilitas operasi kereta api; 3.
waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;
4. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
5. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
6. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;
7. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;
8. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
9. rumah sakit PemerintahPemerintah Daerah;
15
Republik
Indonesia, UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepntingan Umum C.1 Jakarta, Sekretariat Negara, Bab 4, Pasal 10.
Universitas Sumatera Utara
10. fasilitas keselamatan umum;
11. tempat pemakaman umum PemerintahPemerintah Daerah;
12. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;
13. cagar alam dan cagar budaya;
14. PemerintahPemerintah Daerahdesa;
15. penataan permukiman kumuh perkotaan danatau konsolidasi tanah, serta
perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa; 16.
prasarana pendidikan atau sekolah PemerintahPemerintah Daerah; 17.
prasarana olahraga PemerintahPemerintah Daerah; dan 18.
pasar umum dan lapangan parkir umum. Menurut UU Nomor 2 Tahun 2012 menjelaskan Kepentingan Umum adalah
kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
16
Karena kegiatan tersebut mempunyai sifat kepentingan umum, maka juga menyangkut kepentingan masyarakat,
bangsa, dan Negara untuk pembangunan.
17
Kepentingan bangsa dan negara, setidaknya memberikan penjelasan dari UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, tercantum dalam Penjelasan
Umum butir 2 menyebutkan bahwa Negarapemerintah bukanlah subjek yang dapat mempunyai hak milik, demikian pula tidak dapat sebagai subjek jual-beli dengan pihak lain
untuk kepentingannya sendiri. Dalam arti bahwa Negara tidak dapat berkedudukan sebagaimana individu. Menurut Prof. Dr. M. Yamin, bahwa Negara sebagai organisasi
kekuasaan dalam tingkatan-tingkatan tertinggu diberi kekuasaan sebagai badan penguasa
16
Ibid, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
17
Abdurrahman, Opcit, hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
untuk menguasai bumi, air, dan ruang angkasa dalam arti bukan memiliki. Dengan demikian,Negara hanya diberi hak untuk mengiasai danmengatur dalam rangka kepentingan
kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
18
1.7. Keaslian Penulisan