9.50 KESIMPULAN KENDALA-KENDALA DALAM PELAKSANAAN

98 mengkonsinyiasik an Uang Ganti Rugi di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam 4 MisniMiswa n 217 47.740. 00 217.000. 000 112.13 9.256 300.000. 000 744. 500 - Ganti rugi dinilai belum diambil Pemilik menolak besaran nilai ganti rugi, P2T dan Satker UPTD Medan telah mengkonsinyiasik an uang gani rugi di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. 5 Tidak Diketahui Pemiliknya 102 22.440. 000 - - - - Ganti rugi belum diambil pemilik lahan tidak diketahui dimana keberadaannya namun lahan telah dikerjakan, P2T dan Satker UPTD Medan telah mengkonsinyiasik an uang ganti rugi di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. JUMLAH 1.375 303.500. 000 - 339.02 0.665 -

2.70 9.50

- Rp. 645. 230.165

4.4. Upaya Pemerintah dan Masyarakat dalam Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan

Pengadaan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu a. Upaya Pemerintah dalam Penyelesaian Sengketa Pengadaan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu. Pemerintah Daerah, baik di tingkat Provinsi dan Kabupaten dalam mengimplementasikan kebijakan pembebasan tanah warga untuk pembangunan Universitas Sumatera Utara 99 kepentingan umum berdasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006. 106

1. Musyawarah dengan Masyarakat dalam Penetepan Ganti Rugi.

Panitia pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang dibentuk pemerintah provinsi, menangani masalah pengalihfungsian tanah warga yang terletak pada program pembangunan lintas kabupaten kota dengan Bandara, yaitu pada pengalihfungsian lahan warga untuk pembangunan jalan Arteri Bandara Kualanamu. Berbagai silang sengketa yang timbul antara pemerintah dan masyarakat dalam menetapkan harga ganti rugi atas tanah sebenarnya juga telah difasilitasi melalui pengajuan banding di pengadilan, sehingga ketiadaan mufakat dapat diselesaikan melalui jalur hukum secara transparan. Upaya-upaya pemerintah dalam menyelesaikan konflik pengadaan tanah jalan arteri bandara kualanamu dapat dicontohkan dalam beberapa hal, antara lain: Musyawarah adalah kegiatan yang mengandung proses saling mendengar, saling memberi, dan saling menerima pendapat, serta keinginan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besranya ganti rugi dan masalah lain yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda- benda lain yang berkaitan dengan tanah dengan pihak yang memerlukan tanah. Dalam hal pengadaan tanah untuk pembangunan jalan arteri bandara kualanamu, pemerintah telah melakukan beberapa kali musyawarah dengan masyarakat di desakelurahankecamatan masing-masing melalui Kepala Desa tentang tata cara pemberian ganti rugi, mekanisme, dan pertimbangan harga dalam pemberian ganti rugi sesuai undang- undang. Proses musyawarah ini berjalan kurang baik karena hanya sebagian masyarakat yang setuju dengan ganti rugi yang ditetapkan,. Beberapa wilayah desa merasa keberatan atas hasil ganti rugi yang ditetapkan dalam musyawarah. 106 http:www. eprints.undip.ac.id27052diakses pada tanggal 21 Januari 2015, Pukul 20:15 WIB. Universitas Sumatera Utara 100

2. Keputusan Panitia, Keputusan Gubernur Dan Usul Pencabutan Hak.

Penyelesaian ketidaksepakatan mengenai ganti-rugi menurut Perpres No.36Tahun 2005 jo Perpres No.65Tahun 2006 pada dasarnya dilakukan dengan 3 tiga tahap, yakni: melalui keputusan Panitia, keputusan Gubernur dan Usul Pencabutan Hak. Adapun ketentuan Pasal 18 Perpres No. 36 tahun 2005 menyebutkan: 107 “Permintaan untuk melakukan pencabutan hak atas tanah tersebut disampaikan kepada Ayat 1 “Apabila upaya penyelesaian yang ditempuh BupatiWalikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri tetap tidak diterima oleh pemegang hak atas tanah dan lokasi pembangunan yang bersangkutan tidak dapat dipindahkan, maka BupatiWalikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri sesuai kewenangan mengajukan usul penyelesaian dengan cara pencabutan hak atas tanah berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya”: Ayat 2 “Usul penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan oleh BupatiWalikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri sesuai kewenangan kepada Kepala Badan Pertanahan NasionaI dengan tembusan kepada menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia”; Ayat 3 “Setelah menerima usul penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, Kepala Badan Pertanahan Nasional berkonsultasi dengan menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia”; Ayat 4 107 Republik Indonesia, Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pasal 18. Universitas Sumatera Utara 101 Presiden oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional yang ditandatangani oleh menteri dari instansi yang memerlukan tanah, dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia”. Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimanakah hukumnya kalau mereka tidak mau menerima, tetapi tidak mengajukan keberatan? Apakah dengan keadaan yang demikian mereka dianggap menerima keputusan Panitia? Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah, pemilik bangunan, tanaman danatau benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan, yang tidak mengambil ganti-rugi setelah diberitahukan secara tertulis oleh Panitia sampai 3 tiga kali tentang Keputusan Panitia dianggap keberatan terhadap keputusan tersebut. Apabila menerima keberatan yang dinyatakan secara tegas oleh pihak yang tidak menyetujui ganti-rugi atau laporan keberatan bagi pihak yang hanya menolak saja, Gubernur meminta pertimbangan Panitia Pengadaan Tanah. Sebelum Panitia Pengadaan Tanah mengajukan usul penyelesaian terhadap keberatan atas keputusan Panitia, maka Panitia Pengadaan Tanah Propinsi meminta penjelasan kepada Panitia mengenai proses pelaksanaan pengadaan tanah terutama mengenai bentuk dan besarnya ganti-rugi dan bilamana dianggap perlu dapat melakukan penelitian ke lapangan. 108 Kemudian para pihak yang tidak menyetujui keputusan Panitia, menyampaikan pendapatnya secara tertulis kepada Gubernur mengenai keputusan yang mengukuhkan atau mengubah keputusan Panitia tersebut. Dan apabila masih terdapat pemegang hak atas tanah, pemilik bangunan, tanaman dan atau benda-benda lain yang keberatan terhadap 108 httpwww1.pu.go.iduploadsberitappw190906gt.html,diakses pada tanggal 21 Januari 2015, pukul 21.32 WIB. Universitas Sumatera Utara 102 keputusan Gubernur itu, instansi Pemerintah yang memerlukan tanah melaporkan keberatan tersebut dan meminta petunjuk mengenai kelanjutan rencana pembangunan kepada pimpinan DepartemenLembaga Pemerintah Non Departemen yang membawahinya. Tentunya, pimpinan DepartemenLembaga Pemerintah Non Departemen yang membawahi instansi Pemerintah yang membutuhkan tanah segera memberikan tanggapan tertulis mengenai bentuk dan besarnya ganti-rugi tersebut serta mengirimkannya kepada instansi Pemerintah yang memerlukan tanah, dengan tembusan kepada Gubernur yang bersangkutan. Apabila pimpinan DepartemenLembaga Non Departemen dari instansi Pemerintah yang memerlukan tanah menyetujui permintaan pemegang hak atas tanah, pemilik bangunan, tanaman danatau benda- benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan, Gubernur mengeluarkan keputusan mengenai revisi bentuk dan besarnya ganti-rugi sesuai kesediaan atau persetujuan tersebut. Dengan demikian, ada 2 dua keputusan Gubernur tentang penyelesaian keberatan mengenai ganti-rugi yang diputuskan Panitia yakni: 1. Keputusan yang mengukuhkan atau mengubah keputusan Panitia; 2. Keputusan mengenai revisi bentuk dan besarnya ganti-rugi sesuai dengan kesediaan atau persetujuan pimpinan DepartemenLembaga Pemerintah Non Departemen yang membawahi instansi Pemerintah yang memerlukan tanah. 3. Peran Pengadilan dalam Konsinyasi Ganti Rugi Atas Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu. Mekanisme musyawarah yang seharusnya menjadi sarana untuk mencari jalan tengah dalam menentukan besarnya ganti rugi seringkali tidak mencapai kata sepakat. Oleh karenanya dengan alasan kepentingan umum, maka pemerintah melalui panitia pengadaan tanah dapat menentukan secara sepihak besarnya ganti rugi dan kemudian Universitas Sumatera Utara 103 menitipkannya ke pengadilan negeri setempat melalui prosedur konsinyasi. Hal itulah yang kemudian menjadi permasalahan, bahwa konsinyasi yang diterapkan dalam Perpres ini berbeda dengan konsinyasi yang diatur dalam KUH Perdata, yaitu konsinyasi dapat dilakukan jika sebelumnya terdapat hubungan hukum antara para pihak. Secara teknis terjadi penolakan atas bentuk dan besaran ganti rugi dalam proses pengadaan tanah jalan arteri bandara kualamau, maka pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri Lubuk Pakam dalam waktu paling lama 14 hari kerja setelah ditandatangani berita acara hasil musyawarah. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 73 ayat 1 Perpres No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Dalam ayat 2 pasal tersebut diterangkan selanjutnya bahwa Pengadilan Negeri berhak memutus bentuk danatau besarnya ganti kerugian dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak diterimanya pengajuan keberatan. 109

4. Proses Eksekusi Tanah dalam Pengadaan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu.

Dalam hal ini, ada beberapa Tanah warga dalam kecamatan dan desa yang masih menolak ganti rugi tersebut, walaupun telah dilakukan proses musyawarah, dan telah dikeluarkannya keputusan Gubernur sebagai Kepala Daerah. Oleh karena itu, tahap selanjutanya adalah dengan menitipkan uang persil ganti rugi dibayarkan melalui konsinyiasi di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. Batas penitipan itu diberikan selama tiga bulan, apabila dalam tiga bulan masyarakat tidak mengambil uang ganti ruginya, maka uang tersebut jatuh ke kas Negara pemerintahan daerah. Setelah melalui proses musyawarah panjang yang dilakukan berkali-kali selama beberapa tahun, pembebasan lahan jalan arteri bandara kualanamu tidak kunjung selesai. 109 Republik Indonesia, Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pasal 2. Universitas Sumatera Utara 104 Kemudian dikeluarkan keputusan gubernur yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat namun hal tersebut juga tidak menyelesaikan masalah. Namun yang terjadi adalah justru pemberontakan masyarakat terhadap keputusan tersebut. Kemudian, pada tahun 2013, eksekusi pertama kali dilakukan di Desa Telaga Sari sebagai Desa yang sebagian besar lahannya masih berstatus HGU PTPN II. Sehingga masyarakat setempat tidak memperoleh ganti rugi atas tanah, melainkan hanya ganti rugi bangunan dan tanaman saja. Secara teoritis, perihal eksekusi pengadaan tanah dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan atau mensosialisaikan surat peringatan eksekusi tanah kepada masyarakat. Agar masyarakat meninggalkan tempat kediamannya ketika proses eksekusi tanah dilakukan. Namun kesalahan yang terjadi adalah bahwa pemerintah menyalahi prosedur yang seharusnya. Berdasarkan ketentuan pasal di atas dan ditambah dengan asas-asas eksekusi maka tata cara eksekusi riil dapat diringkas sebagai berikut: 110 3. Eksekusi riil baru dapat dijalankan setelah dilampaui tenggang waktu 1. Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap Syarat ini merupakan prinsip umum dalam menjalankan eksekusi, termasuk eksekusi riil, kecuali dalam putusan yang dapat dilaksanakan lebih dahulu dan dalam putusan provisi. 2. Pihak yang kalah tidak mau mentaati dan mematuhi putusan secara sukarela Eksekusi sebagai tindakan pemenuhan putusan pengadilan baru dapat berfungsi apabila pihak yang kalah dalam suatu sengketa tidak mau menjalankan atau memenuhi putusan secara sukarela. 110 http:www. eprints.undip.ac.id167141Basiran.pdf, diakses pada tanggal 22 Januari 2015, pukul 13.50 WIB. Universitas Sumatera Utara 105 peringatan. Sebelum eksekusi secara fisik dilaksanakan maka sebelumnya harus ada peringatan agar pihak yang kalah melaksanakan pemenuhan terhadap kewajibannya sebagaimana yang ditentukan dalam putusan pengadilan dalam jangka waktu yang ditentukan yaitu selama 8 hari agar pihak melaksanakan putusan pengadilan. 4. Mengeluarkan Surat Penetapan Perintah Eksekusi. Apabila dalam jangka waktu peringatan pihak yang kalah tidak melaksanakan pemenuhan putusan dan masa peringatan sudah dilampaui, Ketua Pengadilan Negeri akan mengeluarkan surat penetapan perintah eksekusi yang berisi perintah kepada Panitera atau Juru Sita untuk melaksankan eksekusi pengosongan atau pembongkaran. Tepat pada September 2013, secara mendadak dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, banyak polisi datang ke Desa Telaga Sari untuk melakukan pengamanan proses eksekusi mendampingi panitia P2T pengadaan tanah dan para pelaksana eksekusi tersebut. Hal ini mengejutkan masyarakat sehingga menimbulkan ketakutan dalam masyarakat yang secara terpaksa harus melepaskan tanahnya karena pada saat itu petugas keamanan yang datang jumlahnya melebihi masyarakat yang akan dieksekusi tanahnya. b. Upaya Masyarakat dalam Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Pengadaan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu. Bukan hanya pemerintah yang memiliki upaya dalam melakukan penyelesaian pembebasan tanah masyarakat sepanjang jalan arteri bandara kualanamu, tetapi masyarakat juga memiliki upaya dalam mempetahankan tanahnya, oleh karena masyarakat merasa adanya ketidakadilan dan kekeliruan pemerintah dalam proses pemberian ganti rugi. Terkhusus untuk masyarakat yang tidak menerima ganti rugi atas tanah, melainkan hanya hanya menerima santunan atau kompenasasi atas bangunan dan tanaman, mereka Universitas Sumatera Utara 106 melakukan pemberontakan ketika dipaksa untuk menyerahkan tanahnya untuk pembangunan jalan arteri bandara kualanamu Misal, Ponirin, salah satu warga Dusun 5 Desa Telaga Sari, saat dikonfirmasi Martabe Sumut seusai mengikuti RDP Komisi A dan Komisi D DPRDSU, membenarkan kalau tanahnya belum diganti rugi Panitia Pembebasan Pengadaan Tanah P2T. Saya hanya mendapat dana ganti rugi bangunantanaman senilai Rp. 39 juta. Luas tanah saya 10x30 M2, alas hak SK Camat tahun 1999. Sejak tahun 1961 orangtua saya telah menguasai dan mengusahai lahan. Kami masyarakat juga mau cepat selesai. Sekarang jalan kami di sana berdebu semua, belum lagi rawan kecelakaan. Di Desa Telaga Sari ada 5 dusun yang terimbas langsung dengan pembangunan jalan arteri non tol di bagian kiri dan kanan menuju Bandara Kuala Namu. Tapi warga Dusun 1 - 4 yang disebutnya tidak pantas mendapat ganti rugi, justru dibayarkan cepat secara tuntas. Sedangkan warga Dusun 5 masih dibiarkan tidak jelas dalam kurun 6 tahun terakhir, dengan alas an bahwa ganti rugi secara tiba-tiba diberikan pada PTPN II selaku pemegang HGU. Sementara disisi lain, masyarakat yang memiliki alas hak berupa SK Camat tersebut merasa bahwa kepemilikan tanah tidak lagi berupa HGU PTPN II, namun masyarakat yang telah lama menguasai tanah tersebut selama bertahun-tahun tanpa gugatan dari pihak manapun, merupakan pemilik yang sah. Berangkat dari kenyataan tersebut, masyarakat melakukan upaya dengan melaporkan kebeeratan mereka kepada LSM dan LP3 Lembaga Pemantau Penyelenggaraan Pemerintahan untuk membantu masyarakat dalam mempertahankan tanahnya dalam proses pengadaan tanah ini. LP3 memberikan bantuan dengan melakukan musyawarah dengan masyarakat, mecari kesalahan yang ada dalam proses pengadaan tanah, dan melaporkannya pada pengadilan dan Komnas HAM. Universitas Sumatera Utara 107 Pada bulan November 2014, telah beredar surat dari Komisi Nasional HAM Republik Indonesia kepada masyarakat perihal tentang tanggapan terhadap Pemenuhan Hak atas Rasa Aman bagi Masyarakat atas dugaan initimidasi dalam Pembangunan Jalan Arteri Bandara Kualanamu. Surat tanggapan tersebut keluar sebagai balasan atas pengaduan yang diterima Komnas HAM secara lisan dan tulisan oleh Ketua DPP Sumut LP3, Ganda Satria Dharma, S. Ak., yang mengadu bertindak atas nama warga desa Telaga Sari, Kabupaten Deli Serdang selaku pemilik lahan seluas 8.328 M2 yang tidak menerima ganti rugi. Sehubungan dengan adanya surat pengaduan tersebut, maka Komnas HAM sesuai dengan mandate pemantauan dan penyelidikan dalam pasal 89 ayat 3 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, memberi himbauan pada Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan Pangdam Bukit Barisan, untuk : 111 a. Mematuhi ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI dan UU Nomor 34 Tahun 2014 tentang TNI sehingga tidak melaksanakan tindakan yang di luar tugas dan fungsi pokok yang diamanatkan Negara. b. Memastikan bahwa polisi dan aparat kepolisian adalah untuk mengayomi masyarak dan menjaga ketertiban umum, sedangkan posisi tugas TNI dalah untuk menjaga keamanan Negara. Sehingga posisi terbaik bagi kepolisian dan TNI dalam persoalan ini adalah mendorong pihak Pemerintah Daerah untuk mengurus seluruh urusan pembangunan di wilayah adminsitrasi kerjanya. Komnas HAM mengingatkan tidak adanya tindak lanjut atas perkara ini mengindikasikan adanya dugaan pelanggaran HAM, khususnya untuk hak memperoleh keadilan dan rasa aman yang diatur dalam Pasal 30 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Untuk itu, penjelasan disampaikan dalam waktu paling lama 30 hari setelah penerimaan surat. 111 Republik Indonesia, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, Pasal 89 ayat 3. Universitas Sumatera Utara 108 Universitas Sumatera Utara 107

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Dalam pengerjaan proses pengadaan tanah jalan arteri bandara kualanamu yang dimulai sejak tahun 2008, telah digunakan beberapa peraturan hukum yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan arteri akses menuju bandara kualanamu, yaitu : Peraturan Presiden Republik Indoensia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 1512 Tahun 2007 tentang Penerapan Lokasi dan Luas Tanah untuk Kepentingan Pemangunan Jalan Arteri Akses Bandara Kuala Namu seluas ± 25 Ha yan terletak di Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 726 Tahun 2008 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Dei Serdang bagi Pelaksanaan Jalan Arteri Akses Bandara Kuala Namu seluas ± 25 Ha terletak di Kecamatan Tanjung Morawa, Batang Kuis dan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 2. Terdapat beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat dalam proses pelaksanaan pengadaan tanah jalan arteri bandara kualanamu, yaitu kepedulian masyarakat atas pengadaan tanah dinilai masih rendah, ketidakjelasan status hak tanah masyarakat jalan arteri kualanamu, ganti kerugian yang tidak sesuai dengan keinginan pemilik tanah. 3. Pengadaan tanah harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan hukum untuk menjamin kepastian hukum dari proses pelaksanaan pengadaan tanah tersebut. Namun pada pelaksanannya, sering kali terjadi ketidaksesuaian antara peraturan hukum dengan pelaksanaan yang terjadi di lapangan sehingga terjadi banyak kendala dalam pengadaan tanah. Upaya pemerintah dalam menyelesaikan konflik pengadaan tanah bandara kualanamu adalah dengan musyawarah penetapan ganti rugi pada masyarakat, keputusan yang dikeluarkan Gubernur, Bupati Daerah, Konsinyiasi di Pengadilan, dan eksekusi tanah. Sedangkan upaya dari masyarakat dalam menyelesaikan konflik pengadaan tanah adalah dengan melaporkan kebeeratan mereka kepada LP3 Lembaga Pemantau Penyelenggaraan Pemerintahan untuk membantu masyarakat dalam mempertahankan tanahnya dalam proses pengadaan tanah ini. LP3 memberikan bantuan dengan melakukan musyawarah dengan masyarakat, mencari kesalahan yang ada dalam proses pengadaan tanah, dan melaporkannya pada pengadilan dan Komnas HAM. Universitas Sumatera Utara

5.2. SARAN

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

4 48 131

SKRIPSI KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI TANAH PERTANIAN YANG BERASAL DARI TANAH ABSENTEE DI KABUPATEN BANTUL.

0 4 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 1 7

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 26

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 26

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Tol Kota Medan – Tebing Tinggi

0 0 4

Tinjauan Yuridis Terhadap Aspek Kepastian Hukum Dalam Proses Pendaftaran Tanah

0 3 5

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 28

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 20